2 | Perhatian

3.2K 132 5
                                    

Keesokan harinya Alaska kembali bersekolah, mengikuti jam pelajaran yang sangat membosankan baginya, ditambah lagi tidak ada orang yang menyemangatinya kali ini. Biasanya, setiap pagi selalu ada kedua orang tuanya yang menyapa dengan senyum semangat.

Alaska sudah tidak bisa lagi menikmati makanan yang dimasak oleh ibunya. Terakhir kali Alaska memakan masakan ibunya adalah saat ia berusia sepuluh tahun, sementara usia Alaska sekarang sudah tujuh belas tahun. Tak terasa, sepuluh tahun orang tuanya pergi meninggalkan Alaska.

Alaska rindu akan kehadiran mereka. Alaska selalu berharap akan ada orang yang membuat dirinya bisa melupakan kepergian orang tuanya, ia membutuhkan orang yang bisa mengerti kesedihannya selama sepuluh tahun ini.

Ibunya adalah orang yang paling kuat, paling sabar, paling mengerti, dan paling menyayangi Alaska. Begitupun juga sebaliknya, Alaska sangat menyayangi Ibunya walaupun Alaska selalu merasa bahwa Ibunya adalah yang paling cerewet. Tapi Alaska mengerti, Ibunya seperti itu karena menyayangi Alaska, tidak ada maksud apapun apalagi bertujuan untuk menyakiti anaknya.

Ayahnya adalah seorang pekerja keras. Alaska sangat bangga memiliki Ayah yang seperti Ayahnya. Sama seperti Ibunya, Ayahnya juga selalu memberikan yang terbaik untuk anak tunggalnya.

Hal yang paling membuat Alaska menyesal adalah, Alaska belum bisa membahagiakan orang tuanya sebelum sukses. Alaska merasa kalau dirinya masih menyusahkan kedua orang tuanya.

Ayah, ibu. Alaska rindu. Itu yang selalu dikatakan oleh hati yang terdalam seorang Alaska.

"Selamat pagi Alaska, kembaran gue yang paling kece, tapi lebih kece gue" Defan menyapa Alaska dengan nada rap, cipratan air yang berasal dari mulutnya pun keluar tanpa berdosa.

"Ngaku-ngaku aja lo jadi anak" sahut Jeno.

"Berisik woy, masih pagi." Alaska kesal dan segera melemparkan tasnya.

Sebelum bel masuk berbunyi, Alaska keluar kelas untuk mencari seseorang. Siapa lagi kalau bukan orang yang diboncenginya kemarin. Alaska berjalan menuju kelas Dara.

Suasana di sana terlihat ricuh, bisikan-bisikan yang berasal dari mulut mereka sangat terdengar di telinga Alaska. Terutama para perempuan centil yang kekurangan belaian pria. Jelas, semua perempuan yang duduk di depan kelas Dara menyukai Alaska yang tampan itu.

"Alaska! Nyariin gue ya? Gue ada disini kok" Vania menghampiri dan menarik tangan Alaska dengan senyum genitnya.

"Minggir. Gue nyari Dara. Bukan lo." Alaska melepaskan tangannya dari genggaman perempuan gatal itu.

"Aduh, kasian banget lo, Van. Makanya jadi cewek jangan gatel-gatel. Gue garuk juga lo!" ejek Vyra teman sebangku Dara, sambil menertawakan Vania yang mukanya memelas.

"Ada Dara gak, Vyr?" tanya Alaska sambil mengintip di depan pintu kelas.

"Dara gak masuk, dia akhir-akhir lagi sakit. Oh iya, rencananya balik sekolah gue mau jenguk Dara. Mau ikut?"

"Oke" Alaska segera meninggalkan Vyra dan kelas yang sangat bising itu.

Bel pulang sudah terdengar nyaring. Ini saatnya Alaska untuk pulang. Tapi, sebelum ia pulang kerumah, Alaska ingin menjenguk Dara dirumahnya.

Alaska pun langsung berjalan menuju tempat parkir dan segera pergi ke rumah Dara yang kemarin sempat ia datangi, ya walaupun hanya di depan gerbang saja.

