Flower

2.9K 264 5
                                    

Tok .. Tok ... Tok

Suara ketukan pintu dari sebuah tangan cantik. Ada suara dengan sebutan "Masuk" dari arah dalam. Aku masuk dalam ruangan yang bertuliskan dokter Ortoperdi.

"Dokter Delfan .." panggilku dengan semangat dan senyum cerahku.

"Oh .. dokter Afrina ada keperluan apa? Mau menanyakan soal tulang rusuk ibu Siti ya?" tanya dokter Delfan yang sudah hafal dengan apa yang aku lakukan jika aku mengunjungi ruangannya. Aku mengangguk dengan antusias sebagai jawaban.

Dokter Delfan hanya tersenyum, laki – laki paruh baya ini memang yang terbaik, dia akan menjelaskan apapun yang aku ingin tahu dengan hati – hati dan juga senyum mataharinya yang selalu menjadi favoritku.

"sebentar aku melihat Rongent terbaru dari ibu Siti terlebih dahulu" Dokter Delfan mengambil Rongent dada milik ibu Siti dan berjalan menuju layar yang di khususkan untuk bisa membacanya.

"emm .. tulang ibu Siti sudah mulai membaik mungkin minggu depan ibu siti sudah terbebas dari sabuk korset yang sedikit menyiksanya itu." Kata dokter Delfan yang melihat kemajuan kesembuhan tulang rusuk milik ibu Siti.

"apa sudah tidak ada masalah lagi dengan tulangnya dok?" tanyaku yang masih melihat hasil rongent.

"tidak, apa dia mengeluh saat menggunakan sabuk korset untuk melindungi tulangnya itu?" tanya dokter Delfan. Aku menggeleng sebagai jawaban.

"baguslah kalau begitu, lagi pula retakan tulang rusuknya sudah tidak ada lihat lah? Mungkin minggu depan akan kembali normal" jelas dokter Delfan yang kembali membawa hasil rongent dari ibu Siti kembali ke mejanya.

"baiklah kalau begitu, saya akan kembali kepekerjaan saya, terimakasih banyak dokter" pamitku.

"senang bisa membantu dokter terfavorit dirumah sakit ini, kulihat akhir - akhir ini kau selalu membawa bunga kerumah sakit" balas dokter Delfan dengan senyum cerahnya.

"ya aku ingin mengganti bunga yang ada di ruanganku" jawabku sambil menutup pintu ruangan dokter Delfan.

Sudah satu minggu berlalu, aku tetap mejalani rutinitasku seperti biasanya, bekerja dengan jumlah shift pagi dan malam, lalu melakukan operasi yang berbeda, hanya saja ada ibu Siti korban kecelakaan yang aku tolong waktu itu masih berada dirumah sakit. Dia mengingat namanya dua hari seletah dia berjuang dengan keras saat melihat foto ndirinya dan juga anaknya.

Aku menemaninya selama dia berada dirumah sakit dan itu cukup menyenangkan, aku bisa menceritakan segalanya pada ibu Siti, tanpa takut akan terbongkarnya semua privasiku, karena memang aku dikenal dengan pribadi yang sedikit misterius jika dirumah sakit. Mulai dari pekerjaanku, orang tuaku, aku yang bekerja menjadi tulang punggung keluarga, bagaimana keponakanku bisa lahir, dan sahabat yang menemani sepanjang perjalanan hidupku Nabilla.

tok .. tok ..

aku masuk kedalam kamar milik ibu Siti, kulihat dia tersenyum cerah saat melihatku. Aku berjalan menuju meja yang terdapat vas bunga mawar, aku mengganti bunga itu dengan bunga yang baru.

"ibu Siti sudah makan?" tanyaku sambil terus melakukan kegiatanku.

"Sudah dokter cantik, bu dokternya sudah makan?" ibu Siti kembali bertanya.

Aku membalasnya dengan senyuman, setelah aku membuang mawar yang layu, aku mendekati ranjang ibu Siti. Aku mengecek saluran infusnya, dan dengan segera aku membantu ibu Siti berbaring ke arah kanan dan ke kiri supaya lebih nyaman. Semua ini atas saran dari Dokter Delfan agar posisi ibu Siti lebih nyaman, karena ibu Siti masih tidak diperbolehkan tidur secara miring karena tulang rusuknya dan sedikit kesusahan jika menggunakan sabuk pengaman yang mirip dengan korset yang melingkar dari bawah dada hingga pinggang.

"ibu sabar ya kata dokter Delfan minggu depan sabuknya sudah bisa dilepas.." kataku memulai pembicaraan dengan ibu Siti.

"dokter gak kerja sekarang?" tanya ibu Siti setelah melihatku yang masih menggunakan jas putih khas dari seorang dokter. Aku menggeleng.

"jam kerjanya udah selesai bu, mangkanya saya bisa kesini buat liat ibu deh, ibu mau saya kupasin apel?" tawarku yang langsung diangguki ibu Siti.

"ibu mimpi ketemu anak ibu tadi, anak ibu itu athlete bulu tangkis, terus anak sulungnya ibu itu PNS yang kerja di dinas pariwisata, terus mantu ibu itu baik sekali, cucu ibu perempuan masih kecil, masih suka lari , rumah ibu -- " ucapan ibu Siti terhenti saat membicarakan rumah, dia masih sulit untuk mengingat dimana rumahnya.

Tanganku memberikan sepotong apel yang sudah aku kupas, aku hanya tersenyum melihatnya berfikir. Seperti anak yang berusia lima tahun jika dia lupa dimana dia menaruh mainannya, ya seperti itulah ekspresi yang ditunjukan ibu Siti sekarang.

Diam –diam aku masih mencari dimana rumah ibu Siti, saat waktuku libur. Aku akan menggunakan waktu itu sebaik mungkin untuk mencari dimana rumah ibu Siti walaupun hanya secuil informasi, aku masih berhubungan dengan si polwan cantik bernama Shanindya untuk mencari informasi yang aku butuhkan.

"ibu nanti saya harus pulang kerumah, mau ngembaliin cucian kotor punya ibu sama saya biar saya cuci dirumah, hari ini ibu tidur sendirian gak papakan?" tanyaku pada ibu Siti. Kulihat wajahnya mulai lesu karena aku memberi tahunya jika aku akan pulang kerumah malam ini.

Bagaimana tidak ini pertama kalinya ibu Siti akan kutinggal sendirian, hampir setiap malam selama seminggu ini aku tidur dirumah sakit untuk menemani ibu Siti bahkan di kamar ibu Siti ini sudah tersedia kasur tambahan untuk kugunakan jika aku tidur dimalam hari.

Semua cucian kotor milikku dan juga milik bu Siti sudah banyak jadi waktunya aku harus pulang kerumah dengan memboyong semua pakaian kotor. Waktunya membersihkan rumah yang kosong selama satu minggu tidak aku tempati, pasti banyak debu pikirku.

"mulai sekarang kamu harus biasa manggil ibu dengan sebutan Mama! Saya bosen di panggil ibu Siti terus sama kamu, panggilan ibu itu kurang ngetren! Panggil mama aja gaul.." kesal ibu Siti yang membuat lamunanku soal kembali pulang kerumah buyar seketika.

"Ha .. Ha .. Ha .. masak sih bu -" ucapanku terpotong dengan delikan dari Ibu Siti yang menyerahkan garpu buah.

"baik – baik mamaku sayang, mulai sekarang saya manggilnya mama ya .." ucapku yang membuat senyum dari ibu – eh mama terbit dari bibirnya.

"yah.. mama ntar malem gak bisa dengerin kamu ngaji dong tiap jam sebelum subuh" sesal mama, aku terkejut dengan ucapan mama barusan, jadi selama ini beliau denger saya ngapain aja sebelum sholat subuh.

Ada secercah rasa bahagia saat tahu jika ada orang yang menungguku membacakan ayat – ayat suci al – qur'an. Alhamdulillah fikirku.

"oiya .. mama lupa terus mau tanya kenapa kamu selalu ganti bunga setiap dua hari sekali .." tanya mama padaku. Aku melihat kearah bunga yang ada di meja sebelah ranjang, aku tersenyum sebentar. Aku memberikan potongan apel terakhir pada mama.

"bunga memiliki setiap artinya sendiri, dan aku selalu memilih bunga yang memiliki arti KUAT, agar mama selalu kuat dan sehat seperti semula, mama harus cepat sembuh, keluarga dirumah pasti khawatir sama mama sekarang " jelasku yang membuat mama murung seketika, aku sedikit menyesal menyinggung soal keluarga.

"bunga memiliki setiap artinya sendiri, dan aku selalu memilih bunga yang memiliki arti KUAT, agar mama selalu kuat dan sehat seperti semula, mama harus cepat sembuh, keluarga dirumah pasti khawatir sama mama sekarang " jelasku yang membuat mama m...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


TBC

You Are (√) Complete Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang