Sakura bersembunyi ke dalam toko itu. Ia masuk ke bawah meja counter yang miring dan hampir rubuh karena separuh kakinya dilalap api.
Hanzo masih mencari keberadaannya dengan menendang-nendang sesuatu apapun yang ia temui. Sementara Danzo mencarinya di tempat lain. Mereka berhubungan lewat walkie - talkie yang terpasang di telinga masing-masing.
Lebam-lebam terlihat jelas di wajah Hanzo yang tidak ia tutupi dengan apapun. Ia memasuki seluruh bangunan yang kemungkinan dijadikan Sakura tempat persembunyian.
"Ck! Kemana perginya gadis itu?"
Hanzo menatap lama palkat toko yang masih menggantung sempurna di depan toko. Sepertinya toko itu tidak sepenuhnya dilalap si jago merah terlihat di dalam juga masih ada beberapa vas bunga yang masih utuh.
Pria itu mendorong pintu yang dulunya adalah pintu ganda kaca namun kini hanya tinggal kerangka. Ia melangkah pelan dan meneliti keadaan sekitar. Tiba-tiba seringai muncul di bibirnya saat melihat jejak kaki di atas lantai yang kotor. Ia bersiul.
"Ternyata kau di sini?" ucapnya sambil terkekeh, "Keluarlah kucing manis, berhentilah bersembunyi dan kau akan mendapatkan ikanmu!"
Hanzo mendekat secara perlahan demi meredam suara sepatunya yang bersentuhan dengan lantai kotor bertabur debu dan pecahan kaca.
Sakura memejamkan matanya erat saat suara langkah itu semakin mendekat ke arahnya, bahkan ia sampai menahan nafasnya. Tangan mengepal di depan dadanya yang berdebar kencang.
"Pusshh ... Ayo kesini!"
Bayangan Hanzo yang berdiri menjulang di balik meja terpantul di dinding putih yang kini menguning dan sebagian lagi hitam terbakar. Sakura merasa gemetar sehingga ia harus menggigit bibirnya untuk menahan getaran tubuhnya. Dirinya tidak boleh ketahuan.
"Ck, kucing nakal!"
Braakk!!
Hanzo memukul meja counter dengan kepalan tangannya sehingga hampir saja meloloskan pekikan dari bibir pucat gadis itu. Sakura semakin merapat ke celah meja untuk menutupi keberadaannya.
"Keluar atau aku yang memaksamu?!"
Sakura masih bergeming di tempatnya. Bukannya ia takut untuk melawan Hanzo. Sungguh dirinya sudah terlatih dalam ilmu mempertahankan diri. Ia hanya lemah karena sudah dua hari tidak mengonsumsi apapun sebagai asupan energi. Bahkan telepati yang ia lakukan tadi menguras tenaganya cukup banyak. Sakura harus berpikir dua kali untuk menghadapi musuh yang kekuatannya tidak diragukan lagi.
"Kaluar!" bentak Hanzo sekali lagi. Kali ini bersamaan dengan tendangan pada meja reot itu membuat Sakura memekik kencang dan tidak lagi bisa bersembunyi dari pria tua itu.
"Akhirnya keluar juga," pria itu menyeringai saat mendapat delikan tajam dari gadis di depannya.
Sakura membuang muka saat Hanzo balas menatapnya tajam. Pria itu mengambil seuntai tali yang telah ia siapkan untuk mengikat gadis buruannya.
"Sini kau!" ia menarik Sakura dengan kasar sehingga Sakura terpaksa menyeret kakinya di atas banyaknya pecahan kaca di ruangan itu. Beberapa melukainya karena ia hanya memakai sendal yang tipis dan menembus hingga ke kulit kakinya.
Hanzo mengikat tali itu pada kedua tangan Sakura yang ia satukan ke depan. Setelahnya ia membawa gadis itu ke luar ruangan untuk kembali ke tempat persembunyiannya.
Suara seseorang yang keluar dari alat yang terpasang di telinganya tampak gelisah. Hanzo menghentikan langkahnya.
Sakura tidak bisa mendengarnya dengan jaraknya yang cukup jauh berjalan di belakang Hanzo. Ia memang menjaga jarak dengan pria iti karena lagi-lagi ia memiliki rencana untuk kabur. Di genggaman tangannya sedang tersembunyi beling tajam yang akan ia gunakan untuk memotong tali tambang tersebut, namun pada situasi yang pas. Seperti saat ini, saat dimana Hanzo lengah dengan suara lawan bicaranya yang sedang menginfokan berita penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Army (Complete)
Fantasy__cerita keenam__ Cinta tak dapat ditebak kapan datangnya, dan hati tak bisa memilih kepada siapa dia jatuh cinta. Semua berawal dari kerusuhan itu, yang membawa sang Dara ke pelukan sang Penjaga.