Kondisi Minho kemudian membaik dengan pesat dalam waktu beberapa hari. Peralatan medis yang sempat membungkus hampir di seluruh tubuhnya, kini hanya ada selang infus yang terpasang di pergelangan tangannya. Selebih itu alat-alat medis lainnya telah dilepas dari tubuhnya. Meskipun kondisinya telah membaik, dia tetap tidak diperbolehkan pulang ke rumah dan disarankan untuk tetap tinggal di rumah sakit agar dokter dapat mengontrol kondisi Minho tiap beberapa jam sekali.
Banyak sekali hal yang berubah selama beberapa hari terakhir ini. Minho dengan cepat mengenali keluarganya. Dia sudah tidak lagi memanggil mamanya, Felix, maupun Jisung dengan suara canggung seperti pada hari-hari pertama. Kini dia memanggil ketiganya dengan begitu akrab dan ceria. Dia juga lebih sering tersenyum dan berbicara dengan nada yang lembut, sangat bertolak belakang dengan kepribadiannya sebelum dia kehilangan memorinya.
Felix sangat senang mendapati Minho yang kini banyak bicara. Dia selalu tak sabar untuk pulang kuliah agar bisa berbagi cerita pada Minho. Dia juga seringkali menemani Minho pergi ke halaman rumah sakit untuk sekedar menghirup udara segar. Tentu saja Felix yang mendorong kursi roda Minho dengan hati-hati. Minho tidak begitu memikirkan kakinya yang tak bisa bergerak. Dengan ia bisa bernapas dan kembali melihat dunia ini saja, dia merasa sudah sangat bahagia.
Mama Lee juga tampak bahagia melihat Minho yang cepat pulih dan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya, seperti menghadapi Minho yang baru saja lahir kembali ke dunia ini. Ya, Minho yang baru. Benar-benar baru. Minho yang lama telah pergi meninggalkan mereka. Sempurna pergi dari kehidupan mereka. Karena kini Minho yang baru telah lahir di dunia.
Semuanya merasa bahagia. Bagi mereka, tak ada yang lebih membahagiakan setelah melihat Minho kembali hidup di dunia ini.
Mungkin, kecuali bagi Jisung.
―
Hari ini adalah hari kesepuluh Minho tersadar dari komanya.
Mama Lee sudah kembali ke kota asal untuk kembali bekerja. Felix dan Jisung juga tetap masuk kuliah seperti biasa. Dan seperti biasa pula, Minho harus menunggu kedua adiknya itu selesai kuliah baru bisa bertemu dengan mereka. Oh, mungkin lebih tepatnya hanya menunggu Felix saja.
Bukan berarti Minho tak pernah menunggu Jisung. Sejujurnya Minho selalu menunggu Jisung, tapi adiknya yang satu itu tak pernah datang. Setiap kali Minho bertanya pada Felix, Felix selalu menjawab kalau Jisung tak mau datang dan lebih memilih untuk langsung pulang ke rumah.
Sebenarnya Minho sama sekali tidak mengerti dengan sikap Jisung selama ini. Cowok yang satu itu seperti menghindarinya dan tak mau membangun komunikasi dengannya. Padahal Minho ingin mengenal Jisung lebih dekat setelah ia tak ingat apa-apa tentang cowok itu. Namun Jisung selalu saja menjauh, seperti membangun benteng yang tak kasat mata di antara mereka berdua. Berbeda dengan Felix yang selalu mengajak Minho jalan-jalan ke halaman rumah sakit usai kuliah berakhir. Maka dari itu Minho merasa lebih dekat dengan Felix dibandingkan Jisung.
Biasanya Minho menunggu sampai Felix datang barulah duduk di kursi roda dengan bantuan adiknya itu. Tapi Minho tak ingin terus-menerus merepotkan Felix. Maka dari itu hari ini ia berusaha sendiri untuk duduk di kursi roda tanpa bantuan siapa pun.
Felix sudah mengirim pesan padanya kalau kelasnya baru saja berakhir dan dia akan segera menuju rumah sakit. Karena itulah Minho langsung bersiap diri untuk turun dari ranjang dan duduk di kursi roda. Butuh waktu lama baginya untuk turun dari ranjang dengan kondisi kakinya yang tak bisa digerakkan, bahkan ia sempat terpeleset jatuh dan merintih kesakitan dalam waktu yang cukup lama. Namun tanpa mengeluh akhirnya ia bisa duduk di kursi roda. Dan dia hanya dapat tersenyum puas ketika akhirnya bokongnya mendarat di kursi roda. Ternyata ia bisa melakukannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Oops! (Minsunglix Version) ✔
Fiksi PenggemarOops! (Minho x Jisung x Felix version) [18+] BOY X BOY AREA! YANG NGGAK SUKA YAOI MINGGAT DARI SINI!!