Going Crazy

3.2K 293 10
                                    

"ayukk" ajak Nabilla yang sudah memakai helmnya dan memberikan helmku.

Aku naik ke atas sepeda motorku dan menuju kantor polisi terdekat. Setelah masuk ke area kantor kepolisian, ada beberapa petugas yang bejalan ke arah kami, mereka memeriksa segala yang ada di dekat kami dengan mesin pendeteksi.

"pak permisi saya mau menanyakan sebuh informasi soal, kecelakaan yang terjadi didekat rumah sakit Universitas Gadjah Madha kemarin pagi." Tanyaku sopan pada polisi yang mungkin usianya hanya berjarak dua atau tiga tahun diatasku.

"Silahkan masuk kedalam kantor mbak dan tanyakan pada salah satu polwan bidang humas dan juga informasi sebelah sana" jelas mas - mas polisi.

"lo masuk aja deh Kyl, gua ke tukang es degan seberang sono aus, capek, panas gilaa" kata Nabilla yang mencegatku sebelum masuk ke dalam kantor polisi.

"nih lo bawa kameranya, arahin ke muka lo, awas kalo kagak! Gua sleding pala lo pakek sendal jepit!" tambah Nabilla bersungut - sungut dan menyerahkan kamera Go pronya.

Aku hanya bisa menerimanya dengan gugup, ini pertama kalinya aku harus memegang kamera karena seperti biasa aku hanya memegang pisau dan juga alat bedah setiap harinya. Apa lagi para Polisi yang ada disana hanya terkikik melihat kelakuan Nabilla.

Rasa gugupku makin bertambah saat pintu masuk kantor kepolisian sudah ada didepan mata, mana aku bawa - bawa kamera gak jelas lagi, aku bukan yutuber jadi ngapain aku harus bawa beginian, dan sudah dipastikan semua yang ada di dalam kantor polisi berfokus padaku. Tapi aku sudah tidak perduli lagi dengan itu semua, aku tetap berjalan menuju meja informasi.

Setelah menjelaskan maksud dan juga tujuanku, polwan itu mengarahkanku ke ruang dektektiv mungkin aku tidak tahu yang aku tahu hanya ruangan itu penuh dengan para polisi.

"hallo mbak perkenalkan nama saya Shanindya, mbak bisa panggil saya Diya aja. Saya bagian kehumasan dari kepolisian sini, untuk barang - barang korban yang mbak tanyakan, kami masih tidak menemukannya" jelas polwan yang bernama Shanindya.

"oh iya nama saya Afrina Mikayla Iftitah salah satu dokter bedah di Rumah Sakit UGM, saya kesini Cuma mau tanya, apakah tidak ada informasi apapun soal kecelakaan kemarin mbak Diyah? Hasil investigasi gitu misalnya?" tanyaku dengan segera.

"maaf mbak kami belum bisa memastikan apapun soal kemarin, yang bisa kami sampaikan jika hasil dari kecelakaan bus kemarin akibat sopir yang mengantuk." Jelas Diya yang berkata dengan sopan dan masih tersenyum setelahnya.

Aku menghela nafas kasar, " lalu aku harus cari kemana lagi?" itu yang ada difikaranku saat ini, aku berpamitan pada polwan cantik dan memiliki tinggi badan yang proposional yang bernama Shanindya dan memberikan kartu namaku padanya jika sewaktu - waktu ada informasi lebih lanjut, Shanindya hanya mengangguk dan berjanji akan memberikan informasi itu dengan segera.

Aku berjalan dengan tidak semangat menuju keluar kantor polisi. Saat mendengar jika ada orang yang sedang mencari keberadaan ibunya dan mencoba membuat laporan kehilangan. Mendengar itu aku jadi teringat akan ibu itu dirumah sakit yang masih belum sadarkan diri.

Ku lanjutkan kembali jalanku menuju keluar kantor polisi, aku membawa motor yang aku parkir didalam halaman kantor kepolisian, aku membawanya keseberang jalan kantor kepolisian yang memang ada pedagang es degan disana.

"gimana?" tanya Nabilla dengan segera saat dia melihatku.

"nihil .. " jawabku singkat sambil meminum es degan milik Billa dan memberikan kameranya kembali ke tangan Billa.

"sudah kuduga, trus kemana lagi kita? Ini udah jam 2 siang, cari makan siang yuk?" ajak Billa yang hanya kujawab dengan anggukan kecil.

Kami pun pergi mencari sebuah restoran terdekat. Akhirnya pilihan kami jatuh ke restoran yang menjual masakan padang, Billa memesan banyak makanan sekaligus tanpa bertanya padaku, aku hanya mengengguk iya - iya saja. Biarlah dia yang memesan aku masih berfikir bagaimana bisa aku menemukan informasi soal ibu yang dirumah sakit.

"udah gak usah difikirin dulu soal ibu dirumah sakit itu, ntar setelah makan lanjut lagi nyariin ke sana pusat pembuangan sampah yang kata bapak tadi ada di perbatasan magelang" kata Nabilla yang mencoba untuk menghiburku, aku tersenyum tidak ada lagi teman yang bisa mengertiku dengan baik kecuali dia.

Saat makanan datang, aku dan Nabilla sudah tidak lagi memikirkan bagaimana kelanjutan kami nanti saat mencoba mencari dimana, soal itu pikir setelah makan lagi aja.

"Bill yakin gak masalah kalo kita pergi kesana? Ini pusat pembuangan sampah loh" tanyaku pada Nabilla yang sedang asik makan rendang.

"iyaa .. lanjut aja udah, gimana lonya kasian gue liat lo kesana kesini sendirian, lagian guenya juga gak lagi sibuk, dan balik ke Koreanya masih lusa" ucap Nabilla yang masih asik dengan makanannya.

Aku mengangguk - angguk saja, Billa memang begitu dia teman yang agak sedikit memiliki ambisi, jika dia sudah memiliki keputusan harus dan harus dilaksanakan dengan baik. Kayak nyonya besar lagi nyuruh babu, kalo dia mintak bersihin selokan ya lo harus bersihin selokan.

"Aaahhh kenyang gila.." ujarnya sambil memegang perutnya.

"iyalah makanan segini banyaknya cuman abis di elo doang, gue sholat dulu ya bentar" izinku pada Billa dan langsung mencari Musolla terdekat.

Selesai menunaikan ibadah sholat di luar musolla aku melihat Nabilla sudah duduk didepan dengan sepeda motor yang terpakir didekat pagar musolla. Aku menghampirinya.

"wiih gila makin cantik aja mbak abis ibadah soalnya!" ucap Nabilla yang kusambut dengan kedipan mata.

"udah yuk langsung jalan, lumayan perjalanannya jauh banget, takut gak keburu." Ajakku dan Billa mengangguk setuju.

Saat sampai dilokasi pusat pembuangan sampah, aku dan Billa mulai berpencar untuk mencari barang berharga milik ibu yang aku tidak ketahui sampai sekarang siapa namanya. Beruntung sekali niat baikku dan juga Billa disambut dengan orang - orang yang bekerja disana untuk mengolah sampah. Mereka ikut membantu kami mencari benda milik ibu tadi.

Sudah 2 jam kami mencari barang milik ibu, bahkan sudut- sudut tempat ini sudah kami jelajahi, aku sudah merasa sangat putus asa. Bagaimana lagi aku bisa menemukan informasi untuk ibu ini ya allah.

Hingga aku menemukan sebuah tas yang memang sudah sobek dan bau mungkin karena sudah bercampur dengan tanah dan juga sampah. Aku membuka tas yang cukup besar dan mengeluarkan isinya. Hanya ada baju dan makanan basi, kubuka kembali tas itu lebih lebar, dan mengeluarkan semua isinya. Banyak sekali baju olahraga disini seperti seragam sepak bola, dan akhirnya aku menemukan Foto ibu yang ada di rumah sakit.

Dalam foto ibu dan juga disampingnya ada seorang laki - laki muda. Aku melihat belakang foto itu aku fikir itu akan berisi alamat sang ibu namun hanya bertuliskan sebuah nama dan juga pesan.

M. Rian Ardianto

Anak kebanggan ibu ...


Anak kebanggan ibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus

Bonus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

You Are (√) Complete Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang