Bab 6

2K 253 118
                                    

Eiji membuka matanya. Dengan linglung dia bangun dan duduk. Kemudian wajahnya menjadi tegang saat melihat sekelilingnya. Kamar tak di kenal. Dimana dia sekarang? Apa yang telah terjadi padanya? Pertanyaan semacam itu berputar bergantian di dalam kepalanya, merecoki pikiran yang belum sepenuhnya terbangun dari tidur.

Eiji menyingkirkan selimut dan turun dari kasur. Kembali wajahnya menegang saat melihat pakaian yang dikenakannya. Terakhir kali... terakhir kali... Eiji mencoba mengingat dan berubah merah pipinya saat mengingat curhatan hatinya pada Ash.

Ash. Nama ini berputar lama di dalam kepala, menyusul kemudian sederet ingatan sepanjang malam itu.

Ciuman di tempat umum. Ukh... Eiji malu saat mengingatnya. Pelukan hangat di malam yang dingin. Setelah itu... setelah itu... setelah itu apa lagi? Sepertinya dia tertidur.

Tidur?!

Lalu bagaimana bisa dirinya ada di sini? Mungkinkah ini kamar Ash? Jadi, jadi... yang, yang menggantikan bajunya juga Ash?

Eiji menutupi wajahnya yang merah dengan telapak tangannya.

Tunggu dulu. Mengapa Eiji harus malu? Mereka kan sesama pria, mengapa Eiji harus malu? Eiji memberikan pertanyaan pada dirinya sendiri. Pertanyaan yang tak dia temui jawabannya.

"Su-sudah bangun?"

Ash keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit pinggang. Melihat Eiji membuat Ash gugup, teringat pada perjuangannya semalam untuk mengganti baju Eiji. Mengingat kejadian semalam hanya akan membuat monster kecilnya bangun lagi. Namun bayangan akan kulit halus Eiji yang bersentuhan dengan jari-jarinya terlalu sayang untuk Ash abaikan. Ash dilema antara mengenyahkan pikiran cabulnya atau membiarkannya saja untuk dia nikmati.

Eiji menganggukkan kepalanya sambil menatap pada Ash dengan pipi memerah.

"A-ash," Eiji memanggil.

"Y-yaa?"

"Ti, tidak jadi."

Keduanya diam. Eiji berdiri canggung di samping ranjang, sedang Ash berdiri bodoh dengan bagian tubuh atasnya telanjang.

Eiji berdeham pelan. "Baju," katanya kemudian.

Ash mengerjap polos. "Hah?"

"Kau, kau belum pakai bajumu!"

Tersadarkan, Ash segera membuka lemari dan memilih baju secara asal yang kemudian dia bawa ke kamar mandi. Eiji yang memperhatikan setiap gerakan Ash tanpa sadar tersenyum lebar.

.
.
.

Ash membawa Eiji turun ke bawah. Eiji memakai baju Ash karena tidak mungkin baginya memakai yukata nya lagi. Eiji pikir Ash hanya tinggal sendiri, jadi saat melihat seorang wanita yang terlihat sibuk di dapur Eiji merasa kaget, dan di sudut terdalam hatinya ada rasa kecewa yang Eiji sendiri tak tahu untuk apa rasa kecewa itu.

"Kalian sudah bangun?" Wanita itu menatap pada Eiji lama, sebelum mengalihkan matanya pada Ash. "Bawa temanmu dan kita sarapan bersama."

Wanita itu jelas sangat cantik, wajahnya bahkan terlihat mirip dengan Ash. Ada yang bilang kalau dua orang dengan wajah yang mirip bisa jadi berjodoh. Eiji berwajah murung saat memikirkan tentang kemungkinan besar kalau wanita cantik itu kekasih Ash. Eiji berjalan dengan enggan saat Ash menariknya untuk duduk di meja makan.

Mereka makan dengan tenang-terutama canggung untuk Eiji. Semua makanan di meja makan sangat asing buatnya, hampir tak ada yang dia ketahui kecuali sup miso dan nasi. Bila di rumah biasanya Eiji memang hanya makan dengan sup miso dan nasi yang paling sering atau nabe sesekali.

Black & White (Jerat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang