Bab 3

1.9K 306 40
                                    

Eiji di seret ke tempat ini setelah sebelumnya dipaksa untuk memakai yukata oleh Yuu dan Kurata, lengkap dengan uchiwa (kipas) dan geta (sandal kayu) untuk mengikuti festival natsu matsuri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eiji di seret ke tempat ini setelah sebelumnya dipaksa untuk memakai yukata oleh Yuu dan Kurata, lengkap dengan uchiwa (kipas) dan geta (sandal kayu) untuk mengikuti festival natsu matsuri.

Meski sudah menolak dengan segala macam alasan pada akhirnya Eiji berakhir disini dengan dandanan yang bukan dia sekali.

Eiji berjalan perlahan, belum terbiasa dengan geta di kakinya. Di depan ada Kurata bergandengan dengan istrinya, terlihat mesra dan bahagia. Di samping Eiji ada Yuu yang sengaja memperlambat langkahnya untuk bisa berjalan bersisian dengan Eiji.

Pria tampan yang banyak digandrungi wanita cantik itu memakai yukata berwarna hitam dengan corak garis-garis warna putih. Dari sejak datang sudah banyak pasang mata para wanita yang memandang padanya. Tapi Yuu sendiri terlihat cuek, tak peduli pada pandangan para wanita yang kagum melihat ketampanannya.

Eiji merasa tak nyaman dan ingin segera pulang. Di rumah ibunya sendirian, Eiji khawatir padanya.

Langkah Eiji semakin melambat, sampai tertinggal lima langkah dari Yuu.

Yuu berbalik badan, memandang wajah resah Eiji yang tersamarkan oleh bayangan Chuochin (lampion) yang di pasang di sepanjang jalan. Yuu mendekati Eiji, mengangkat dagu Eiji yang tertunduk lesu.

"Apa kakimu sakit?"

Eiji menggelengkan kepala. "Aku khawatir pada ibuku," ungkapnya.

Yuu tersenyum, memindahkan tangan dari dagu Eiji ke kepalanya, kemudian menepuk-nepuk pelan sambil berkata, "Tak perlu khawatir, ibuku datang untuk merawatnya."

Mendengar itu Eiji sedikit merasa lega. Tapi tetap saja dia merasa bersalah. Sebagai seorang anak yang berbakti, Eiji seharusnya ada di rumah untuk merawat ibunya yang sedang sakit, dan bukannya berkeliaran di tempat ini untuk bersenang-senang sendirian.

Yuu yang tahu isi pikiran Eiji dengan gemas menarik pipinya. "Aku sudah meminta izin ibumu. Dia terlihat sangat senang saat aku mengatakan akan membawamu melihat kembang api."

"Bertemu … ibu? Kapan?"

"Itu rahasia," ucap Yuu sambil mengedipkan sebelah matanya. "Ayo bersenang-senang!"

Yuu menarik tangan Eiji dan mereka berjalan bergandengan tangan. Mata Eiji berkeliaran bebas, menatap satu persatu konbini yang berdiri di sepanjang jalan. Ada yang menjual omen (topeng), kakigori (es serut), Yakitori (sate ayam), dan masih banyak lagi kalau harus disebutkan satu-satu.

Semakin malam orang-orang semakin berjejal, berdesak-desakan sampai gandengan tangan Eiji dan Yuu terlepas. Eiji terdorong oleh orang-orang, dia terpisah dengan Yuu. Meski dia bukan lagi anak-anak yang mesti takut saat terpisah dengan teman atau keluarga, tetap saja Eiji merasa panik. Yuu pasti cemas mencari keberadaan Eiji. Ditambah Eiji tak memiliki ponsel yang bisa di hubungi. Untuk mencari satu orang di antara banyaknya orang bukanlah perkara mudah.

Black & White (Jerat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang