"Mobil yang akan membawa kita ke kota akan segera datang," ucap seorang dokter wanita yang tengah mempersiapkan segala keperluan yang akan ia bawa. Setelah dirasa beres, ia berjalan menghampiri Sakura yang duduk di tepi ranjang, "Kau siap?"
Sakura hanya mengangguk sekilas, setelah itu pandangannya kembali ke luar tenda. Semua pria ada di sana sedang diberi arahan oleh atasan mereka. Dari desas-desus yang ia dengar tadi pagi bahwa pasukan Amegakure kembali menantang untuk tetap menguasai seluruh wilayah dari Takigakure. Benar-benar tidak ada habisnya masalah ini, padahal mereka sudah menguasai hampir seluruh bumi pertiwi mereka, tapi mengapa sepertinya pasukan dari Ame itu seakan tidak puas. Berapa banyak sudah orang-orang yang kehilangan tempat tinggal juga sanak keluarga mereka, tapi semua itu seakan tek terlihat dari pelupuk mata mereka yang selalu menutup untuk merasa iba pada penduduk yang tersiksa atas ulah mereka. Kemana hati nurani mereka semua?
Sakura menghela nafasnya untuk menetralisir rasa sesak di dadanya. Ia merindukan ibunya dan yang lain yang masih terjebak di tanah terkutuk itu. Sakura memandang dengan sorot yang sendu ke arah para pria yang sedang berbaris di tengah tanah lapang dan diberi arahan. Ia berharap bisa ikut dalam rombongan tersebut dan mencari ibunya di saat ada kesempatan. Tapi, semua perempuan akan dievakuasi sore nanti ke tempat yang lebih aman, yang tinggal hanya paramedis yang bertugas di kala ada salah satu prajurit yang terluka.
Sakura mencoba untuk berdiri dan keluar dari tenda. Sekarang ia ditinggal sendirian di dalam dan merasa bosan. Sakura berkeliling untuk mencari Tenten atau gadis lainnya yang berhasil terbebas dari tawanan tentara Ame.
Setelah cukup lama berkeliling ia tidak menemukan satupun gadis dari desanya yang ia kenal. Sakura cukup kelelahan karena sebenarnya tenaganya belum pulih sempurna. Ia mendekati sebuah pohon yang lumayan rindang dan memiliki banyak cabang cukup rendah sehingga ia memilih untuk duduk di salah satu cabang pohon.
Sakura jadi teringat sebuah kalung dan gelang yang ibunya berikan. Ia sempat membuka kalungnya di saat dirinya terdesak. Ia meraba kalung itu yang untungnya masih bertengger di leher putihnya. Sakura sempat khawatir jika kalung itu hilang atau terjatuh di saat dirinya meninggalkan hutan Taki.
Ia melepas kalung tersebut dan kembali membuka bandulnya. Bandulnya berbentuk bulat dengan satu tombol kecil di sisi bandul yang membentuk sebuah mur kecil, jika ia tidak cukup jeli dia tidak akan tau jika itu tombol untuk membuka bandul kalungnya. Sakura menekannya dan melihat isi di dalam bandul yang seukuran uang koin. Di dalamnya hanyalah kompas penunjuk jalan dengan ujung jarum panah yang sangat tajam. Bahkan sempat melukai ujung jarinya saat ia menyentuhnya.
Sakura cukup penasaran dengan sesuatu di balik kompas itu. Lingkaran bandul itu berlapis seperti menyembunyikan sesuatu yang lain di bawahnya. Sakura berusaha membuka lapisannya namun sangat keras sampai tangannya memerah karena memaksanya.
"Kenapa susah sekali?"
"Butuh bantuan?"
Sakura mendongak dan mendapati salah satu pria yang cukup menarik perhatiannya dalam beberapa hari ini. Pria ini minim ekspresi dan juga sedikit bicara. Jadi ia agak terkejut saat mendapati pria itu berbicara padanya bahkan menawarkan bantuan.
"Ti-tidak. Tidak perlu," Sakura merasa canggung dengan suasana seperti ini. Sebelumnya ia tidak terlalu akrap dengan pria ini. Lain halnya dengan Gaara atau Naruto yang terbilang supel dan mudah bergaul, mereka akan memulai topik pembicaraan terlebih dahulu.
Awalnya Sasuke hanya melihatnya dari kejauhan. Ia juga tidak tau apa yang membawanya melangkah untuk mendekati Sakura. Jujur saja, ia segan mendekati gadis itu karena Gaara yang tampak over protective pada gadis itu, dan sepertinya gadis itu memiliki hubungan yang lebih intim dengan Sasori dari desas-desus yang ia dengar. Bukannya ia suka mendengar gosip, tapi kehadiran gadis bercepol dua itu yang menguatkan sangkaan mereka selain wajah Sakura dan Sasori yang sekilas tampak mirip.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Army (Complete)
Fantasy__cerita keenam__ Cinta tak dapat ditebak kapan datangnya, dan hati tak bisa memilih kepada siapa dia jatuh cinta. Semua berawal dari kerusuhan itu, yang membawa sang Dara ke pelukan sang Penjaga.