"Pelayan baru?" Robin bertanya pada Eben. Dia melirik gadis bertubuh mungil yang tengah mengepel teras rumah Eben. Terakhir kali Robin ke rumah temannya itu, wanita bertubuh gemuk lah yang terlihat membersihkan rumah. Itupun tidak pernah sampai sore seperti sekarang. