23. Tentang Hati Yang Telah Merasa Kalah

4.8K 756 371
                                    


Jisung tak pernah merasa secanggung ini sebelumnya pada Felix. Tapi entah kenapa dia merasa pagi ini Felix lebih banyak diam dan membiarkan suasana canggung meliputi mereka berdua di ruang makan.

Minho tidak ikut makan bersama mereka. Dia lagi tidur di kamarnya. Cowok itu langsung terlelap begitu dibawa pulang ke rumah oleh Jisung dan Felix. Jisung dan Felix memang tidak tahu sejak kapan Minho berada di luar rumah, tapi satu hal yang mereka ketahui adalah kakaknya itu kurang tidur. Maka dari itu Jisung maupun Felix sama-sama tak ingin mengganggu waktu istirahat Minho.

Dan di sinilah Jisung dan Felix berada sekarang; duduk berhadapan di ruang makan sambil menikmati sarapan mereka dalam keadaan canggung.

Sebenernya Jisung tahu apa yang membuat Felix mengambil tindakan canggung padanya saat ini. Ini pasti ada hubungannya dengan Minho dan kejadian tadi. Jisung masih belum melupakan fakta bahwa kembarannya itu menyukai Minho.

"Felix..." baru saja Jisung membuka mulut, Felix sudah terlebih dahulu menyela.

"Habis ini gue berangkat ke kampus duluan ya, Sung."

Jisung terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menyahut, "Kamu gak bolos dulu aja? Temenin kak Minho di sini. Aku khawatir kak Minho nanti akan melakukan tindakan gegabah kayak tadi."

Tapi Felix malah tersenyum menanggapinya. "Gue udah terlalu banyak bolos, Sung. Lagipula kan ada lo yang nemenin kak Minho di sini. Kalopun kak Minho nanti melakukan tindakan gegabah kayak tadi, gue percaya kalo lo bisa menanganinya sendiri seperti tadi."

Jisung tak menyahut lagi. Dia hanya memandangi Felix dengan pandangan bersalah. Sebenernya dia dapat menangkap nada getir dalam suara Felix. Jisung tahu persis bagaimana perasaan Felix saat ini. Tapi Jisung tak tahu apa yang harus dilakukannya sehingga dia hanya diam saja.

Felix pun tak berbicara apa-apa lagi setelah itu. Dia melanjutkan sarapannya dalam diam hingga tak berapa lama kemudian dia bangun dari duduknya.

"Gue berangkat sekarang ya, Sung."

"Felix," kali ini Jisung menahan pergerakan Felix dengan mencekal tangannya ketika adik kembarnya itu berdiri.

Felix urung berdiri. Dia balas memandang Jisung. Dan saat itulah dia baru menyadari kalau sedari tadi kakak kembarnya itu tengah memandanginya dengan tatapan bersalah.

"Kenapa, Sung?" Felix bertanya ketika Jisung hanya diam saja.

Alih-alih menjawab, Jisung malah semakin mempererat genggaman tangannya pada Felix sambil menggigit bibir. Jisung tak pandai mengungkapkan isi hatinya pada kembarannya sendiri, jadilah ia hanya menatap Felix seolah-olah lewat tatapan mata itu Felix dapat mengerti.

Dan Felix terlalu pandai untuk membaca tatapan mata seseorang. Sesungguhnya Felix adalah orang yang peka. Dan melihat tatapan mata Jisung saat ini membuat dada Felix mendadak bergemuruh. Entah kenapa tiba-tiba dia merasakan rasa sakit itu kembali.

"Jangan marah sama aku, Lix," ucap Jisung akhirnya.

Felix menggeleng pelan. Dia balas menggenggam tangan Jisung. "Gak ada alasan untuk gue marah sama lo, Jisung."

"Tapi kak Minho..."

"Gak ada alasan juga untuk gue marah sama kak Minho," Felix menyela ucapan Jisung. "Lo adalah satu-satunya alasan kak Minho untuk tetap bertahan hidup, bukan gue."

Jisung tak berkata apa-apa lagi. Dia malah menundukkan kepala, menyembunyikan matanya yang sudah mulai berkaca-kaca. Melihat itu, Felix bergerak memutari meja dan duduk di sebelah Jisung. Dia memeluk kakak kembarnya itu dengan gerakan pelan.

[1] Oops! (Minsunglix Version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang