Keringat mengucur dengan deras, kali ini aku berlari di lorong rumah sakit yang sepi, jam menunjukkan pukul dua belas dini hari. Aku mendapatkan panggilan dari rumah sakit jika ibu yang aku tolong saat kecelakaan kemarin sudah sadarkan diri.
"huft .. huft .. huft .." nafasku pendek didepan kamar pasien, aku berusaha menormalkan pernafasanku sebelum masuk ke kamar pasien.
"dokter Afrina semuanya baik – baik saja, kenapa harus berlari ditengah malam .. semua organ vitalnya sudah saya cek tidak ada masalah apapun, ini laporannya" aku menerima laporan kesehatan ibu yang bernama Ibunya Afrina, memang kurang ngajar Nabilla memberi nama ibu ini dengan sebutan konyol.
"bagaimana dengan kondisi kepala? " tanyaku pada suster yang masih setia menungguku melihat semua laporan kesehatan sang ibu.
"saya berusaha menyakan nama pasien namun masih belum berhasil, pasien hanya mengeluh kepalanya sakit, saya sudah menyuktikkan pereda sakit seperti yang dipesan dokter waktu itu jika pasien sadarkan diri .."
"baik terimakasih suster Ana, saya akan memeriksa pasien." Kataku sambil mendekat ke arah ibu paruh baya yang masih memejamkan matanya. Apakah dia sedang tidur? Aku bertanya – tanya.
"ibu .. ibu .. bisa bangun sebentar .." tepukku secara perlahan supaya ibu itu bisa membuka matanya barang sebentar saja.
Ibu itu membuka matanya, dia mengerutkan dahinya aneh mungkin yang dia pikirkan kenapa dia bisa disini. Aku mencoba tersenyum ramah kepadanya.
"saya periksa sebentar ya ibu .." ibu itu hanya merespon dengan anggukan lemah.
"suster tolong bantu saya sebentar .." aku menempelkan stetoskopku. Dan mulai memeriksa bagian terkecil dari kepala ibu itu bekas operasiku kemarin. Tidak ada masalah.
"ibu namanya siapa kalo boleh tahu?" tanyaku dengan sopan dan juga lemah lembut. ibu itu kembali mengerutkan dahinya, aku mengelus kerutan dahinya.
"ibu masih ingat kejadian kemarin?" tanyaku lagi masih berusaha.
"nama saya .... nama saya ... " jawab ibu itu dengan sedikit berfikir.
"Lupa " lanjut ibu itu setelah aku menunggu beberapa menit, suster dan aku saling melempar pandangan.
"yasudah ibu .. istirahat lagi ya bu, saya bantu balik kiri kanan sebentar biar badan ibu lebih nyaman ya, kemarin ibu mengalami kecelakaan tertabrak bus, tulang rusuk ibu retak jadi ibu harus pakek sabuk ini dulu ya untuk sementara waktu, ibu sabar ya sebentar lagi sabuknya bisa dilepas kok kalo tulangnya kembali seperti semula" jelasku panjang lebar sambil membantu ibu itu memiringkan badannya ke kiri dan juga ke kanan, lalu kembali menidurkannya seperti semula.
"dokter saya permisi .." pamit suster itu yang aku balas dengan anggukan.
"ibu mau minum?" tanyaku kembali pada si ibu yang masih saja tetap melihatku.
"bu dokter namanya siapa?"
"nama saya Afrina" jawabku sambil tersenyum, aku menyodorkan segelas air putih setelah aku berhasil menaikkan ranjang otomastis yang mejadi tempat ibu ini tidur sedikit lebih tinggi.
"bu dokter ..." kata – kata ibu itu terhenti saat aku sudah mengembalikan gelas air putih disebelah ranjang.
"ada apa bu? Tanyakan saja jika ingin ditanyakan .." ucapku smabil tetap mempertahankan senyumku.
"kenapa saya bisa sampai disini? Ini dikepala saya kenapa?" tanya ibu itu yang terlihat takut akan lingkaran perban yang ada diatas kepalanya.
"ibu kemarin tertabrak bus, supir dan juga kernet yang ada dalam bus meninggal ditempat kejadian, menurut polisi akibat supir mengantuk, ibu sepertinya terlempar dari lokasi dan tulang kepala ibu mengalami luka yang cukup parah. kebetulan saya berada di lokasi kejadian ibu kecelakaan kemarin. Mungkin ibu mengalami amnesia sesaat, untuk saat ini yang ibu perlukan istirahat lagi ya bu. Biar saya yang temani ibu disini, polisi masih belum menemukan barang – barang ibu, tapi tadi pagi saya sudah berusaha mencari tas dan juga barang –barang ibu yang lain, tapi maaf ya bu saya nemuin barang ibu ada di pusat pembuangan sampah, semua barang berharga punya ibu sudah tidak ada di tas itu yang ada hanya sebuah foto ini, apa ibu ingat dia siapa?" jelasku sambil menyodorkan sebuah foto yang aku ambil tadi.
Ibu itu tampak mengerutkan dahinya berkali – kali, aku mengusap dahinya lagi secara perlahan.
"gak usah dipaksakan ibu kalo memang masih belum bisa mengingatnya, dibelakang foto ada tulisan ibu mungkin .. besok pagi masih bisa dibicarakan lagi, jadi ibu istirahat ya biar saya yang jaga ibu sekarang .." ucapku sambil menurunkan kembali ranjang milik ibu.
Aku menarik selimut dan tetap mempertahankan senyumku, ibu itu memegang tanganku. Aku bisa mengartikannya jika ibu ini takut untuk ditinggalkan sendirian.
"saya disini, saya gak kemana – mana.. ibu tenang aja ya "
Ibu hanya mengangguk dan mulai memejamkan matanya, aku menunggunya sebentar selama 20 menit hingga ibu benar – benar terlelap. Aku mencoba untuk berdiri secara perlahan – lahan. Lalu keluar dari kamar ibu untuk menuju ruanganku, aku harus ibadah sholat tahajut, aku memang selalu menyediakan mukenahku sendiri disini.
Banyak fikiran yang sedang berkeliaran di kepalaku, apa yang aku aku lakukan setelah ibu ini sadar, aku tidak memiliki informasi apapun soal ibu, sedangkan ibu sedang mengalami lupa ingatan sesaat.
"Dokter Afrina kenapa lagi disini?" tanya salah satu suster yang berjaga dibagian informasi pasien. Saat aku berjalan menuju ruanganku.
"iya pasien kecelakaan yang saya bawa kemarin sudah sadarkan diri jadi saya kesini, mari saya keruangan sebentar ya ada yang mau saya ambil" pamitku pada para suster yang sedang berjaga.
Dengan cepat aku mengambil mukenah dan juga al – qur'an, saat aku masuk kedalam ruangan ibu, kulihat masih tertidur dengan nyaman, kau berusaha untuk mendekat dengan perlahan – lahan, mengecek cairan infus milik ibu sebentar.
Jam yang bertengger di dinding menunjukkan pukul tiga pagi, aku segera beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menuju toilet untuk mensucikan diri dan bisa menunaikan ibadah sholat tahajut.
Aku menunaikan ibadah sholat tahajut disebelah ranjang ibu, aku sedikit membuka al – qur'an mencoba membacanya dengan volume suara sepelan mungkin agar ibu tidak merasa terganggu dengan apa yang aku lakukan. Sudah menjadi kebiasaan jika aku terbangun ditengah malam akan melakukan ibadah sholat tahajud dan membaca al – qur'an sambil menunggu waktu subuh dan saat adzan subuh telah berkumandang aku langsung mensegerakan sholatnya.
Setelah membereskan mukenahku, aku mengambil ponselku dan melihat ada notifikasi panggilan yang begitu banyak dan juga pesan dari Nabilla, siapa lagi yang suka melakukan ini hanya Nabilla.
From : My Twins ☺
Gue harus balik ke Korea, ati –ati dirumah
Bye jangan kangen gue!
To : My Twins ☺
Sorry gak bisa nganter ya, hati – hati dijalan
Pukul enam pagi, masih ada waktu dua jam lagi sebelum bekerja. Aku harus membelikan beberapa baju untuk ibu sebagai baju ganti. Barang –barang ibu sudah dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab kemarin saat mengalami kecelakaan, jadi aku harus memenuhi segala keperluan ibu untuk saat ini dan juga nanti semoga ibu cepat sembuh.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are (√) Complete
Fanficsi dokter cantik ini tidak sengaja menolong ibu dari seorang athlete kenamaan, sang ibu meminta sang anak Rian Ardianto untuk bisa meminang si dokter cantik ini atas dasar balas budi dan rasa terimaksi. Rian sendiri sudah memiliki kekasih yang kabar...