.
.
.
.
.Ada kalanya memilih untuk menghindari takdir itu, ada baiknya. Tapi... harus kalian tahu, bahwa pada akhirnya kalian juga akan menemui takdir yang sama, meski dengan cara yang berbeda.
.
.Yoongi berjalan santai keluar gedung seperti biasa, dia terkesan acuh tak acuh jika kedua telinganya sudah tersumpal headset seperti sekarang. Membuatnya mengabaikan beberapa atensi yang sengaja tertuju pada dirinya.
Yoongi itu manis, tapi sayang... dingin. Lalu, dari kedua perpaduan hal tersebut, berhasil menciptakan sesosok figur yang mampu menumbuhkan secuil rasa penasaran bagi mereka yang berniat untuk sekedar ingin mengenal.
"Yoon?"
Hanya lirikan yang Yoongi berikan, dia sama sekali tak menghentikan langkah jenjangnya untuk segera pergi dari tempatnya bekerja.
"Hei...", lagi, berusaha menyapa seolah tak mau menyerah.
Koridor kantor sudah nampak sepi, meski beberapa masih ada yang tinggal entah karena apa.
Lalu apa pedulinya...?
Yoongi tak pernah ambil pusing akan hal itu, karena apa?
Hidupku adalah hidupku, dan hidupmu adalah hidupmu. Jadi bukan urusanku untuk tahu urusanmu.
Sebuah pemikiran simple bagi seseorang yang tak pernah ingin dibuat repot oleh orang lain... Atau mungkin, hanya karena terlalu malas?
Entahlah...
Tiba-tiba saja, seseorang menggenggam pergelangan tangan Yoongi. Menariknya menjauh untuk berbelok arah—tempat parkir.
Awalnya Yoongi sedikit terkejut atas perlakuan tersebut, tapi karena dirinya yang terlalu lelah. Dia lebih memilih untuk menurut saja. Toh pelakunya juga selalu sama.
"Masuk", satu kalimat yang keluar setelah pintu mobil dibukakan untuk Yoongi.
Duduk nyaman disamping kursi kemudi, Yoongi menatap sekilas pada seseorang yang telah mengisi kursi disebelahnya.
"Jadi sikap ini yang kau tunjukkan padaku setelah kita pernah berbagi ciuman?"
Yoongi menukikkan sebelah alisnya lalu menoleh. Dia yang sedikit terkesiap tak nyaman, meski memilih untuk membisu ketika merasa pria disampingnya terlihat ingin melanjutkan ucapannya.
"Yoongi... Ayolah, kita sudah sama-sama dewasa. Tidak seharusnya kau bersikap kekanakan seperti ini", menyuarakan isi kepalanya. "Apa kau marah padaku?"
"Tidak", Yoongi duduk bersandar menatap kearah depan.
"—Lalu apa? Kau mendiamkanku sejak rapat tadi. Sekarang bahkan kau tidak mau menatapku barang sejenak. Jelas sekali kau sedang marah"
Yoongi mendengus pelan begitu tangannya digenggam.
"Kenapa?", suaranya mulai terdengar frustasi.
Yoongi sedikit memutar tubuhnya agar bisa berhadapan dengan si pria. Menatap lekat, seakan tengah membaca apa yang ada didalam otak tersebut melalui maniknya. "Park Jimin"
"Hm?"
Yoongi terlihat ragu ketika ingin berucap. Dia berusaha memilah kata yang tepat. "Aku hanya—"
Jimin semakin mengeratkan genggaman tangannya. Dia tahu, Yoongi tengah dilanda kecemasan. "Aku serius, Yoon. Percayalah. Jika menurutmu ini terlalu terburu-buru, aku bisa memakluminya. Tapi aku serius dengan ucapanku", menunduk sekilas saat jemarinya mengusap pelan jemari tangan lawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minyoon
Fanfiction(One-double shot) Jujur... aku menyukai Taegi sama Kookga. Suka sama interaksinya mereka. Tapi, entah kenapa... dan tak tahu alasannya... Aku tetap gak bisa move on dari yang namanya Minyoon. Dan terciptalah ide ini. Isinya drabble Minyoon. Disetiap...