Ayolah ... Itachi mulai lelah menonton adegan per adegan di depannya seperti menonton sebuah film yang diperankan oleh saudaranya sendiri yang sedang melawan raja jahat dan mendapatkan putrinya untuk dia nikahi. Putri yang malang karena harus terkurung ribuan tahun demi keamanan dan karena kesalah pahaman.
Pria itu menguap dan sesekali menggeram saat Sasuke terpojok dan hampir terbanting di atas rumput halaman belakang. Jika Sasuke jatuh maka berakhirlah pertarungan ini.
"Memangnya kenapa Sasuke harus melawan paman Akito?" tanya Ino yang berdiri di dekat Itachi. Seleranya seluruh pria tampan, yang manapun asal tampan ia betah berada di tempat itu.
Itachi memutar matanya bosan, sudah tau tabiat Ino sejak dulu sejak wanita itu masih berstatus kekasih Sai, teman karib Sasuke.
"Karena Sasuke sudah membuat kesalahan," ucapnya tanpa memandang Ino.
Wanita itu masih mengamati gerakan Sasuke dan Akito yang terlihat seperti menari dengan pedang bukannya berkelahi. Ia berdecak kagum. Dirinya sama sekali tidak ahli dalam ilmu bela diri, jadi, ketika melihat orang lain melakukannya rasanya benar-benar keren.
Sasori menyorot tajam ke arah Sasuke saat pria itu terpojok. Tangannya terasa gatal karena ingin memukul pria itu, ia menggeram.
"Menyerah, eh?!" sinis Akito.
Sasuke mengusap peluh di dahinya. Ia berdiri tegak kembali setelah mendapat tendangan dari pria tua itu. Meski ia tidak terlalu mengerti kenapa melakukan ini, tapi dirinya tidak mau kalah begitu saja mengingat di sini adalah reputasinya yang dipertaruhkan. Siapa yang tidak mengenalnya? Ia terkenal di lapangan karena permainan pedangnya yang sangat baik, dan apabila dirinya kalah, maka, rasanya harga dirinya akan runtuh saat itu juga, apalagi ia kalah dari pria paruh baya yang staminanya tidak sekuat orang yang masih muda.
Sasuke kembali menyerang. Ia terlalu fokus untuk menjatuhkan pria itu sehingga acuh pada hal lain.
Akito mengambil kesempatan, ia meloloskan katana Sasuke yang teracung namun tangannya terjulur untuk memelintir pria muda itu. Menjatuhkannya ke tanah dan mengunci gerakan Sasuke.
"Kau kalah!" seringainya karena Sasuke sudah sepenuhnya berbaring di atas tanah, "Bersiap menemui ajalmu!" ucapnya mengacungkan katana menuju dada Sasuke.
Mikoto menjerit bersama Karura.
"Berhenti!"
Akito tetap mengacuhkan mereka.
Fugaku yang sejak tadi diam akhirnya bicara. Ia mendekat mencoba untuk memberikan pengertian, "Tidakkah ini sudah terlalu berlebihan, Akito? Aku tau putraku salah dan aku berharap kau memaafkannya saja tapi jangan seperti ini."
Akito tetap diam. Ia masih menunggu. Menunggu seseorang untuk bicara. Ia melirik putirnya dari ekor matanya.
Sakura menatap ayahnya takut-takut. Ia ingin angkat bicara tapi tatapan ayahnya setajam belati membuatnya terasa tercekat.
"Baiklah! Baiklah! Aku akan mengatakan kebenarannya!" Mikoto masih menangis di dalam pelukan Karura. Ia berjalan mendekat ke arah Akito.
Ia menghela nafas dan melirik sang suami yang tak jauh darinya. Tatkala tatapannya jatuh pada putra sulungnya ia segera melotot marah saat melihat pria itu terkekeh.
"Aku ... Aku berbohong saat aku bilang Sasuke yang meniduri Sakura," ucapnya pelan.
Akito menatap tajam, mencari kebohongan.
Tubuh Sasuke dan Sakura menegang. Mereka bertanya-tanya di dalam hati apa maksud Mikoto.
"Saat itu Sasuke hanya menemani Sakura yang demam karena habis tenggelam, mereka tertidur dan aku mengabadikannya dengan kamera," cicitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Army (Complete)
Fantasy__cerita keenam__ Cinta tak dapat ditebak kapan datangnya, dan hati tak bisa memilih kepada siapa dia jatuh cinta. Semua berawal dari kerusuhan itu, yang membawa sang Dara ke pelukan sang Penjaga.