Rough

3K 264 3
                                    


Satu jam lagi aku akan melakukan pertandingan dengan Fajar, aku sedang menikmati makananku yang terasa sangat hambar. Aku harus makan mau tidak mau, aku harus mengisi tenagaku untuk pertandinganku. Walaupun aku masih belum mendapat kabar bagaimana keadaan ibu, tapi aku harus tetap bertanding sudah jadi resiko jika aku menjadi seorang athlete.

Hanya doa yang mampu aku lakukan, Kevin melihatku dari jauh mungkin dia juga merasa khawatir atas apa yang telah terjadi kepadaku.

"Jom semangat ya! Walaupun ibumu masih belom ada kabar, yakin lo bisa lewatin ini oke, lo harus lebih bisa banggain ibumu sekarang ..." kata Kevin sebelum meninggalkan kamar penginapan tadi.

Aku mengambil nafas dalam dan mengeluarkannya secara perlahan – lahan, mencoba menghilangkan rasa gugupku dan rasa mengganjal dalam diriku. Aku berusaha membuang fikiran negatif yang sudah sejak semalam berputar dikepalaku.

"Fajar – Rian ayo siapkan? 30 menit kita bakal masuk lapangan, jangan tegang Rian .. ini bukan pertandingan pertamamu!" ujar pelatih yang mengingatkan kami yang sedang duduk diruang tunggu.

Mencoba yang terbaik itu yang sedang aku lakukan sekarang, bagaimana tidak lawan yang sedang kami hadapi juga memiliki kekuatan yang sangat tangguh. Sedikit disayangkan kami tidak bisa masuk kedalam Round 2 atau babak 16 besar, namun ini tidak masalah bagiku. Aku harus segera pulang ke jogja buat bantu mas nyari ibu.

"Jom lain kali kita mainnya harus lebih jauh ya .. gue sengaja mainnya jelek tadi biar kita bisa cepet balik pulang, lo harus segera nyari ibu, dan gue juga bakal kumpul keluarga, nikmati waktu lo sama keluarga sebelum kejuaraan dunia Denmark Open.." ujar Fajar menyemangati tim kami.

"hmm .. iya Jar apapun yang terjadi tim kita yang paling hebat dari yang terhebat.." aku menepuk punggung Fajar sebagai tanda kekuatan dari aku untuknya.

Pelatih juga tersenyum melihat apa yang aku lakukan dengan Fajar, menyemangati dan saling mengingatkan tim satu sama lain mungkin akan jauh lebih baik bisa menumbuhkan semangat tersendiri.

Setelah pertandingan aku memilih kembali ke penginapan, aku sudah menyuruh official untuk segera mencarikanku tiket kembali ke Indonesia secepatnya. Aku mengemas segala keperluakanku dan merebahkan diriku dalam kasur king size yang tersedia dikamar.

Ceklek

Suara pintu kamar penginapan terbuka, muculah Kevin dengan jersey yang masih kering hanya sedikit basah karena keringat.

"udah selese tandingnya?" tanyaku yang masih fokus dengan ponsel pintarku.

"hmm Jom.." katanya sedikit lesu.

"gimana menang?"

"iya biasa masuk 16 besar .. tadi ngelawan sodara sediri Jom .." ujar Kevin yang langsung masuk kamar mandi.

Aku kembali ke rutinitasku, mencoba mencari informasi soal ibu. Walaupun sebenarnya aku juga tidak tahu harus mulai mencari ibu dari mana.

"Jom udah mandi?" tanya Kevin random saat dia telah selesai dengan rutinitas kamar mandi terlihat dari baju ganti yang dia kenakan dan handuk basahnya.

"hmm ... " jawabku singkat.

Ada pesan masuk ke dalam ponselku aku melihat dari pop up, tertera tanda hati pada nama pesan itu.

From : ♥

Kamu egois

Huft .. aku menghembuskan nafas dengan keras, aku tidak menghiraukan pesan dari Shanindya, biarkanlah. Suasana kamar mejadi sangat hening sekali, aku melirik apa yang dilakukan Kevin saat ini dari ekor mataku,  ternyata dia sedang bermain dengan ponsel pintarnya dan duduk di sofa pinggir kasur yang bersebelahan dengan cendela yang menghadap langsung ke arah pemandangan luar kota Changzhou China.

You Are (√) Complete Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang