Bab 2

2.2K 319 17
                                    


TERDAPAT OC (original characters) di FF ini!


...

Rumah keluarga Okumura tidak besar, tapi juga tidak kecil. Di dalam rumah mereka yang sederhana tidak ada terlalu banyak perabotan. Semenjak kematian Okumura Jiro, keluarga Okumura mengalami banyak kemalangan.

Okumura Rei yang sejak kecil dimanjakan tak lebih dari seorang pria tidak berguna yang hanya menghabiskan waktu untuk mabuk-mabukan dan membuat kerusuhan. Sedang sang istri harus rela menjajakan diri sebagai pelacur agar anak dan suami terkasih tak harus mati kelaparan.

Eiji harus kembali merelakan kedua matanya untuk melihat sang ayah yang datang dengan langkah sempoyongan. Pria yang terlihat tua karena minuman keras itu meracau tentang kehidupannya yang sial setelah menikah dan bertambah sial setelah memiliki anak.

Pria yang begitu memanjakan Eiji saat Jiro-jiji masih hidup, kini lebih banyak melontarkan makian kepadanya. Eiji tidak mengeluh. Lebih tepatnya dia tidak berani. Mungkin saat dirinya masih kanak-kanak dulu, Eiji akan menangis dan mengeluh kepada ibunya. Bertanya mengapa ayahnya berubah, mengapa kakeknya tidak lagi tinggal bersama mereka, dan mengapa ibunya sering pergi tengah malam buta dan baru kembali setelah matahari berada di atas kepala.

Tapi sekarang Eiji bukan lagi bocah polos, perlahan dia mulai mengerti dan mengetahui jawaban atas pertanyaannya saat kecil.

Dan Eiji semakin tidak peduli terhadap pandangan orang-orang kepada keluarganya. Biar saja orang-orang itu berkata bahwa ayahnya hanya seorang pria tidak berguna, karena memang begitu kebenarannya. Biar saja orang-orang itu berkata bahwa ibunya seorang pelacur, karena itu kenyataannya.

Apa yang mereka katakan memang benar dan Eiji bukan tipikal orang yang akan membenarkan sesuatu yang memang salah. Tapi dia tak akan meninggalkan kedua orang tuanya. Seburuk apa pun mereka dimata orang-orang, baginya kedua orang tuanya merupakan sumber bahagianya. Ayah dan ibunya merupakan harta satu-satunya yang Eiji miliki.

Tak lebih baik dari ayahnya, ibu Eiji yang sudah bekerja keras untuk menghidupi keluarga, kini tubuhnya ringkih dan ditumbuhi penyakit. Eiji tahu Tuhan sedang menguji seberapa kuat dia bisa menahan cobaan yang diberikan-Nya. Dan Eiji akan mencoba untuk bertahan sampai akhir.

Eiji putus sekolah dasar dan sudah mulai bekerja sejak saat itu. Tidak mudah baginya untuk mendapatkan pekerjaan mengingat adanya larangan bekerja untuk anak-anak di bawah umur.

Tapi Tuhan masih berbaik hati padanya. Tuhan mempertemukan Eiji dengan pasangan suami istri lansia yang membuka kedai ramen di depan stasiun kereta tidak jauh dari tempat tinggalnya. Eiji mensyukuri segala pemberian yang telah Tuhan berikan untuknya. Eiji tak pernah berani meminta lebih dari apa yang telah di terima olehnya. Meski harus bekerja ketika seharusnya dia duduk di bangku sekolah, Eiji tak pernah berani untuk mengeluh.

Sampai kini Eiji masih bekerja di kedai itu, meski pemiliknya telah berganti tangan ke anak termuda dari pemilik sebelumnya.

"Hei, kenapa kau hanya diam saja?"

Rei menunjuk Eiji dengan wajah linglung. Kemudian berjalan mendekat tetapi malah terjatuh karena tersandung kakinya sendiri. Dia mengumpat karas keras.

"Kau berengsek! Bantu aku sialan!"

Pria 40-an yang tengah mabuk itu memukul-mukul lantas dibawahnya dengan kesal sampai telapak tangannya yang tapalan memerah. Tapi seolah tidak merasakan perih dia masih dengan gigih memukul lantai.

Eiji mendekat dan menyentuh pundak ayahnya pelan. Perlahan Eiji menganggat tubuh kurus ayahnya dan memapahnya untuk duduk di atas sofa usang di tengah ruangan. Setelah itu Eiji berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air, dan membuka lemari obat-obatan untuk mengambil aspirin.

Black & White (Jerat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang