Hari ini seperti janjiku kemarin dengan mas Rian, aku akan pergi untuk menonton pertandingannya. kata Nabilla aku akan ditunggu olehnya di depan pintu masuk khusus staf, dia akan memberikanku kartu free pass, karena semua tiket untuk bisa menonton langsung badmintoon Olimpiade Jepang sudah ludes terjual.
Seperti biasa aku tipe cewek anti ribet, yang kemana – mana hanya pakek baju seadanya aja. Aku menggunakan kemeja putih lengan panjang, celana jins, sepatu vans dan kerudung hitam.
Aku pergi ke stadium menggunakan taxi agar bisa lebih cepat sampai tujuan. Saat sampai disana aku tidak begitu tersesat karena aku sudah diberi tahu harus kemana oleh Nabilla, bahkan aku dikejutkan dengan mas Rian yang berdiri di depan pintu masuk bertuliskan Staff only.
"Mas Rian ngapain disini? Kok gak masuk aja? Katanya tanding?" kataku bertanya bertubi – tubi karena khawatir.
"sabar tanyanya satu – satu, tenang aja pertandingannya baru akan dimulai dua jam lagi kok, itupun aku masih harus nunggu dengan pemain dari tunggal putra dan putri dari seluruh dunia dulu..." jelas mas Rian.
Mas Rian memakaikanku kalung kartu id card untuk bisa masuk, aku diajak menuju ruang tunggu athlete dahulu. Aku melihat sekeliling ruangan mencari Nabilla namun tidak ketemu.
"Nyari Nabilla ya? Dia lagi dampingi para pelatih untuk koordinasi soal pertadingan dilapangan.." ucap mas Rian yang seakan – akan tahu apa yang sedang aku pikirkan.
"Ciyee Jombang lagi berduaan mulu nih sama mbaknya, gak mau dikenalin dulu gitu ama kita - kita" ledek seorang laki – laki yang bertubuh 170 cm mungkin memiliki senyum manis dan kumis tipis.
"apaan sih lo ting ganggu sana pergi hushh.." usir mas Rian pada laki – laki yang dipanggil Ting.
"maaf ya itu tadi pemain tunggal putra Indonesia namanya Ginting.." jelas mas Rian yang hanya kutanggapi dengan senyuman karena memang tidak tahu banyak soal athlete bulu tangkis, jangankan bulu tangkis olah raga yang lainpun aku juga tidak tahu menahu.
Aku hanya tahu beberapa publik figur itupun Nabilla yang memberitahu semuanya. Aku merasa ada sebuah kotak di pangkuanku.
"ini kan .." ucapanku terhenti mengingat kotak ini hilang saat aku bertabrakan dengan seorang laki – laki di bandara saat pertama kali aku akan berangkat ke Inggris.
"punyamu bukan? Maaf waktu itu aku menabrakmu tanpa ikut memabantumu membereskan kekacauan yang telah ku perbuat. Terimakasih sudah dipinjami keberuntungannya .. aku kembalikan lagi keberuntungannya ke pemiliknya .." ujar mas Rian. Aku terpaku sebentar, aku melihat sebentar daun semanggi yang aku temukan waktu aku melancong di salah satu desa pedalaman Korea bersama Nabilla.
"coba mana tangan mas Rian siniin .." kataku sambil meminta tangan mas Rian.
Mas Rian mengulurkan tangannya. Aku menaruh daun itu diatas telapak tangan mas Rian. Aku bisa melihat dia tampak kebingungan.
"aku sudah tidak menginginkan barang ini lagi, anggep aja ini hadiah dari saya buat mas Rian, semoga daun ini bisa membawa kebahagiaan buat mas Rian! Namun tetap selalu ingat keberuntungan hanya akan berpihak jika kita mau bekerja keras .." jelasku sambil tersenyum. Aku memberikan kembali kotak itu pada mas Rian.
Mas Rian tersenyum melihat daun semanggi yang ada ditangannya. Suasana ruangan mendadak hening seketika. Aku mengedarkan pandanganku, aku terheran – heran melihat ruangan kosong melompong, tidak ada satu orangpun diruangan ini padahal tadi hampir penuh dengan para athlete.
"kenapa kamu bisa sebaik ini?" tanya mas Rian yang masih melihat daun semanggi ditangannya.
"baik? Itu wajar mas semua orang juga baik, hanya terkadang suatu keadaanlah yang membuat orang akan terlihat jahat dimata orang lain" jawabku.
Tiba – tiba mas Rian berlutut di hadapanku, yang membuatku bingung.
"aduh mas – mas ini apasih kok pakek berlutut segala " kataku yang menyuruhnya berdiri untuk kembali duduk disebelahku. Mas Rian mengambil tanganku dengan segera. Aku terdiam setelah melihat cahaya redup dari matanya.
"bisakah kita mencoba untuk saling mengenal satu sama lain lebih dekat lagi?" tanya mas Rian tiba – tiba.
"hmmm?" responku sedikit melambat.
"aku mau kita bisa saling mengenal lagi, aku merasa sangat bersyukur bisa kembali dipertemukan lagi denganmu .. tunggu dan bersabarlah .. saat waktunya tiba .." kata mas Rian yang membuatku semakin mengerutkan dahiku.
Mas Rian kembali berdiri, lalu mengelus dahi yang masih mencoba berfikir soal perkataan mas Rian.
"gak usah difikirin terlalu dalem ini bukan soal matematika yang harus diselesein begitu aja." Kata mas Rian.
"Kyl lo udah dateng" ucap Nabilla dari arah pintu dan masuk bersama dengan laki – laki yang mungkin aku tebak dia bernama Kevin yang menyatakan cintanya pada Nabilla di Shibuya Cross.
"iya nih .. " jawabku singkat yang langsung memeluk Nabilla.
"ciyee temennya dipeluk terus tiap ketemu kenapa cowoknya enggak" ledek laki – laki yang menggunakan jersey dengan tulisan Sukamuljo KS.
"apa sih mas Kevin ini malu – maluin, masa dia nembak aku di Shibuya Cross mas Jom!" adu Nabilla pada mas Rian yang hanya bisa memuat kami disana tertawa terpingkal – pingkal.
"untung aja lo mau nerima coba kalo enggak!" ledek mas Rian.
"jadi kamu mau aku nembak kamu gimana sih sayang?" tanya Kevin pada Nabilla yang masih memelukku.
"udah lo malu – maluin kalo nembak gue, untung gue mau ama lo, coba kalo enggak, gue takutnya lo bunuh diri gantung diri di pohon toge jadi gue terima aja.." ucap asal Nabilla yang membuat Kevin tertawa keras. Bukan hanya Kevin tapi aku dan juga mas Rian.
"yudah yuk Kyl meraka bentar lagi mau tanding, kita tungguin di tempat duduk khusus staf aja yukk" ajak Nabilla yang kuangguki sambil mengambil tas selempangku.
"mas Rian fighting, semangat ya semoga menang aku bakal teriak kencang buat mas Rian nanti." Bisikku ke mas Rian saat mengambil tas selempangku. Mas Rian tersenyum cerah saat mendengar apa yang aku katakan. Sedangakan Nabilla sedang memberikan support kepada Kevin juga.
YESSS YUHUU mas Rian berhasil masuk ke babak selanjutnya dengan partnernya Fajar. Ku lihat mas Rian melihat sekeliling seperti sedang mencari seseorang hingga mata kami saling bertubrukan.
Aku tersenyum lebar kearahnya, dan dia berkata "Terimakasih banyak" yang bisa aku baca lewat bahasa bibirnya. aku mengangguk dan tersenyum. Mas Rian dan juga partnernya digiring masuk ke dalam ruang tunggu.
Tanganku ditarik Nabilla untuk ikut kebelakang untuk mengejar para Athlete badminton. Kulihat dari jauh mas Rian sedang berbicara dengan salah satu athlete badmintoon perempuan dengan senyum lebar. Aku melihat dari bendera jerseynya dari Thailand ternyata.
Aku hanya berdiam diri di pojok ruangan tidak ingin menganggu yang lain dan pekerjaan Nabilla yang kulihat sedang menerjemahkan sesuatu. Sambil melihat mas Rian dari kejauhan yang ku tahu mungkin tidak tahu jika aku berada disini. aku menerima telp penting dari rumah sakit, aku menarik Nabilla sebentar dan berpamitan dengannya lalu aku buru - buru pergi dari tempat ini dan kembali pulang ke Inggris.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are (√) Complete
Fanficsi dokter cantik ini tidak sengaja menolong ibu dari seorang athlete kenamaan, sang ibu meminta sang anak Rian Ardianto untuk bisa meminang si dokter cantik ini atas dasar balas budi dan rasa terimaksi. Rian sendiri sudah memiliki kekasih yang kabar...