28. A Shoulder To Cry On

4.2K 667 305
                                    


"Sebenernya lo mau masak makan malem buat tiga orang atau buat satu RT sih?" komentar Chan setelah melihat enam keranjang belanjaan yang diletakkan di dalam bagasi mobil oleh Felix.

"Ih, bawel deh. Kan tadi udah gue bilang kalo mau masak buat kak Minho mumpung dia main ke rumah," sahut Felix sambil mengecek belanjaan yang sudah dibelinya.

"Ya tapi gak segininya juga kali, masa sampe dapet enam keranjang belanja. Yang makan juga cuma kalian bertiga, kan?"

"Iihhh!!" Felix mencubit lengan Chan dengan gemas hingga menyebabkan cowok itu mengaduh kesakitan. "Bawel ah kak Chan mah. Udah yuk cabut, keburu makin sore."

Chan mengusap-usap lengannya yang baru saja dicubit oleh Felix, sementara pelaku pencubitan itu sudah berjalan menuju pintu mobil di jok depan. Tanpa sadar bahwa saat ini Chan tengah tersenyum saat memandangi punggungnya yang bergerak menjauh.

Meskipun Chan tahu kepada siapa seluruh pengorbanan yang Felix lakukan sampai berbelanja segini banyaknya, tapi nyatanya Chan tetap merasa senang karena dialah orang pertama yang dihubungi Felix untuk dimintai bantuan. Ya, walaupun bantuan itu ditujukan untuk orang lain. tapi seenggaknya Chan senang menjadi satu-satunya orang yang menghabiskan waktu yang banyak bersama Felix saat ini.

"Kak Chan buruan eh malah bengong lagi!"

Chan berjengit kaget dan tersadar kalau Felix sudah duduk di jok depan. Chan nyengir sekilas sebelum menutup pintu bagasi, lalu memutari mobil dan duduk di balik kemudi.

"Langsung balik? Gak mampir beli apa-apa lagi?" tanya Chan sambil menstarter mobilnya.

Felix menggeleng.

"Okeey, kereta kuda silver siap meluncur!" kata Chan sebelum menginjak pedal gas.

"Kecepatan penuh, Pangeran!"

"Siap, Tuan Putri!"




Tapi sepertinya pulang ke rumah sekarang menjadi kesalahan bagi Felix.

Karena di sinilah Felix berdiri sekarang; berdiri di depan pintu rumahnya yang terbuka, dengan pemandangan Minho dan Jisung yang tengah berciuman di dalam sana.

Felix tidak bohong saat merasakan hatinya yang sudah patah kembali patah melihat pemandangan itu. Meskipun dia sudah sering melihat kedua cowok itu bermesraan, tapi baru kali ini Felix memergoki kedua insan itu berciuman bibir, nyata di depan matanya, tanpa keduanya menyadari keberadaannya.

Bohong apabila Felix sudah mengikhlaskan mereka, bohong apabila Felix sudah tidak menyukai Minho lagi. Sejujurnya dia belum sepenuhnya mengikhlaskan, sejujurnya dia masih menyukai cowok itu. Dan pemandangan di depannya itu sungguh membuat perasaannya sakit tak berperi.

Chan yang baru saja menurunkan barang belanjaan dari dalam mobil hanya mengernyit bingung saat melihat Felix yang malah terdiam di depan pintu. Padahal Felix menyuruh Chan untuk menunggunya karena dia mau membuka pintu belakang dari dalam rumah dulu agar belanjaannya dimasukkan lewat pintu belakang saja. Namun, Felix malah hanya berdiri terdiam di depan pintu.

Mau gak mau, Chan melangkah menghampiri Felix dengan kedua tangan menenteng enam kantong belanjaan.

Baru saja Chan hendak memanggil Felix, bibirnya langsung terkatup rapat saat melihat ekspresi Felix yang terlihat semakin jelas. Itu adalah ekspresi seseorang yang sedang menahan tangis; air matanya mengambang, bibir bawahnya digigit, urat keningnya menegang. Wajah Felix menunjukkan kepedihan, rasa sakit, dan putus asa.

[1] Oops! (Minsunglix Version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang