Resort

141 14 0
                                    

#7

“Apa?” Aku menoleh dan melihat sebuah mobil kecil mengikuti taksi kami. Benar, itu memang mobil dari penginapan. Mengapa mereka mengikuti kami?

Mobil itu semakin dekat dan kami bisa melihat Ryuichi melambai dari kursi depan. Kami berpikir apa mungkin kami meninggalkan sesuatu di penginapan dan meminta sopir taksi untuk berhenti. Ryuichi berhenti tepat di samping mobil kami dan menghampiri kami.

“Kalian tak bisa pulang begitu saja!” katanya.

“Kami takkan pulang,” jawab Shoji. “Kami tak bisa pulang dengan keadaan seperti ini!”

Mereka sepertinya mampu memahami perkataan satu sama lain, tapi aku dan Takumi kebingungan. Kami tak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

“Hei, apa yang kalian maksudkan?”

“Kalian naik ke sana, kan?” ia menatap langsung ke mataku.

Jantungku berdetak sangat kencang. Bagaimana ia bisa tahu? Aku merasa sangat takut. Aku merasa seperti ketahuan telah melakukan sesuatu yang sangat buruk.

“Ya.” Aku menjawab dengan jujur.

Ryuichi menghela napasnya, “Jika kalian pergi seperti ini, kalian hanya akan membawa-nya bersama kalian. Kenapa kalian harus naik ke atas sana? Seharusnya aku dengan tegas melarang kalian untuk naik ke sana.”

Apa yang ia maksud? Membawanya bersama kami? Tapi, bukankah kami sudah mengakhirinya dengan pergi dari tempat itu?

Aku mulai cemas dan menatap Takumi. Namun ia sama cemasnya dengan kami. Ia menatap Shoji dan Shoji akhirnya berkata.

“Tak apa-apa, teman-teman. Kita akan diruwat. Kita akan membicarakannya ketika kita sudah sampai di sana.”

Diruwat? Semacam upacara? Aku tak mempercayainya. Apa kami kerasukan? Apa aku akan mati? Sial ... sial! kenapa aku harus naik ke sana? Jika kami memang tak boleh naik sana, seharusnya sejak awal mereka mengatakannya kepada kami!

Perkataan Shoji sama sekali tak membuat Ryuichi terkesan.

“Upacara penyucian?” tanyanya.

“Ya,” jawab Shoji dengan singkat.

“Kau bisa melihatnya, ya, kan?” tanya Ryuichi lagi.

Shoji terdiam.

“Tunggu, apa yang kau lihat!” Takumi menuntut penjelasan.

“Maafkan aku, tapi tolong jangan tanyakan itu padaku.”

Tanpa berpikir, aku segera meraih Shoji dan mengguncang-guncangkan tubuhnya, “Demi Tuhan! Apa yang terjadi! Katakan pada kami!”

Ryuichi berusaha memisahkan kami, “Hei, hentikan! Seharusnya kalian berterima kasih kepadanya.”

“Tapi ia tak mau mengatakan apa yang terjadi! Kami berhak tahu!” Emosiku mulai meninggi.

“Kalian beruntung kalian tak bisa melihatnya,” seru Ryuichi, “Justru Shoji yang dalam masalah sekarang.”

Mendengarnya, wajah Shoji berubah pucat.

Creepypasta (Mix & Original) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang