Bitter Memory

1.8K 207 3
                                    

Kizashi memejamkan mata menunggu ajalnya yang akan datang dalam hitungan detik. Ia bisa saja menyerang balik Tayuya dengan melumpuhkan salah satu titik vital wanita itu. Tapi dia tau, Mebuki tidak akan pernah setuju dengan perbuatannya yang dapat menyebabkan nyawa Tayuya dalam bahaya.

Kizashi menunggu rasa panas dan tertusuk, mencekat nafas di ujung tenggorokan itu datang, namun yang ia rasakan hanya tetesan benda basah yang anyir membanjiri dadanya.

Ia membuka mata secara perlahan. Meskipun samar, namun bola mata itu kembali normal.

"Tayuya?"

"Ugh!" Tayuya meringis di tengah kesadarannya yang menipis.

Kizashi menahan tubuh Tayuya yang ambruk di atasnya. Meski lukanya kembali mengantarkan rasa menyengat yang menjalar sehingga membuat tubunya bergetar dan mati rasa, ia tetap mencoba menahan tubuh lemah Tayuya.

"Jugo?"

Seorang pria lengkap dengan seragam prajurit Ame yang melekat di tubuhnya berdiri menjulang di samping dua sosok yang terluka parah. Pria itu hanya melihat Kizashi dengan datar tanpa ada niatan untuk membantu dirinya yang kesusahan.

"Belati perak itu sudah menembus jantungnya," ucapnya datar.

Kizashi tidak terkejut, namun rasanya ia ingin meneriaki Jugo yang kurang tepat dalam mengambil tindakan.

"Sekarang Mebuki akan semakin membenciku," bisik Kizashi yang masih mampu ditangkap indra pendengaran Jugo.

Jugo berujar pelan, "Bukannya dari dulu dia memang membencimu?" akhirnya ia membantu Kizashi memindahkan tubuh Tayuya yang menindih atasannya itu.

"Ya, dan sekarang semakin bertambah."

Kizashi menahan luka di perutnya yang masih mengeluarkan darah membasahi kain yang ia lilit di sana. Ia melirik Tayuya yang sudah terkulai. Kizashi bergidik memikirkan kemungkinan yang terjadi. Salah satu titik vital di tubuh wanita itu telah dilumpuhkan dan sekarang nyawanya di ujung tanduk. Jika terlambat mendapat pertolongan maka sudah bisa dipastikan mata itu tidak akan terbuka lagi untuk selamanya.

"Kita harus membawanya!"

Jugo menatap Kizashi dengan sorot yang tak terbaca, "Untuk apa?"

"Dia sekarat!"

Jugo mendengus, "Kau sendiri sekarat, dan yang terpenting saat ini kita harus mencari Hanzo."

"Aku tidak bisa meninggalkannya. Dia sangat berarti bagi Mebuki."

Jugo terkekeh. Ia menatap sinis Kizashi, "Kau sudah terlalu jauh dari rencana awal, Sabaku Kizashi," desisnya dengan tatapan memicing pada sesosok tubuh tak berdaya, "Kau lemah hanya karena perasaan terkutuk yang disebut cinta. Bahkan kau melupakan dendammu atas kematian ...."

"Berhenti, Jugo! Jangan diteruskan!"

"Kenapa?" Jugo memiringkan kepalanya, "Kau takut menerima kenyataan jika kau telah jatuh cinta pada seseorang yang telah membunuh orang penting dalam hidupmu?"

"Bukan dia yang membunuhnya!"

"Ya. Secara tidak langsung dia juga terlibat."

========================================

"Terjadi konflik di daerah timur Konoha. Aku belum tau pasti apa penyebabnya, tapi besok kau dan pasukan lainnya akan berangkat ke sana." ucapnya yang ditujukan pada Sasuke.

Sasuke hanya mengangguk sambil membaca laporan yang tidak tertulis secara lengkap.

"Berapa personil yang berangkat ke sana?"

My Army (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang