Chapter Kedua

24.1K 875 10
                                    

بسم الله الرحمن الر حيم


Tidak ada yang tidak mungkin, Allah memiliki alur yang indah untuk hambanya yang tabah

●_●●_●●_●

Farzan memasuki ruangan ICU mencoba untuk memeriksa keadaan Abdul Haliq, ayah Adibah. Farzan tidak tahu bahwa gadis yang di antarnya tadi adalah anak dari pria yang di periksanya sekarang.

Saat Farzan keluar, Adibah dan Dani dengan cepatnya berdiri menemuinya. "Dokter, bagaimana keadaan ayah saya? Ayah saya baik-baik saja kan? Ayah dimana? saya mau lihat? " Mungkin karena terlalu panik membuat Adibah tidak mengenal dokter yang berdiri tegak di depannya itu adalah pria yang tadi.

Dokter Farzan diam. Dia sedikit kaget melihat Adibah, gadis yang sempat di dengar curhat dalam mobilnya. Dia tidak tega memberikan kabar ini ke wanita yang ada di depannya, bahwa keadaan ayahnya sekarang memburuk. Beban yang di alami Adibah sudah sangat banyak dia sudah kehilangan ibunya dan jika dia memberitahukan ini lagi, entah seberapa sulitnya hidup gadis itu.

"Dokter, tolong katakan keadaan ayah saya bagaimana? " tanyanya Adibah yang mulai terisak . "Tolong sampaikan kali ini kabar baik kepadaku. Semisal ayah sudah membaik. Tolong dokter apa ayah sudah membaik? "

Farzan diam. Berat rasanya mengucapkan hal yang mungkin biasa di ucapkan ke keluarga pasien lainnya. Tapi sulit dengan gadis yang ada di depannya ini, "Maaf. Keadaan saudara Abdul Haliq. Dia mengalami Penyakit Jantung Iskemik atau Jantung Koroner."

Adibah membisu dengan mimik wajah yang sulit didefinisikan. "tolong katakan kalau ini cuma bohong. Ya Allah kuatkan ayahku," Adibah bangkit, "Lihat saja, ayah akan baik-baik, ayah sayang Dibah, ayah pasti gak mau biarin Dibah sendiri," ucap Adibah terisak. Dia kembali menjatuhkan badannya dalam keadaan duduk. Gadis itu mulai nangis dengan sendu.

"Berdoalah Adibah jangan mau kehilangan semangat mu, " ucap Dani yang mensejajar-kan badannya dengan badan Adibah.

Dan Farzan? Dia tidak tahu ada apa dengan dirinya. Biasanya dia akan meninggalkan keluarga pasiennya setelah memberikan kabar tentang keadaan pasien. Tapi sekarang Farzan malahan ikut sedih akan hal terjadi di depannya. Farzan menunduk ikut mensejajarkan dirinya dengan kedua gadis itu "Tidak ada yang tidak mungkin, Allah memiliki alur yang indah untuk hambanya yang tabah."

Adibah menggeleng, seakan tidak percaya apa yang di dengarnya, "Kenapa ini terjadi Dok? , " tanya Adibah terisak.

"Kami akan mencoba untuk mengoperasi, tapi kami tidak bisa yakin sepenuhnya dan ini akan menyebabkan resiko.... " ucap Farzan meyakinkan Adibah. Dia tahu kalau gadis itu sekarang pasti sangat sedih.

Adibah bungkam sejenak, "apapun risikonya asal ayahku selamat, "

"Kami tidak bisa terlalu yakin akan hal itu, tapi akan kami usahakan. Berdoalah, " Berselang beberapa detik seorang suster memanggil Farzan.

"Dok, keadaan Abdul Haliq semakin memburuk, " Farzan berdiri kemudian memasuki ruangan ayah Adibah.

Farzan tampak mendekatkan defibrilator di bagian jantung Abdul Halik kemudian mengecek kedua mata Abdul Haliq menggunakan senter kecil dan memeriksa denyut nadinya. Terlibat dari layar kecil itu menunjukkan garis lurus. Ya, Abdul Halik sudah pergi, pergi untuk selamanya.

Dear Imamku (Completed√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang