Dua puluh tujuh

6.8K 308 8
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

-
-
-
-
-
💜

“Yahhh, kak Farzan gak mau tahu ya?  Sudahlah percuma memaksa kemauan orang lain. “

●_●

     “Adibah kenapa akah? “ Aqilah duduk di
sambingku yang sedang menyuapi Adibah bubur. Saat Adibah pingsan tadi, aku membawanya langsung ke ruanganku, dan beberapa menit setelah itu dia kembali sadar setelah aku menanganinya, alhamdulillah.

     “Makan bubur,” ucapku. Adibah terlihat tertawa mendengar jawabku. “Astagfirullah, akah. Tadi Adibah kenapa? Kata mas Esa dia pingsan, kenapa emangnya? “

     “Adibah tidak bisa tahan saat hujan.” Aqilah mengangguk paham perkataanku. “Syahila mana? “

     “Makan di luar, di temani oleh mas Esa, akah.” Syukulah, Aqilah sudah tidak terlalu membenci kehadiran Syahila.

     Saat bubur hampis habis, Adibah menarik daguku, agar kami saling bertatapan. “Kak Farzan. Dibah masih Lapar, “ rengeknya. Aku menatap tubuh kurus Adibah. Ya Allah, selama ini dia menampung makanannya di mana? Dia sudah menambah sebanyak tiga kali. “Kak Farzan! “

      “Kamu tidak bohong kan kalau lagi lapar? “ tanyaku memastikan. Porsi makanku saja tidak seperti dia.

     Adibah menggeleng.

     “Akah. Waktu aku hamil, aku juga seperti ini. Mau makan banyak terus.” Sepersekian detik setelah ucapan Aqilah, Adibah tiba-tiba tersedak dengan bubur yang dia makan.

     Aku segera mengambilkan air untuknya. “Minum dulu.” Aku kemudian menyerahkan air itu ke Adibah. “Aqilah. Jangan bicara seperti itu lagi.”

     “Ih akah! Bukannya bilang aamiin kalau Adibah hamil, “ kesal Aqilah, sambil memanyungkan bibirnya. Ingin rasanya mejawab perkataannya seperti ini, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan kebahagiaan aku saat mendengar kabar kalau perkataanmu itu nyata.

     “Kak Farzan, Dibah mendadak kenyang deh. “ Demi Allah, Adibah terlihat sangat lucu dengan pipinya yang sudah berubah warna menjadi merah padam. “Dibah, mau ke wc dulu. “ Tanpa menunggu persetujuan dariku Adibah langsung meninggalkan aku.

     Ada apa dengan dia? Setiap kali malu dia pasti mencari cara agar menjauh dariku. Dan untuk perkataan Aqilah, kabulkanlah segera ya Allah, Aamiin. Mungkin saat kehadiran anak di hidup kami, hubungan kami akan menjadi sempurna.

●_●

     “Kak Farzan, mau es krim! “ Dari tadi, Adibah selalu merengek meminta untuk diberi es krim, padahal keadaannya masih demam.

     “Nanti aku beli kalau hidungmu sudah tidak merah lagi,” dalihku. Sesaat kemudian abi keluar bersama umi. Aku sangat bersyukur masalah ini selesai dengan cepat. Untungnya umi memiliki seribu sifat bidadari dihidupnya, aku juga tahu kalau umi pasti sangat kecewa walaupun dia tidak menyebutkan secara langsung.

     Adibah mendekati umi kemudian memeluknya. Gadis itu sangat menyayangi umi, dia bilang umi sudah seperti orang tua kandungnya sendiri, dan aku berkata sekarang dia orang tua kandungmu. Kemudian memeluk umi, seakan anak yang baru saja ketemu dengan ibunya setelah beberapa tahun berpisah. Aqilah nampak tersenyum melihat kejadian itu. Ada kemajuan juga yang terjadi, Aqilah sudah bisa menerima seutuhnya tentang kehadiran Syahila, semenjak dia mengetahui kalau Syahila tidak bisa berbicara. Sekali lagi terima kasih ya Allah.

Dear Imamku (Completed√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang