Felix meremas kain basah yang baru saja dia basuh dengan air di dalam baskom, lalu dengan hati-hati dia membersihkan darah kering di sekitar selangkangan Jisung menggunakan kain basah itu.
Jisung tidak meringis. Seluruh tubuhnya sudah mati rasa, tidak bisa lagi merasakan sakit pada selangkangannya ketika Felix membersihkan darah kering di sana. Dia juga sudah tidak bisa merasakan sakit ketika Felix mengobati lubang duburnya menggunakan obat salep. Jisung sempurna diam, dengan pandangan kosong yang mengarah pada langit-langit kamar.
Setelah membersihkan dan mengobati luka di selangkangan Jisung, Felix beralih pada wajah Jisung yang masih dipenuhi oleh peluh yang tampak mengering. Felix membasuh wajah kembarannya itu dengan kain basah yang berbeda. Sementara Jisung masih diam.
Felix meringis pedih saat melihat kembarannya seperti ini. Dia ingin menangis lagi, tapi sebisa mungkin ia tahan karena tak ingin menangis di depan Jisung. Jisung sudah berhenti menangis, maka dari itu dia juga harus berhenti menangis.
"Bajunya dibuka dulu ya, Sung, biar Felix bersihin badan Jisung juga," kata Felix.
Lagi-lagi, Jisung masih diam. Dia membiarkan tangan Felix yang mulai melepas kancing kemeja tidurnya satu persatu, lalu dilepaskannya dari tubuhnya, hingga cowok itu kini benar-benar polos tanpa sehelai benang pun.
Felix kembali mengelap seluruh badan Jisung dengan pelan-pelan dan hati-hati, takut melukai kembarannya. Setelah selesai, Felix kembali memakaian pakaian tidur yang baru untuk kembarannya. Hanya atasan saja, bawahannya di biarkan terbuka karena selangkangan Jisung yang masih terluka. Felix hanya menutupinya dengan selimut sampai sebatas dada.
"Sekarang Jisung tidur aja ya," kata Felix sambil mengusap rambut Jisung. "Jisung gak usah mikirin apa-apa lagi. Langsung tidur aja ya."
Jisung masih tak menyahut. Bahkan pandangannya masih kosong mengarah pada langit-langit kamar.
Felix menggigit bibir, sudah tidak kuat lagi dengan pemandangan di depannya. Maka dari itu dia langsung berdiri dan hendak meninggalkan Jisung di kamar.
Tapi tiba-tiba saja lengannya ditahan oleh tangan Jisung.
Langkah Felix terhenti. Dia menoleh dan menemukan Jisung kini memandang ke arahnya dengan tatapan yang masih terluka.
"Jangan pergi," ucap Jisung lirih. Matanya berkaca-kaca, tapi tak ada air mata yang mengalir. "Jangan tinggalin Jisung, Lix..."
Felix meraih tangan Jisung yang berada di lengannya, lalu kembali duduk di tepi ranjang. "Felix gak pergi kok, Sung, Felix gak akan tinggalin Jisung. Felix cuma mau keluar kamar sebentar."
Jisung menggelengkan kepala. Kali ini air matanya mengalir.
"Jangan pergi..... Di sini aja nemenin Jisung..... Jisung takut....." ucapnya lirih.
Pertahanan Felix runtuh. Akhirnya dia kembali memeluk Jisung, mengelus punggung kembarannya itu seiring dengan air mata yang kini juga mengalir di pipinya.
"Baiklah, Felix gak pergi. Felix tetep di sini nemenin Jisung. Jisung gak usah takut ya, ada Felix di sini," kata Felix sambil menahan isak tangisnya.
Jisung balas memeluk Felix dan dia kembali menangis di pelukan kembarannya itu. Sementara Felix hanya menangis tanpa suara sambil terus menerus mengelus punggung Jisung untuk menenangkan kembarannya itu.
Beberapa menit kemudian, Jisung tertidur di dalam pelukan Felix. Dengan gerakan pelan, Felix kembali merebahkan kepala Jisung di atas bantal. Untuk beberapa saat, Felix hanya terdiam memandangi wajah Jisung yang tampak damai ketika sedang tertidur. Berbeda sekali saat cowok itu masih sadar, karena hanya ada raut ketakutan dan kesedihan yang tergambar di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Oops! (Minsunglix Version) ✔
Fiksi PenggemarOops! (Minho x Jisung x Felix version) [18+] BOY X BOY AREA! YANG NGGAK SUKA YAOI MINGGAT DARI SINI!!