Dua puluh empat

8.4K 307 15
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

-
-
-
-
-
💜

"Hargai orang-orang yang mencintaimu karena mereka tidak akan hidup selamanya.”

●_●

     “Kenapa cepat sekali pulang Farzan? Padahal hari ini kita akan membicarakan tentang panti asuhan yang kamu ajukan itu.” Astagfirullah, aku baru ingat kalau lusa kita memilih rencana untuk menghibur anak yatim piatu di panti asuhan tempatku dulu. Dan sekarang sudah jam enam lewat tujuh belas berarti empat puluh tiga menit lagi aku harus ke acara pernikahan teman Adibah. “Bagaimana? “

     “Bagaimana ya? Hari ini ada acara pernikahan yang harus saya kunjungi bersama Adibah.”

     “Yaelah Farzan, kalau rapatnya di tunda besok aku dan Qamariah gak bisa ikut, soalnya kita berdua ada acara amal lainnya, tidak mungkin kan aku menyia-nyiakan waktu terbaikku bersama Qamariah,” kata Sultan, atau biasa di panggil Sultan Afandi. Dia memang dari dulu menyukai Qamariah hanya saja gadis itu belum memiliki niat sedikit pun untuk berpacaran bahkan dia sangat menghindari perbuatan itu.

      Islam memang melarang kita berpacaran, tetapi islam tidak melarang kita untuk mencintai seseorang

     Aku mundur beberapa senti dari tempatku berdiri, kemudian kembali ke tempat dudukku tadi. Bagaimana lagi? Harusnya aku bisa bertanggung jawab dengan keputusan aku, dan Jihan tidak akan batal menikah hanya karena kita terlambat datang bukan?

     “Ya sudah. Berapa lama kita bicarakan ini? “

     Sultan terlihat berpikir. “Mungkin sekitar tiga puluh menit.”

     Aku kembali melihat jam di tangan kiriku yang sudah menunjukkan pukul enam lewat dua puluh menit, berarti tinggal empat puluh menit dan aku mungkin terlambat beberapa menit saja sampai di rumah.

     “Oke, kamu panggil yang lain dulu aku tunggu di sini, “ ucapku kemudian, yang disetujui Sultan. Tidak lama itu dia keluar dari ruanganganku untuk memanggil beberapa rekan dokter dan suster yang ikut acara amal ini.

      Sampai akhirnya semua kumpul, kita mulai membicarakan tentang acara amal itu. Mulai dari tempat, pembicaraan yang akan disampaikan, sampai hadiah yang akan anak-anak di sana dapatkan. Panti asuhan itu adalah, panti yang pernah aku tempati, semoga berjalan lancar, aamiin.

     “Ya sudah. Aku dan dokter Riska yang akan mengatur soal dana dan hadiahnya nanti,” kata salah seorang dokter. Semuanya menyetujui perkataannya, hingga akhirnya semuanya selesai dan tidak ada lagi yang perlu dibahas. Aku mengundurkan diri agar segera pulang dan sampai ke apartemen secepatnya.

     Tidak lupa aku singgah untuk membeli martabak, permintaan Adibah tadi pagi sebelum aku berangkat kerja. Allahu akbar, aku sampai lupa memberitahukan ke Adibah kalau beberapa hari lagi dia akan kuliah, kenapa sifat pelupa Adibah tertular kepadaku.

     Setelah semua selesai, aku akhirnya sampai dengan kantongan berwarna putih di tangan kananku. Langkaku kemudian terhenti saat sampai di depan pintu. Aku mengetuk pintu, sepersekian detik kemudian pintu terbuka, menampilkan Adibah di sana. Kenapa wajahnya seperti itu? Salompas kini melekat di kepalanya dengan hidung kemerahan.

     Adibah mencium punggung tanganku. “Kamu kenapa? “ tanyaku.

     “Tadi habis memperbaiki kerang air, lama sekali baru selesai. “

Dear Imamku (Completed√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang