11. Hilangnya Akal Sehat

5.8K 907 260
                                    


"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~"

Minho berteriak sekeras-kerasnya seiring dengan tangannya yang semakin menggila mengegas motornya hingga kecepatan penuh. Membelah keheningan dan kelelangan jalanan kota di malam hari. Bahkan ketika lampu merah untuk kendaraan sedang menyala, Minho tetap mengegas motornya dengan kekuatan penuh.

"WOY! BANGSAT! NYETIR YANG BENER DONG!"

Umpatan itu diteriakkan oleh salah seorang pejalan kaki yang nyaris saja ditabrak oleh motor Minho saat sedang menyebrang jalan.

Tapi Minho tidak peduli dengan teriakan itu. Juga tak peduli kalau dia baru saja menerobos lampu merah. Tangannya hanya mengegas motor dengan kecepatan penuh. Sampai-sampai tangannya mati rasa. Sampai-sampai dia tak bisa merasakan tangannya sendiri.

Di balik helm full face yang dikenakannya, Minho menyembunyikan air matanya. Dia menyembunyikan pipinya yang basah, menyembunyikan wajah kebasnya, menyembunyikan gurat penyesalan yang jelas-jelas tergambar pada wajahnya.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!"

Minho kembali berteriak memecah keheningan malam dengan suara paraunya, diiringi getaran, diiringi isak tangis, diiringi air mata yang mengalir dari pelupuk matanya, seiring dengan tangannya yang semakin gila-gilaan mengegas motornya.

Minho tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini. Otaknya tidak dapat berfungsi dengan baik. Sel sarafnya sudah mati. Hatinya beku. Seluruh bagian tubuhnya mati rasa. Dia seperti melayang, seperti ada yang mengendalikan tubuhnya ketika dia berlari keluar dari rumah dan meninggalkan Jisung seorang diri.

Dia menangis tanpa suara selama perjalanan. Dia berteriak kesetanan selama perjalanan. Dia merutuki diri sendiri dengan kalimat sumpah serapah selama perjalanan. Yang jelas selama perjalanan yang dia lakukan hanyalah menyesali apa yang telah dia lakukan pada adik kandungnya sendiri. Dia tak tahu arah mana yang akan dia tuju sekarang. Yang penting dia pergi. Yang penting dia menjauh. Untuk mengasingkan diri. Untuk menyesali diri sendiri. Untuk menghindar dari kenyataan bahwa dia telah memperkosa adik kandungnya sendiri tanpa dia sadari.

BRAK!!

Motor yang Minho naiki tiba-tiba saja menabrak badan truk yang tengah melaju di persimpangan jalan. Salah Minho sendiri yang untuk kesekian kalinya tidak berhenti ketika lampu merah sedang menyala.

Badan truk penyok sebagian. Motor bagian depan milik Minho hancur. Sementara tubuh Minho terpelanting beberapa meter ke depan. Helm full face-nya retak. Pelipisnya berdarah. Tubuhnya luka-luka dan tergolek tak berdaya di atas aspal. Pemandangan yang cukup mengiris hati bagi para pejalan kaki yang kini mulai berbondong-bondong menghampiri tubuhnya untuk membantunya, bahkan beberapa di antara mereka ada yang menyalahkan supir truk.

Mata Minho hanya mengerjap pelan memerhatikan suasana di sekitarnya yang berubah menegang. Pandangannya mengunang saat melihat beberapa orang yang mengepung tubuhnya dengan pandangan khawatir. Telinganya berdenging saat mendengar orang-orang itu menanyakan keadaannya.

Sementara Minho masih merasa tubuhnya melayang. Mati rasa. Bahkan dia tak bisa merasakan sakit pada sekujur tubuhnya yang luka-luka. Karena saat ini dia sama sekali tidak bisa merasakan apa pun. Kecuali rasa sakit di hatinya. Rasa penyesalan itu, dia bisa merasakan yang satu itu.

"Jisung...."

Bahkan ketika tubuhnya baru saja terpelanting keras akibat menabrak truk yang menyebabkannya luka-luka, hanya satu nama itu yang ada di pikiran Minho.

"Jisung....." kini Minho terisak. Air matanya kembali mengalir, bercampur dengan darah yang masih segar di pelipisnya.

"Dek, kamu gapapa?"

[1] Oops! (Minsunglix Version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang