#13
Kami bertiga masuk ke ruangan di mana kami pertama berada ketika kami tiba di rumah ini.
“Kalian melakukannya dengan sangat baik tadi malam.” Biksu itu mulai berbicara sambil tersenyum hangat, “Kalian kini telah aman. Upacara pembersihan berjalan dengan lancar dan kini telah selesai.”
Kami tak tahu apa yang dapat kami katakan, jadi kami hanya tersenyum dengan canggung ke arahnya. Ada banyak hal yang ingin kami tanyakan, tapi tak seorang pun dari kami berani berbicara.
“Kurasa aku harus memberitahukan pada kalian segalanya.” Ia berkata penuh simpati. “Mari, ada yang ingin aku tunjukkan pada kalian.”
Ia berdiri dan mengajak kami kembali ke kuil. Dalam perjalanan menaiki tangga, Shoji dengan was-was menatap ke sekelilingnya.
“Semuanya akan baik-baik saja.” Sang biksu berkata ketika menyadari ekspresi ketakutan dari wajah kami saat berjalan kembali ke kuil itu. “Apa ada sesuatu yang salah?”
“Ti ... tidak. semuanya baik-baik saja,” kata Shoji. “Aku sudah tak melihatnya lagi.”
“Memang seharusnya begitu.” Sang biksu tersenyum.
Ketika kami berdiri di depan kuil utama, ia mengajak kami masuk melalui pintu belakang. Di sana kami melihat ruangan yang identik sama dengan ruangan tempat kami berada tadi malam. Kami disuruh menunggu di sana dan sang biksu pergi. Shoji masih kesulitan untuk menenangkan dirinya dan mengetuk-ngetukkan kakinya dengan was-was.
Setelah beberapa saat, ia kembali sambil membawa sebuah kotak kayu kecil. Ia duduk di depan kami dan mulai bercerita.
“Aku akan menunjukkan asal-muasal peristiwa yang menimpa kalian.” Ia membuka kotak itu dan kami bertiga sampai memajukan tubuh kami untuk melihat apa isinya. Di dalamnya terdapat seperti jamur kuping yang sudah mengering dibungkus dengan kapas.
Apa itu? Kami tak tahu sama sekali. Namun ada perasaan aneh menyelimuti kami ketika melihatnya. Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat.
Aku mencoba mengingatnya, ketika akhirnya aku merasa seperti tersambar petir.
Ketika aku masih kecil, ibuku sering mengeluarkan kotak kecil yang terlihat berharga dari dalam lemari hiasnya. Aku sangat tertarik dan ingin melihat apa isinya. Ketika ibuku akhirnya memperbolehkan aku melihatnya, aku merasa sangat senang. Di dalamnya hanya ada kapas yang membungkus sebuah benda hitam. Aku tak tahu apa itu, jadi aku menanyakannya.
Ia hanya menjawab dengan suara lembut, “Benda ini adalah milikmu sekaligus milik ibu. Ini adalah bukti bahwa ibu dan kamu saling terhubung.”
Benda yang sedang ditunjukkan biksu itu sama persis dengan yang kulihat saat itu.
“Apa itu?” tanya Takumi.
“Ini tali pusar,” jawabku tiba-tiba. Semua orang menoleh padaku.
“Jadi kau pernah melihatnya?” tanya sang biksu. Aku mengangguk.
“Ehm ... kurasa aku juga pernah melihatnya saat aku kecil," kata Shoji.
“Aku belum pernah melihatnya," sambung Takumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepypasta (Mix & Original)
Mystère / ThrillerSuka baca bacaan ringan tapi bikin bulu kuduk bediri? Kamu menemukan bacaan yang tepat! Rasakan sensasi ngeri sekaligus penasaran dalam cerita ini. Beberapa cerita bukan murni buatan saya. Sebisa mungkin akan saya cantumkan sumbernya. Selamat Mem...