"Darimana saja kau!!?"
Eiji baru sampai rumah saat ayahnya menghadang di depan pintu. Ekspresi murka di wajahnya kian membuatnya terlihat lebih menakutkan. Eiji tanpa sadar mundur beberapa langkah kebelakang.
"Aku menginap di rumah teman."
"Teman?! Kau pikir aku tolol?!" ayah Eiji membentak kasar. "Kau mana punya teman," lanjutnya kemudian. Tak lama setelah itu ia mulai terkekeh, sarat akan cemoohan, "Ah, kau tidak melacur seperti ibumu, kan?"
Eiji tersentak kaget mendengar pertanyaan itu. Dia memandang ayahnya dengan mata tak percaya. Dia sudah membuka mulutnya untuk mengatakan penyangkalan, namun tak ada yang keluar dari mulutnya, dan pada akhirnya dia memilih untuk menundukkan kepalanya dengan mulut kembali terkatup.
Melihat Eiji yang terdiam, mata pria itu agak menyipit, "Tebakanku benar, uh?!" suara mengejek kembali terdengar. "Ibu dan anak sama saja." setelah mengatakan ini ayah Eiji berjalan melewati Eiji, menyenggol bahu Eiji keras secara sengaja. "Ibumu akan segera mati, lebih baik kau tidak keluyuran!" peringatnya kemudian.
.
.
.
Ash menggenggam tangan ibunya yang wajahnya pucat dan berpandangan kosong. Rasa bersalah berayun di hatinya, membuatnya takut kalau beratnya akan menarik putus hatinya.
"Aku minta maaf!" kalimat ini menjadi hal yang paling sering diucapkan olehnya. Namun sebanyak apapun ia mengucap, ibunya akan terus diam, yang mana membuat Ash kian merasa tertekan.
"Tolong, maafkan aku!" setetes air mata jatuh dengan cepat ke atas punggung tangan ibunya yang tengah Ash genggam.
Ash segera menengadah, tak ingin ada air mata lain yang meluncur turun dari pelupuk matanya.
Jennifer yang merasakan dinginnya air mata Ash yang jatuh di kulit tangannya, mengerjapkan matanya. Dia melihat putra bungsunya yang jarang terlihat emosional kini kacau dan tertekan.
Mengapa? Apa anakku begitu menyukai pemuda itu?
Jennifer ingin menyerah dan mengatakan, "Kau bisa bersama dengannya!" namun tidak mudah. Hatinya masih sangat enggan membiarkan salah satu putranya menjadi homoseksual.
Jennifer menarik tangan dari genggaman Ash, melirih meminta Ash untuk pergi. Jennifer membutuhkan waktu untuk sendiri, dia ingin memikirkan semua hal yang tiba-tiba terjadi ini dengan hati yang lebih tenang.
.
.
.
"Kau dimana?"
Griffin yang tengah bahagia menjawab dengan cepat, "Aku disuatu tempat, ada apa?" matanya melirik seseorang disampingnya, sedangkan bibirnya tersenyum lebar.
"Aku butuh bantuanmu, ayo bertemu!"
"Ta—"
Tut… Tut…
Tak lama pesan baru dari Ash muncul, berisikan alamat di mana mereka akan bertemu.
Griffin menggeram kesal. Ia menoleh pada sosok disampingnya. "Adikku ingin bertemu denganku." beritahunya pada sosok itu yang dibalas dengan dengungan tak peduli.
"Kita bisa bertemu lagi 'kan?" Griffin bertanya penuh harap.
Sosok itu bangun dan turun dari ranjang dengan tubuh telanjang. "Ya, pergilah."
Griffin memandang tubuh telanjang itu dengan mata panas, 'Ah aku ingin kembali menyentuhnya.' Pikirannya mulai menjadi liar saat kesenangan yang sempat dia rasakan sebelumnya berputar di kepalanya.
Griffin ikut turun dari ranjang, memeluk tubuh sosok itu kedalam dekapan. "Kau sangat sexy~" bisiknya dengan suara menggoda, bahkan dengan sengaja menyentuhkan sesuatu yang sudah mulai mengeras ke kulit telanjang sosok itu.
A/N : ini Shounen ai, sumpah! >_<
.
.
.Ash menunggu lebih dari satu jam di sebuah kedai kopi, tapi sosok yang ditunggu belum juga menunjukkan wujudnya. Ash sudah berusaha menghubungi, tetapi selalu suara perempuan yang terdengar dan mengatakan kalau nomor yang ia tuju sedang sibuk atau di luar jangkauan!
Saat seorang pelayan datang mengantarkan kopi ketiganya, barulah sosok piring yang tak asing lagi berjalan masuk ke dalam kedai. Kepala itu terlihat celingak-celinguk, Ash yang sudah sangat kesal karena di buat menunggu lama meneriakkan nama Griffin dengan lantang, membuat beberapa orang menoleh padanya, yang mana membuat Ash semakin kesal dan marah, wajahnya terlihat masam.
Berbanding terbalik dengan Ash, Griffin malah terlihat memiliki senyuman lebar di bibirnya. Seolah tak melihat gurat kekesalan di wajah adiknya, Griffin menarik kursi di depan Ash dengan cengiran lebar. "Maaf membuatmu menunggu." senyuman bahagia yang membuat wajahnya berseri hanya malah membuat Ash semakin kesal. Kalau bukan karena ia sedang membutuhkan bantuan Griffin, Ash akan mengatakan beberapa kalimat padanya, sekarang Ash hanya bisa sedikit bersabar. Walau dengusan kesal masih lolos darinya.
"Langsung saja!" Ash sudah malas berbasa-basi, waktunya telah banyak terbuang hanya untuk menunggu Griffin. "Ibu memergoki aku sedang ciuman dengan Eiji dan dia syok! Menolak berbicara padaku, padahal aku sudah meminta maaf padanya."
Mulut Griffin terbuka, kalau ibu menolak anak kesayangannya, Ash, menjadi gay, apalagi dengannya?! Bukan hanya sekedar berhenti berbicara dengannya, mungkin ibu akan segera menguburnya hidup-hidup!
"G-gawat! Lalu bagaimana?! Kau punya rencana, Ash?"
Melihat Griffin yang terlihat sangat cemas membuat Ash menaruh curiga. Ash sudah mempersiapkan diri kalau Griffin akan menertawakan dan mengejeknya, itu respon normal yang biasanya ia dapatkan dari Griffin apabila ia mengalami suatu kemalangan.
Menaruh kecurigaan di bagian belakang kepalanya, Ash mendesah panjang dan dalam. "Aku tidak tahu. Mungkin menunggu ibu sampai dia cukup tenang, kemudian kembali membicarakannya dengannya?" Ash menggelengkan kepalanya, tangannya melingkari bibir gelas, jelas tidak yakin dengan idenya sendiri. "Inilah mengapa aku meminta untuk bertemu denganmu! Cepat, sumbangkan ide padaku!" titahnya kemudian dengan mata mendelik tajam.
Griffin diam lama. Dia tidak tahu apa yang bisa membuat ibunya menerima. Apalagi, kalau sampai ibunya juga mengetahui kalau bukan hanya Ash yang gay, tetapi anak sulungnya pun sama, apa dia tidak akan bunuh diri!?
Griffin tiba-tiba merasakan kecemasan yang sangat besar. Dia tentu tidak ingin ibunya semakin terluka, tapi dia juga, cepat atau lambat akan keluar dari lemari untuk mengakui orientasi seksualnya.
Griffin menggelengkan kepalanya, dia benar-benar tidak bisa memikirkan solusi apapun. Mereka hanya bisa membiarkan waktu untuk melembutkan hati ibu mereka.
Ash mendesah berat dan dalam. Dia berdiri, "Aku akan pulang. Kau, bayar semua ini!" Ash menunjuk pada tiga gelas di meja, kemudian melenggang pergi.
Griffin yang ditinggalkan memiliki ekpresi yang tidak lebih baik dari Ash di wajahnya. Padahal ia baru saja menemukan sosok yang benar-benar disukainya. Kali ini Griffin serius pada orang itu. Griffin ingin menikah dan hidup sampai tua dengan orang itu. Tapi sepertinya tidak akan begitu mudah.
…
🙃

KAMU SEDANG MEMBACA
Black & White (Jerat)
De TodoJudul : Black & White (Jerat) [Slow Update] Penulis : Okada Hikami Characters : Banana Fish © Akimi Yoshida Pair : Ash Lynx (seme) x Okumura Eiji (uke) Ringkasan : Setelah bertemu dengan Eiji, Ash merasa bahwa hidup bukan hanya tentang apa yang di...