Tidak tau ini air mata keberapa yang jatuh hari ini. Mungkin jika ia menghitungnya itu adalah yang keseribu atau lebih.
Hidungnya memerah dan matanya bengkak seperti dua biji telur puyuh yang diletakkan di bola matanya. Ia tidak tau sudah berapa lama menangis di depan jasad yang telah dingin terbujur kaku. Yang ia inginkan hanyalah sosok yang selama ini selalu ada untuknya, menjaganya dan menemaninya dalam suka dan duka di dunia yang fana kembali ada.
Ia tidak tau apakah dirinya mampu bertahan di antara kekejaman kehidupan tanpa ada sosok yang menjadi penopang. Ia tidak tau apakah harinya akan seindah saat dirinya bersama dengan sang terkasih. Ia mencintainya dan menyayanginya, tapi mengapa dirinya meninggalkannya sedirian bersama sepi dan derai kesedihan?
"Kakak ...." gadis dengan rambut panjang sepunggung itu terus meratapi kepergian seseorang yang begitu penting untuknya. Ia terus mengisak mengeluarkan air mata kesedihan yang tak pernah kering.
Dari 700 pasukan tentara yang dikirim ke perbatasan, 250 orang di antaranya telah gugur dan kembali dengan rasa hormat dan patut berbangga karena telah berjuang sampai titik darah penghabisan. Namun tetap saja, keluarga yang ditinggalkan merasa terpukul dan kehilangan. Sosok yang selalu mereka tunggu untuk pulang dan mengatakan jika semuanya baik-baik saja, itulah yang mereka harapkan untuk mereka dengar, namun kini yang mereka lihat hanyalah sebuah raga tanpa nyawa yang bahkan tidak bisa berbicara untuk menenangkan hati mereka yang terguncang karena ditinggalkan oleh orang yang dikasihi.
Semua orang sudah berkumpul di pemakaman khusus untuk para pejuang yang telah gugur. Para pelayat mengelilingi pemakaman yang sangat mengharukan. Mereka kehilangan sosok ayah, saudara, kakak, adik, bahkan anak. Banyak air mata yang berjatuhan hari itu. Semuanya yang ditinggalkan akan merasakan betapa sakitnya. Mereka meraung saat hati tak rela berpisah ketika tubuh itu telah ditimbun tanah.
Isak tangis gadis itu semakin keras saat tubuh tak bernyawa sang kakak telah tertutup tanah sepenuhnya. Ia menunduk dan berlutut di atas gundukan tanah yang masih basah.
"Kakak ... Bawa aku bersamamu! Aku tidak bisa lagi hidup di dunia ini jika tidak ada dirimu! Kakak!! Bawa aku kak!"
Ia meraung-raung memeluk nisan putih yang terpahat indah nama sang kakak.
Kiba dan Lee tidak bisa menahan air mata ketika melihat gadis itu menangis histeris. Mereka yang menghadapi Neji ketika pria itu menghembuskan nafas terakhir sehingga mereka merasa yang paling terpukul atas kepergian pemuda tangguh seperti Neji.
Neji hanya hidup berdua dengan adiknya setelah keluarga mereka dibantai habis oleh warga kampung tempat mereka dulu tinggal, dan hanya menyisakan dirinya dan Hinata yang saat itu sedang tidak berada di tempat kejadian. Beruntung mereka berdua bisa lolos sampai akhirnya merantau ke Konoha dan berpindah kewarganegaraan menetap di sana hingga saat ini.
Hidup mereka damai. Mereka berbagi kasih layaknya adik kakak sebagaimana umumnya. Neji hanya punya Hinata, dan Hinata hanya mempunyai Neji di dalam hidupnya. Neji adalah pria pertama yang Hinata cintai setelah ayahnya. Ia tidak perlu pria manapun selama masih ada Neji di sisinya.
Tapi sekarang ... Neji telah pergi meninggalkannya. Hinata bagaikan kehilangan cahaya yang tertinggal separuh kini telah hilang sepenuhnya. Cahayanya yang sudah redup sejak kehilangan anggota keluarganya kini semakin redup dan nyaris hilang karena kehilangan satu-satunya cahaya yang ia miliki.
Dunia hanya diisi kegelapan setelah semuanya pergi meninggalkan dirinya yang tidak berdaya tanpa seseorang yang penting di sisinya.
"Hiks ... Bawa aku bersamamu!"
Kakashi menunduk dan ikut berjongkok di samping Hinata yang memeluk nisan sang kakak begitu erat.
"Tenanglah ... Kau masih punya kami, kami akan menemanimu menggantikan tugas Neji."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Army (Complete)
Fantasy__cerita keenam__ Cinta tak dapat ditebak kapan datangnya, dan hati tak bisa memilih kepada siapa dia jatuh cinta. Semua berawal dari kerusuhan itu, yang membawa sang Dara ke pelukan sang Penjaga.