Wanita itu ingin masuk ke dalam sana, tetapi pria muda dengan sedikit garis tua di wajahnya itu menahannya untuk tetap di sana. Membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal bunyi desingan peluru itu sampai terdengar ke tempat ia berdiri, dan itu berarti keadaan di dalam sedang tidak baik-baik saja.
"Bagaimana, Itachi?"
Pria itu menggeleng, "Gaara belum memberi aba-aba apapun," ucapnya seraya mengangkat tangan di udara.
Sasuke menunggu dalam gelisah. Ia dan pasukannya sudah siap jika harus diperintahkan masuk sekarang juga. Namun mereka masih harus menunggu aba-aba dari Gaara agar tidak merusak rencana yang sudah mereka susun.
"Coba sekali lagi!" perintahnya pada Itachi.
Itachi mencoba menyambungkan sambungan pada Gaara yang masih belum menjawab panggilannya. Ia menekan alat yang terpasang di telinganya.
"Dia tidak menjawab," ucapnya.
"Bagaimana kalau kita langsung masuk saja?" celetuk Lee yang sejak tadi hanya diam sambil memainkan sabuk pada senjata laras panjangnya.
"Jangan! Mungkin jika masuk tanpa aba-aba akan mengacaukan rencana yang sudah disusun," timpal Naruto yang ikut gelisah menunggu dan menduga-duga ada apa gerangan yang terjadi di dalam sana?
"Bagaimana, Itachi?" tanya Sasuke sekali lagi.
"Lima menit lagi. Jika dalam waktu lima menit Gaara tidak memberi aba-aba. Kita masuk meski tanpa persetujuan darinya."
Mereka mengangguk dan berdiri tegak dalam posisi siap menyerang. Itachi dan Sasuke memimpin di garis depan dan bersiap membuka gerbang yang tertutup rapat.
"Gaara!" teriak Itachi ketika alat yang terpasang di telinganya memperdengarkan suara Gaara yang tampak prustasi dan putus asa. Itachi bersiap membuka suara. Ia menarik nafas dalam dan berteriak, "Serang!!!"
Sasuke dan yang lain mendobrak pintu gerbang besar dan menjulang tinggi itu dengan sekali dobrakan. Mereka semua masuk dan dalam posisi siap menyerang siapa saja lawan yang menghadang.
Tsunade langsung berlari mengejar pasukan Itachi dan yang lain diikuti Shizune yang mengejarnya dengan wajah cemas.
"Nona! Tunggu Nona! Sebaiknya anda menunggu di sini seperti perintah Tuan Itachi!"
"Aku tidak mungkin hanya berdiam diri seperti orang idiot!" ketusnya. Tsunade mengambil senjata dan mengisi pelurunya. Ia juga mengantongi banyak peluru cadangan yang ia taruh pada sabuk di pinggangnnya, "Pergilah Shizune. Ini bukan tempatmu!" perintahnya tanpa menatap lawan bicaranya, "Aku akan baik-baik saja. Aku sudah biasa dengan situasi seperti ini."
Shizune menggeleng dan menarik baju belakang Tsunade, "Saya mohon, Nona. Di dalam sangat berbahaya," ucapnya terus memohon pada wanita itu.
"Lebih baik kau tunggu di sini atau mencari bala bantuan tambahan. Aku tidak yakin di dalam sedang baik-baik saja," wanita itu melangkah semakin dekat menuju gerbang yang sudah terbuka lebar, "Ah! Satu lagi. Siapkan paramedis!"
Ia meninggalkan wanita muda itu dengan langkah tegas dan tak gentar sedikitpun meski apa yang akan ia hadapi di dalam sana mampu mengancam keselamatan dirinya, tapi ia tidak peduli. Toh, semua yang bernyawa akan mati jua jika memang sudah saatnya tiba.
_________________
"Aoda?"
Mebuki mendekati ular besar yang sempat mendesis beberapa kali ke arahnya. Ia sedang berpikir. Mungkin sedang terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan ular itu.
Aoda menghadap wanita paruh baya tersebut sambil menejulurkan lidahnya seolah-olah sedang berbicara.
"Sakura memanggilmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Army (Complete)
Fantastik__cerita keenam__ Cinta tak dapat ditebak kapan datangnya, dan hati tak bisa memilih kepada siapa dia jatuh cinta. Semua berawal dari kerusuhan itu, yang membawa sang Dara ke pelukan sang Penjaga.