"Daraaaa! Ini gue Vyraaa! Temen lo yang paling cantik sedunia" Vyra terus berteriak sebelum Dara muncul dihadapannya.

"Lo gak malu, Vyr? Kenceng banget lagi" tanya Alaska dengan alisnya yang menaik sebelah.

"Ck, nggak lah. Kalo malu nanti Dara nya gak keluar-keluar" jawab Vyra memutarkan bola matanya.

Dan tak lama, setelah mendengar suara Vyra yang membuat kuping bengkak itu, Dara keluar dengan wajah yang pucat dan tubuh yang terlihat sangat lesu.

"Eh, ada apa, Vyr?" Dara menyapa Vyra.

"Loh ada kamu juga, Ka?" Dara menengok Alaska yang berada disebelah Vyra.

"Gue mau jenguk lo. Lo sakit?" jawab Alaska yang mendahului Vyra.

"Iya, kita mau jenguk lo, Ra. Muka lo pucet banget gitu. Udah makan belom? Ya ampun" Vyra sebagai sahabatnya sangat merasa panik.

"Aku nggak apa-apa kok" jawab Dara dengan suara yang sangat pelan, bahkan seperti sedang bisik-bisik.

"Ayo masuk" Dara membuka gerbang rumahnya.

"Mama, ada temen-temen Dara nih" Dara memanggil Mamanya.

"Eh ya ampun maaf ya lama, mama lagi masak" Dira menghampiri Vyra dan Alaska.

Lalu Vyra dan Alaska mencium tangan Dira.

"Dara, ini pacar kamu?" pertanyaan yang dilontarkan oleh Dira sontak membuat mereka bertiga terdiam, terutama dara yang hanya bisa menunduk.

"Apaan sih, Ma. Dia temen Dara" Dara menatap mamanya dengan tatapan yang tak berdayam

"Perkenalkan, tante. Nama saya Alaska Revalno. Saya belum jadi pacarnya Dara, tante. Masih proses" Alaska tersenyum bercanda.

"Alaska!" Dara memelototi Alaska.

"Ya sudah, saya tinggal dulu ya. Takut masakannya gosong" Dira beranjak pergi meninggalkan sofa Dara, Alaska, dan Vyra.

"Baik, tante" Alaska dan Vyra tersenyum.

Baru saja Dara bangkit untuk membuatkan minum, tiba-tiba Alaska menggenggam tangan Dara seolah memerintahkan untuk duduk kembali.

"Duduk dulu" tangan yang satunya lagi menepuk sofa yang tadinya di duduki oleh Dara.

"Gue cuma bisa ngasih ini" Alaska memberikan sekantung plastik.

Dara menatap sekantung plastik yang disodorkan oleh Alaska.

"Gue beli di toko buah deket rumah gue, semoga lo suka. Nih ambil" Alaska mengulurkan tangannya yang menggenggam sekantung plastik yang berisi buah-buahan.

"Gue balik, cepet sembuh" dan kantung plastik itu telah di pegang oleh Dara.

"Makasih ya, Ka. Jadi ngerepotin gini"

"Sip." satu kata, namun memiliki banyak arti. Alaska mulai berjalan menjauh dari Dara dan Vyra.

"Dara! Mimpi apa gue ya ampun, Alaska care banget sama lo!" Vyra berteriak excited.

"Ck, apaan sih, Vyr." Jawab Dara dengan suaranya yang lembut.

"Tapi selama ini dia gak pernah care sama cewek, Ra" Dara menutup mulut Vyra dengan satu tangan kanannya.

"Yaudah deh, gue balik dulu. Cepet sembuh, biar Alaska bisa liat lo lagi di sekolah"

"Udah-udah" jawab Dara pasrah, pusing dengan suara kencang Vyra.

"Oke. Bye, Ra!" Vyra bergegas keluar dari rumah Dara, lalu menyalakan mesin mobilnya.

Chapter 2!
Jangan lupa vote and comment❤️

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang