Tiga puluh lima

11.5K 301 47
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, ada yang sadar dengan chapter yang aku tulis kali ini?

Entah, mungkin iya atau sebaliknya tapi harapanku sih kalian tidak tahu, wkwkwkw -Jahadd author.

Selamat membaca  💜

بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

-
-
-
-
-
💜

Setidaknya aku mempunyai waktu untuk bersama istriku berdua di rumah.

●_●

             “Ananda Farzan Rayhaan Shakeil, wanita yang engkau nikahi tidaklah seindah Khadijah, seteguh Aisyah, setabah Fatimah, dan secantik Zulaikah, dia hanyalah wanita akhir jaman yang akan melahirkan anak-anak yang saleh dari rahimnya.

     Ananda Adibah Sakhila Atmarini, laki-laki yang menikahimu tidaklah semulia Nabi Muhammad SAW, tidak setakwa Nabi Ibrahim a.s, dan tidak juga setabah Nabi Ayyub a.s atau pun segagah Nabi Musa a.s, apalagi setampan Nabi Yusuf a.s, dia hanyalah pria akhir jaman yang punya cita-cita membangun keturunan yang saleh denganmu, perkawinan mengajarkan kewajiban bersama, suami menjadi pelindung, istri penghuninya. Suami nakhoda kapal istri navigatornya, perkawinan mengajarkan iman dan takwa untuk belajar meniti sabar dan ridho, “ ucap moderator itu dengan lantang. Membuat rumah umi terasa penuh.

     Ucapan demi ucapan terdengar jelas di telingaku, aku cuma bisa menundukkan kepalaku sembari mengontrol detak jantungku. Kenapa rasanya kalau aku baru akan menikah? Memang banar aku baru saja akan menikah, tetapi rasanya kali ini berbeda, banyak orang yang datang, dan papan yang bertuliskan selamat juga sangat banyak di luar, bahkan ruangan ini terlihat begitu indah daripada akad nikah pertama aku dan kak Farzan.

     Lantunan ayat suci kini terdengar jelas di telingaku, saat kak Farzan mulai membaca ayat demi ayat dalam surat Ar-Rahman. Yang paling membuatku terharu saat kak Farzan membaca ayat enam belas dalam surat itu, kalau tidak salah artinya, maka ciptaan tuhan kamu manakah yang kamu dustakan, membuatku semakin terbawa perasaan.

    Hingga akhirnya kak Farzan berhasil menghafalnya dengan lancar dan benar di depan penghulu. Aku tidak menyangka kalau aku akan menikah ke dua kalinya dengan orang yang sama pula, aku kira kak Farzan waktu itu cuma sedang bercanda dan hanya ingin membuatku bahagia saja.

     Semua orang menatap ke arahku, seakan saat itu mereka mengucap selamat atas pernikahan aku. Dari tadi aku cuma bisa menunduk sesekali mendongak melihat sekitar dengan senyum kikuk kemudian kembali menunduk lagi, hingga umi menyenggol bahuku, menyadarkan aku untuk maju mendekati kak Farzan. Dia tersenyum tulus melihatku, kedua lesung pipinya terlihat begitu menarik, walau dia tidak mudah lagi tapi wajahnya dapat menipu usianya.

     Saat berada di dekat kak Farzan, aku kembali menunduk, sambil mendengar arahan dari ibu-ibu yang ada di belakangku. Benda di atas kepalaku terasa sangat berat, aku baru mencoba pakaian bodo' atau pakaian adat Bugis ini, tapi setidaknya aku bersyukur, aku masih bisa mencoba pakaian ini.

     Dengan balutan hijab membuatku mendapatkan banyak pujian dari teman-teman kak Farzan dan keluarga umi dan abi, entah apakah itu cuma basa basi saja agar dia bisa berbicara denganku atau memang kenyataan kalau hari ini aku sangat cantik dengan pakaian pengantin ini, ada juga beberapa keluarga dari kak Farzan yang memakai baju bodo sebagai pagar ayu.

    Saat aku menunduk, tiba-tiba kak Farzan mencium keningku. Kedua kalinya dia menciumku di depan umum. Kuharap pipiku tidak sedang merona saat ini.

Dear Imamku (Completed√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang