25. Suatu Saat di Jalan Asia Afrika-Bandung

2.6K 451 142
                                    

"Kamu tuh Yan, sudah mah manis, baik pula"

Ibu Fajar terkekeh sambil mengalungi Rian celemek besar, takut-takut Rian kecipratan minyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ibu Fajar terkekeh sambil mengalungi Rian celemek besar, takut-takut Rian kecipratan minyak.

Rian hanya tersenyum, ia sedang fokus menyiapkan jahe, tahu, jamur dan rempah-rempah lainnya.

Rian memang sedang menyiapkan sup Jahe untuk Fajar.

"Si Aa kenapa memang Yan?" Kini ibu Fajar akhirnya menanyakan prihal kejadian semalam sambil menumis sarapan mereka.

"Rian juga kurang paham Mah, Rian ngeliat Aa kayak habis di rempug banyak orang"

"Rian khawatir Aa di kasih obat atau semacamnya. Soalnya Aa gak berdaya gitu, dia teler mah" cerita Rian detail.

"Hah? Terus" Ibu Fajar makin penasaran.

"Ya Rian abisin aja orang" Rian tertawa geli dan direspon acungan jempol mamah Fajar.

Jagoan.

Ibu Fajar kini bercerita balik ke pemuda yang tengah berdiri disebelahnya.

Bahwa keluarga besar seperti keluarga Fajar ini memang rentan dijahatin, baik oleh rival bisnis atau bahkan dari kerabat yang iri. Makanya setidaknya mereka harus saling melindungi.

-

"Mah" ucap Rian sambil mengaduk sup nya.

"Ini" Rian menunjukkan gelangnya.

"Aa Fajar ngasih ini buat Rian, katanya mamah juga bantu pilihin"

"Ini gak berlebihan mah?" Rian tersipu malu.

Mamah Fajar mendekat, memegang kedua tangan Rian layaknya seorang Ibu ke anaknya.

Ada warna haru yang juga teduh muncul dari balik muka perempuan itu.

"Remi"

"Mamah gak yakin Aa pernah cerita tentang Remi ke kamu Mas"

Rian hanya menggeleng bingung.

"Fajar kehilangan Remi, adik kecilnya saat ia masih sangat anak-anak"

"Kami tidak bisa berbuat apa apa, saya dan Papah Fajar sedang di Singapore kala itu"

"Fajar sangat kacau Yan, kami benar- benar mutar otak untuk menumbuhkan semangat Fajar kecil kami"

"Kami berfikir badminton akan menjadi pengalihan yang sempurna"

Ibu Fajar tersenyum, dan mematikan kompor yang tadinya masih menyala.

"Kami meminta Coach untuk melatih Fajar sebaik mungkin, berapapun harga nya"

"Hingga akhirnya Fajar ditempat kan di sektor ganda putra"

"Fajar mulai berubah, bahkan ia bisa berteman dengan anak seumurannya lagi, bisa bersekolah layaknya anak anak lain"

Partner Goals #1 | Rian & Fajar's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang