Enam

422 36 2
                                    

And buried them away, you buried them away

.
.

.

Menyebalkan. Aku malu sekali. Sementara laki-laki itu bertingkah seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Aku memijat pelan keningku. Tiba-tiba aku sakit kepala.

Aku berdecak kesal. Merutuki diri sendiri.

"Masih pagi, muka udah kusut aja." Sindir Junhoe dingin sambil berlalu.

Aku mendelik sebentar, kemudian sebuah pemikiran konyol melintas. "Ah, aku pasti bermimpi. Ya pasti begitu." Aku mengambil tas dengan langkah sedikit ringan.

"Lo bareng Junhoe lagi, ya berarti."

Aku mengangkat bahu, bersikap seolah tidak masalah sama sekali.

"Lo sekarang mulai lengket sama Junhoe. Udah kemakan rayuannya dia ya, atau jangan-jangan kalian udah jadian?" Ketua mungil itu mengerling sok lucuh.

"Idih."

"Abisnya, kejutekan elo kayaknya berkurang banyak. Lo sedikit lebih lembut."

"Eh, asal lo tahu ya, gue itu perempuan lemah lembut."

"Kata siapa?" Aku memutarkan mata bosan. Kenapa dirinya harus selalu ikut campur saa aku mencoba memulihkan image. "Elo gak tahu aja, Wan. Pinggang gue biru-biru pas boncengin dia."

"Ya elo. Naik motor kayak orang kesurupan. Kenceng amat."

"Eh, kalo mau pelan naik odong-odong aja. Itu jalan tol woi harus cepat."

"Santai aja Jono! Ngegas amat."

"Lo tuh ya bukannya bilang terimakasih juga. Enak aja ganti nama orang sembarangan. Dan kalo..."

"Udah!" Ketua kelompok mendesah capek. "Kalian berdua udah kayak pasangan tua yang ngeributin hal gak penting." Kami berdua reflek mendelik sebal. "Gue capek. Cepet beres-beres."

"Elo sih." Omelku setelah Ketua pergi.

"Eh, udah bagus gue gak bawa-bawa masalah kaos gue yang ternoda ingus lo semalem."

Aku menaikkan alis tidak mengerti.

"Gue juga hampir kehabisan nafas gara-gara elo. Heran tangan ringkih gitu, tenaganya udah kayak kuli." Junghoe menggeleng.

Aku mengerti. Sangat mengerti. Kejadian yang aku kira mimpi itu adalah kenyataan.

Wajahku memerah malu.

"Maaf." Cicitku pelan.

Junhoe tertawa pelan. "Dimaafkan. Asal pas kita pulang lo berenti nyubitin gue."

Aku menghela nafas. "Gue usahain." Sahutku melembut tanpa sengaja sambil memperhatikan junhoe yang diam memperhatikanku.

"Kenapa?" Aku bertanya heran.

Jungho tersenyum sambill menggeleng pelan. "Gak apa-apa." Dengan seenaknya meletakkan tangannya di kepalaku. "Rahasia lo, aman sama gue."

Aku menelan ludah. Mau bagaimana lagi. "Terima kasih." Balasku sambil menyingkirkan tangannya, sebal.

...

Hiding My Heart - IKON Koo Junhoe FF [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang