"Jisung?"
Kepala Minho menyembul dari balik pintu kamar Jisung. Dilihatnya Jisung tengah berbaring membelakanginya di atas kasur.
"Kak Minho masuk ya?" izin Minho pada Jisung.
Tak ada jawaban dari Jisung. Namun Minho tetap melangkah masuk ke dalam setelah menutup rapat pintu kamar Jisung.
"Jisung," Minho bergerak duduk di atas kasur, menciptakan suara deritan dari ranjang. Namun Jisung masih tak bergerak juga, seolah keberadaan Minho sama sekali tak dianggap oleh cowok itu.
Karena ucapannya sama sekali tak ditanggapi oleh Jisung, kini Minho bergerak untuk berbaring di samping Jisung. Lalu dengan gerakan pelan, Minho menyusupkan salah satu lengannya di bawah tubuh Jisung yang menyamping hingga akhirnya ia menarik tubuh ramping itu ke dalam pelukannya dari belakang.
Jisung yang pada awalnya memejamkan mata dan membisukan pendengarannya dari ucapan Minho kini berjengit kaget ketika tiba-tiba saja Minho memeluknya dari belakang. Tolong diingat, mereka dalam posisi berbaring menyamping menghadap tembok. Jadi bisa dibayangkan kan posisi pelukan kedua cowok itu bagaimana sekarang?
"Jisung marah sama kak Minho ya?" ucap Minho pelan, tepat di belakang tengkuk leher Jisung hingga Jisung bisa merasakan napas Minho yang menggelitik tengkuk lehernya.
"Jangan marah dong, Sung," kali ini Minho menelusupkan wajahnya pada tengkuk leher Jisung dan memberikannya kecupan yang cukup lama.
Jisung yang tidak tahan diperlakukan seperti itu oleh Minho pun akhirnya berbalik menghadap Minho dan seketika tertegun saat mendapati dirinya yang hanya berjarak beberapa senti dari wajah Minho. Bahkan Jisung sampai bisa merasakan deru napas cowok itu, membuat jantung Jisung kini mendadak berdegup tak beraturan.
Maka demi menetralisir debarannya, Jisung pun berucap,
"Jisung nggak marah sama kak Minho..."
Minho tersenyum kecil mendengarnya. Dengan Jisung yang berbalik dan kini menghadap ke arahnya saja sudah membuat Minho merasa lega, apalagi dengan mendengar ucapan Jisung yang katanya tidak marah padanya. Minho sungguh tak bisa menahan kelegaannya hingga senyuman itu terbentuk begitu saja di bibirnya.
Minho menelusupkan tangannya di antara celah rambut Jisung dan mengusapnya lembut.
"Terus kenapa tiba-tiba masuk kamar? Pake banting pintu segala pula," tanya Minho.
Jisung tidak menjawab. Dia malah menggerakkan tangannya untuk menyentuh leher Minho dan memainkan kulit cowok itu.
Sebenernya Minho merasa geli apabila ada yang menyentuh kulit lehernya. Namun pengecualian untuk Jisung. Karena apabila Jisung yang menyentuhnya, Minho malah merasakan kenyamanan yang bahkan sampai tak bisa diungkapkan oleh kata-kata sekali pun.
Melihat Jisung yang tak kunjung menjawab, tangan Minho kini turun menyentuh wajah Jisung sambil bertanya,
"Pasti karena alamat yang dikasih Felix, kan? Karena kak Minho mau pergi ke sana?"
Tangan Jisung juga kini bergerak menyentuh tangan Minho yang berada pada wajahnya. Jadi bayangkan saja Minho yang tengah mengelus wajah Jisung dengan tangan Jisung yang berada di atas tangan Minho.
"Jisung cuma takut, Kak..."
Gerakan tangan Minho terhenti. Tatapannya kini mengarah lurus pada manik Jisung yang menunjukkan sorot yang tak biasa.
"Jisung takut ditinggal pergi sama kak Minho..." tambah Jisung kemudian.
"Hey, Jisung, kak Minho gak akan ke mana-mana," Minho kembali mengelus wajah Jisung dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Oops! (Minsunglix Version) ✔
Fiksi PenggemarOops! (Minho x Jisung x Felix version) [18+] BOY X BOY AREA! YANG NGGAK SUKA YAOI MINGGAT DARI SINI!!