Dua puluh sembilan

7.9K 298 4
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

-
-
-
-
-
💜

"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.."

●_●

Sekitar pukul 03:20 aku terbangun dari tidurku. Aku mendongak untuk melihat wajah kak Farzan, posisi kami saat ini sangat dekat. Aku yang meminta posisi seperti ini, entah kenapa aku sangat kedinginan semalam, dan alhamdulillah sekarang keadaanku sudah agak membaik.

Kak Farzan masih tidur dengan nyenyak, pelukannya tidak berubah sama sekali. Aku kemarin mendengar kak Farzan sedang menelpon dengan seseorang kalau hari ini dia mengambil cuti untuk dua hari, jadi hari ini tidak terlalu padat. Aku sangat nyaman berada di posisi seperti ini. Tanganku mulai bergerak untuk merapikan rambut kak Farzan yang terlihat sedikit berantakan, ada pergerakan sedikit dari kak Farzan, tapi kembali melanjutkan tidurnya lagi. Pemalas.

Tapi entah kenapa, kak Farzan begitu tampan saat sedang tertidur, seperti sekarang, walau lesung pipinya tidak terlihat. Ada kerutan sedikit di wajahnya, tapi itu tidak sampai mengurangi ketampanan yang ada pada dirinya.

Entah kenapa, hari ini aku begitu menikmati keindahan Allah yang ada di dekatku sekarang. Aku tidak tahu berapa orang yang akan merasa iri karena aku memiliki lelaki seperti dia.

Aku kembali teringat salat seperti tiga malam. Aku berusaha untuk melepaskan tangan kak Farzan yang melingkar di pinggangku dengan sangat perlahan agar dia tidak sampai mengganggu tidurnya. Tapi tidak, dia malah mempererat pelukannya kembali.

Apa dia sudah bangun?

"Kak Farzan sudah bangun? " tanyaku yang tidak mendapatkan jawaban. Aku masih tidak yakin kalau dia sedang tidur sekarang. "Kak Farzan, Dibah mau salat tahajud," pintahku.

"Lima menit lagi." Aku mengerti apa maksudnya, kalau dia mau aku menunggu lima menit lagi.

Oke, sebagai istri aku harus membuat suami senang dulu.

Tapi sekali lagi, kalau boleh jujur aku sangat suka berada di posisi sekarang. Pelukannya terasa sangat hangat walau di ruangan ini di lengkapi dengan pendingin. Aku suka berlama-lama dengannya. Maaf ya Allah, mungkin hari ini aku meninggalkan salat sunnah dulu, bukankah membahagiakan suami juga adalah poin penting? Jadi untuk sekarang aku absen dulu salat tahajud, tapi aku janji akan kembali salat tahajud besok.

Sesaat kemudian, aku merasakan tangan kak Farzan mengendur. Aku membuka mata untuk memastikan, dan benar dia sudah bangun dan menatapku. Aku tersenyum untuk mencairkan suasana saat ini.

"Kenapa menatapku seperti itu? " Lahh, ngegas dia!

Sebagai seorang wanita yang baik dan menghargai suami, kamu harus bisa sabar dengan mood suamimu yang terkadang berubah-ubah kapan pun, seperti cewek PMS Adibah.

Aku menggeleng sambil tersenyum. "Kak Farzan suka marah-marah gak jelak, ayah saja gak pernah marah ke Adibah," ucapku, sambil menenggelamkan wajahku di dada bidang kak Farzan.

Kepalaku rasanya di elus-elus, dan benar saja kak Farzanlah pelakunya. "Aku tidak marah, aku cuma bertanya Adibah. Bedakan mana marah dan yang bukan," dalihnya.

Dear Imamku (Completed√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang