Hari ini ada yang beda dengan aku yang biasanya aku akan ada dilapangan kai ini aku ada disebuah penampungan dimana masih berisi beberapa orang yang masih menunggu bantuan. Bencana itu memang udah lama terjadi namun beberapa adri mereka yang menunggu rumah mereka selesai diperbaiki masih memilih untuk tinggal di penampungan dari pada pindah atau menumpang dirumah tetangga.
Disini aku bisa melihatnya denga sangat baik, wanita itu terlihat sangat cantik dengan jas dokter kebanggaannya. Dia mendengar satu demi satu keluh – kesah orang – orang soal kesehatan mereka. Saat ini aku dan Afrina sedang ada di Bali, setiap tahun keluarga dari Nabilla dan keluarga angkat Afrina mengadaka reuni keluarga besar.
Kebetulan aku sedang libur latihan dan sedang tidak ada turnamen dalam waktu dekat jadi aku bisa pergi ke Bali bersama dengan Kevin. Afrina mendapatkan sebuah pesan dari salah satu teman lamanya untuk ikut membantunya menjadi relawan untuk para korban gunung Agung.
"dia cantik ya mas Jom?" tanya Nabilla yang ada di sebelahku. Aku mengangguk sambil mataku masih tidak bisa lepas dari Afrina.
"hmm kalo liat Afrina lagi nanganin pasiennya perasaan gue kayak wahhh itu temen gue?" tambah Nabilla yang masih saja memuji Afrina, aku tersenyum bangga.
Nabilla dan juga Kevin ikut dalam acara ini, mereka banyak membantu dan juga menghibur anak – anak yang ada disini.
"huft gue capek .. makan yuk yang ..." aja Kevin yang langsung diangguki Nabilla.
"Jom gua tinggal yakk?" aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
Aku lebih memilih menunggu Afrina yang masih melayani para pasiennya, lihatlah dia tersenyum terus – menerus pada setiap pasien yang datang dan berbicara dengannya. Aku sedikit khawatir karena ini sudah lewat jam makan siang. Kulihat sekarang dia melihat jam tangannya, lalu melihat kearah ku sambil berbicara dengan bibirnya.
"sudah makan?" tanyanya dalam bahasa bibir tanpa suara, aku hanya menggeleng sebagai jawaban.
Dia kembali menuju ke pasien terakhirnya, setelah pemeriksaan terakhirnya dia membereskan semua peralatan kedokterannya. Aku menghampirinya dan membantunya untuk memasukkan ke dalam tas ranselnya. Aku memakai tas ranselnya, mengambil jas kedokterannya dan menggandeng tangannya dia hanya tersenyum melihatku melakukan ini semua.
"harusnya jangan begini .. aku bisa bantuin bawa jasku sendiri" katanya protes dengan apa yang aku bawa.
"udah kasian kamu capek abis nanganin banyak orang, mau makan apa gimana dulu?" tanyaku langsung saat kami berdua berjalan beriringan.
"bentar aku pamit dulu ya sama temen aku, biar kita lagsung pulang sekalian makan di jalan aja .." katanya yang langsung berjalan menuju temannya bersamaku.
"Diaz .. bu Bidan aduh sorry ya aku gak bisa bantu sampek selese .." katanya pada temannya.
"ih gak papa loh Frin, aku malah gak enak sama kamu, malah bawa banyak banget bala bantuan kesini, makasih ya mas Rian udah mau ikutan kesini buat bantuin kita .." ujar teman Afrina yang kubalas dengan senyuman ringan.
"senang bisa membantu.. " kataku.
Setelah berpamitan akhirnya kamim memilih untuk makan lalu pulang kerumah ayah dan juga bunda Afrina. Kami memilih makan di restoran denga menu makanan khas Bali sendiri.
"nih Mas makananya .. mau nambah yang lain?" tanyanya setelah mengambilkan makananku, aku hanya menggeleng.
"kamu makan yang banyak Yang, liat nih kamu kekurusan di Inggris gak ada yang jual beras ya?" sewotku setelah liat dia yang cuman makan sedikit.
"aku kenyang sayang kamu gak liat ya tadi aku meriksa pasien juga nyemil mulu mulutnya, abisa mereka periksa aku dibawain buah ini – buah itu .. dan endingnya aku kenyang makna buah .. masak kamu nyuruh aku makan banyak ntar kalo aku meledak gimana?" tanya Afrina yang bikin aku menahan tawa, setelah bertunangan aku memang dikejutkan dengan banyak hal.
Dia yang bawel kalo aku abis turnamen gak mandi – mandi terus gak istirahat malah milih VC-an terus sama dia, dia yang lebih sering telp mama timbang aku anaknya sendiri. Selalu tanya duluan udah maka belum, dia yang cerita banyak soal kegiatan dia seputar temen – temen kerjanya dia dirumah sakit, dia yang jengkel ke profesornya. Penelitiannya yang berhasil, dan masih banyak hal yang membuatku dikejutkan olehnya setiap harinya.
Beberapa kali aku sempat mengetahui jika ada salah satu temannya sesama dokter Reside, lebih tepatnya adik tingkat Residen yang ada di bawahnya dan ditangani langsung olehnya tergila – gila dengannya. Sewaktu aku bermain di kejuaraan All England dia membawa seluruh teman kerjanya untuk mendukungku.
Aku bahkan dikejutkan dengan aksinya yang mengenalkanku ke semua temannya jika aku ini calon suaminya secara langsung dan terang – terangan. Waktu aku tanya kenapa dia begitu dan tumben, dia cuman bilang.
"aku cuman pengen ngasih tahu mereka aja, biar Dave juga tahu kalo ada yang lebih ku sayang dari pada uang, pasienku, para ibuku dan bapakku, terus kamu dan gak ada lagi jadi kesempatan dia ada di hidupku hampir tidak ada.." katanya sambil tertawa, aku yang mendengar ceritanya hanya bisa tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are (√) Complete
Fanfictionsi dokter cantik ini tidak sengaja menolong ibu dari seorang athlete kenamaan, sang ibu meminta sang anak Rian Ardianto untuk bisa meminang si dokter cantik ini atas dasar balas budi dan rasa terimaksi. Rian sendiri sudah memiliki kekasih yang kabar...