22. Potongan Kejadian Itu

4.6K 764 247
                                    


"Selamat datang kembali di rumah, kak Minho..." kata Felix sambil mendorong kursi roda Minho masuk ke dalam rumah.

Minho yang duduk di kursi roda mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah selagi Felix mendorong kursi rodanya menuju ruang tengah. Jisung mengekor di belakang keduanya dengan tangan menjinjing tas berisi pakaian ganti yang selama ini ia simpan di rumah sakit, sementara Mama Lee masih memarkirkan mobil di garasi.

Hari ini akhirnya Minho diperbolehkan pulang ke rumah oleh dokter. Beberapa ingatannya mulai kembali dan kondisinya semakin membaik. Minho hanya perlu datang ke rumah sakit sesekali untuk melakukan terapi berjalan. Dokter pun mengatakan kalau syaraf-syaraf di kakinya sudah mulai berfungsi dengan baik sehingga Minho juga bisa latihan berjalan sendiri di rumah.

Minho mengamati seisi rumah dengan tatapan tanpa ekspresi. Mulai dari ruang tamu yang tergabung dengan ruang tengah yang luas dengan televisi di sudut ruangnya, kamar mandi di belakang ruang tengah, ruang makan dengan meja yang cukup untuk empat orang yang bersambungan dengan dapur di sisi kanan, dan tiga kamar yang berderetan di sisi kiri. Minho mengamatinya dengan begitu detail, berharap ia dapat mengingat kenangan-kenangan yang pernah ia lalui dalam setiap jejaknya di ruangan-ruangan tersebut.

Mama Lee baru saja masuk ke dalam rumah ketika ia menemukan Minho terdiam di kursi rodanya sambil mengamati seisi rumah. Jisung juga baru saja kembali ke ruang tengah setelah meletakkan pakaian kotor di belakang ketika ia melihat Minho perlahan menggerakkan kursi rodanya dengan kedua tangannya sendiri.

Felix hendak meraih pegangan kursi roda begitu melihat kursi roda kakaknya digerakkan oleh kakaknya sendiri ketika mamanya menyuruh Felix untuk membiarkan Minho. Felix pun menghentikan niatnya dan mengikuti perintah mamanya, membiarkan Minho menggerakkan sendiri kursi rodanya.

Minho berhenti tepat di depan pintu salah satu kamar. Susah payah ia memanjangkan tangannya untuk meraih gagang pintu dan membukanya.

"Itu bukan kamar Kakak," Jisung berkata pelan sambil bergerak untuk menghentikan gerakan tangan Minho.

Lagi-lagi Mama Lee menyuruh Jisung untuk tak berkutik dan tak menahan Minho. Akhirnya Jisung pun membiarkan Minho membuka pintu kamarnya.

Sebenarnya Minho mendengar ucapan Jisung, tapi dia memilih untuk mengabaikan dan tetap membuka pintu kamar tersebut. Dia kembali menggerakkan kursi rodanya masuk ke dalam.

Jisung, Felix, dan Mama Lee juga berjalan mendekat, menghampiri kamar yang baru saja dibuka oleh Minho. Dilihatnya Minho sedang mengamati setiap jengkal isi kamar, menyentuh lemarinya, menyentuh cermin besarnya, menyentuh jendela kamarnya, menyentuh meja belajarnya, dan terakhir menyentuh kasurnya. Dia membiarkan kenangan-kenangannya di dalam kamar itu meresap ke dalam ingatannya.

Minho terdiam cukup lama ketika tangannya menyentuh kasur. Entah kenapa tiba-tiba saja dia merasa pandangannya mengabur seiring dengan suara-suara yang tidak jelas bermain di telinganya. Potongan-potongan kejadian itu berputar di benaknya, ketika ia mengobati luka di dubur Jisung di atas kasur sana, ketika ia mulai tergoda saat mendengar suara desahan Jisung, hingga akhirnya ia kehilangan kendali diri dan memerkosa Jisung tanpa sadar. Semuanya berputar di dalam benaknya bagai sebuah film yang nyata.

'J-jangan, Kak, sakiiit,'

'Kak Minaanggh!'

'Ternyata lo udah tergoda dengan sentuhan gue ya, Jisung sayang?'

'Shit, you're so tight, Jisung-ieeeee!'

'Aaaaaakkhhh'

Bruk! Mendadak tubuh Minho terjatuh dari kursi roda dan ambruk ke lantai, seiring dengan berhentinya putaran film itu di matanya.

[1] Oops! (Minsunglix Version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang