27. Luka Lebam Di Tubuh Itu

4.3K 694 154
                                    


"Jadi, mereka gimana?" tanya Jisung sambil menyumpitkan daging ke dalam mulutnya.

Minho yang saat ini lagi fokus memotong daging di hot plate hanya mengangguk sambil bergumam, "Mereka baik."

Jisung mengangkat alis mendengar jawaban singkat Minho. "Cuma itu?"

Minho mengangkat kepala dan menemukan Jisung yang memandangnya curiga.

Minho tertawa kecil saat menjawab, "Mereka beneran baik, Jisung."

"Jawaban kak Minho meragukan."

"Hey, aku nggak bohong," Minho kembali tertawa kecil sebelum menyumpitkan daging ke dalam mulutnya. "Mereka benar-benar nerima dan memperhatikanku dengan baik. Justru aku heran kenapa Mama bilang kalau keluargaku jahat."

Jisung dapat melihat raut bahagia pada wajah Minho sehingga Jisung menyimpulkan bahwa keluarga kandung cowok itu benar-benar memperlakukannya dengan baik. Syukurlah apabila yang diucapkan mamanya itu tidak benar.

Saat ini mereka lagi makan siang di restoran daging di dekat kampus. Mereka menyempatkan untuk bertemu sebelum Jisung ada kelas sore setelah ini. Sebenarnya Minho juga mengajak Felix, tapi Felix bilang dia ada kelas siang ini.

Anyway, ini adalah pertama kalinya Minho dan Jisung bertemu lagi setelah dua hari berlalu sejak Minho menetap tinggal bersama keluarga kandungnya. Jisung ada banyak praktikum kemarin-kemarin, dan Minho juga mulai mendapat banyak tugas menjelang sebentar lagi dia akan mengambil tugas akhir, yaitu skripsi. Jadi baru pada hari inilah mereka bisa bertemu.

"Kak Woojin gimana?" tanya Jisung. Kali ini dia mengunyah acarnya.

"Kak Woojin..." Minho bergumam sejenak saat menyebut nama itu. "Sebenernya aku kurang yakin sama hal ini. Tapi entah kenapa aku ngerasa gosip yang beredar di kampus itu enggak bener."

"Gosip yang mana?" Jisung mengangkat alis.

"Kalo dia sering berkelahi," jawab Minho. "Aku cuma ngerasa kayaknya kak Woojin itu anak baik-baik. Nggak berandal ataupun suka nyari masalah sama orang-orang sampai membuatnya harus berkelahi, seperti gosip yang beredar. Ya, aku emang pernah liat ada luka di tubuhnya, tapi aku nggak pernah liat dia berkelahi selama aku tinggal di rumah."

"Atau mungkin dia berkelahi tanpa sepengetahuan kak Minho?"

Kali ini Minho mengangkat bahu. "Kalo soal itu aku nggak tahu sih."

"Lagipula juga kan kak Minho baru tinggal di sana selama dua hari, jadi mungkin ada hal-hal tentang kak Woojin yang belum kak Minho ketahui."

"Hm, benar juga sih," gumam Minho. Entah kenapa dia malah kepikiran apakah memang benar Woojin menyembunyikan sifat aslinya darinya.

"Yang penting dia bersikap baik ke kak Minho, kan?"

Wajah Minho langsung berubah cerah. "Sangat sangaaaaaatt baiiiiik," jawab Minho dengan senyum lebar, membuat Jisung mau tak mau ikut tersenyum.

"Aku ngabisin banyak waktu ngobrol sama dia. Aku nggak nyangka kalau ternyata kak Woojin orang yang perhatian. Dia nanyain tentang kabarku, tentang gimana kehidupanku sebelum pulang ke rumah, tentang gimana aku bisa pergi dari rumah, tentang gimana akhirnya aku bisa tinggal sama kamu dan Felix. Oh ya, dia juga nanyain aku kenapa aku sempat amnesia, dan... yah, pokoknya tentang banyak hal deh."

Jisung memandangi Minho yang terus menerus mengoceh. Bibirnya yang tersenyum tak kunjung menghilang saat memandangi betapa cerianya Minho saat bercerita.

"Kayaknya kak Minho bahagia banget tinggal sama mereka," gumam Jisung.

Minho terdiam sesaat sebelum menghela napas.

[1] Oops! (Minsunglix Version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang