.
.
.
.
.Pembunuh bayaran adalah pekerjaan yang beresiko dan berbahaya. Bukan hanya nyawanya sendiri yang dipertaruhkan, namun nyawa orang-orang yang ada disekitarnya pun ikut terseret. Bahkan anggota keluarga sekaligus.
"Kau yakin?"
"Memangnya apa yang harus membuatku tidak yakin?", bukannya menjawab Yoongi malah balik bertanya. Tangannya masih sibuk merakit beberapa peralatan yang ada dihadapannya. Dengan begitu terampil dan cekatan, seolah dia sudah terbiasa dengan hal-hal yang seperti itu.
Kini, Yoongi tengah menyiapkan sebuah senjata berkaliber tinggi yang akan dia gunakan untuk melayangkan nyawa orang-malam ini.
"Bahkan jika dia kekasihmu?", Namjoon-dia lah satu-satunya partner Yoongi yang sanggup mengimbangi kegilaan si manis.
"Aku butuh uang untuk bertahan hidup, Kim", jawabnya, seolah terdengar tidak menyambung.
"Dia bahkan bisa memberimu lebih dari uang, Yoon"
Yoongi berdecak, sejenak melirik jengah kearah Namjoon yang bersikeras entah untuk apa. "Tahu apa kau?", sarkasnya.
"Hei... aku mengenalmu, dan juga mengenalnya. Bukan rahasia jika tidak ada rasa diantara kalian. Dari tatapan kalian saja, aku sudah bisa tahu betapa kalian saling mencintai. Bagaimana bisa-?"
"Cinta tidak akan membuatku bertahan hidup jika aku tidak memiliki uang, Kim"
"Dan aku sangat yakin, jika dia akan memberikanmu segalanya, Yoon. Bulan, bintang, bahkan matahari- kalau kau menginginkannya", ucap Namjoon panjang lebar.
Yoongi mendengus. Senyum miringnya, nampak begitu mencemooh. "Dia akan mati bahkan sebelum menyentuh bulan...", kekehnya. "Itu sama halnya, secara tidak langsung aku juga yang membunuhnya jika aku meminta hal konyol itu darinya. Lalu apa bedanya dengan yang sekarang aku lakukan?"
Namjoon meringis dalam diam. Sebenarnya bukan itu yang dia maksud, tapi dasar Yoongi-nya saja yang pandai berdalih. Maka... mau tak mau, terima tak terima, Namjoon hanya bisa menghela nafas lelah. "Terserah kau saja", sambil berkacak pinggang, Namjoon masih betah memincing pada makhluk manis yang terlihat hampir selesai dengan pekerjaannya.
Klek!
Bagian terakhir telah terpasang, Yoongi tengah mencoba mengeceknya. Seolah membidik sasaran melalui lensa kecil yang terpasang pada senapan jarak jauh ditangannya tersebut. "Kita berangkat sekarang", sontak melenggang pergi. Setelah membereskan beberapa senjata yang lain.
"Ku harap kau tidak menyesal, Yoon", Namjoon sudah sepenuhnya menyerah dan pasrah, meski faktanya dia masih tidak rela. Dengan dia yang berakhir mengekor dibelakang Yoongi.
"Aku yang akan menyesal jika sampai melewatkan bayaran besar yang mereka tawarkan", ucapnya acuh tak acuh. "Anggap saja, ini adalah kesempatan terakhirku agar aku bisa terlepas dari pekerjaan jahanam yang mereka berikan"
Namjoon hanya mendengus pelan, membenarkan ucapan Yoongi barusan.
"Mungkin setelah ini, aku tidak akan sanggup menanggung beban dosa yang lebih besar lagi"
"Ya, aku tahu itu", Namjoon sudah ikut masuk kedalam mobil. Kali ini, dia yang kebagian menyetir. Sama seperti halnya Yoongi, Namjoon juga memiliki beban tersendiri ketika melakukan pekerjaan tidak manusiawi tersebut.
Yoongi sudah memasang seatbelt-nya "Mereka hanya mencari-cari alasan agar tetap memenjarakan ku dalam lingkaran setan yang mereka buat"
"Itu hanya karena mereka kesulitan menemukan orang berbakat sepertimu, Yoon. Mereka pasti akan mengejar dan mempertahankan anak emas yang mereka elu-elukan", sindir Namjoon setengah benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minyoon
Fanfiction(One-double shot) Jujur... aku menyukai Taegi sama Kookga. Suka sama interaksinya mereka. Tapi, entah kenapa... dan tak tahu alasannya... Aku tetap gak bisa move on dari yang namanya Minyoon. Dan terciptalah ide ini. Isinya drabble Minyoon. Disetiap...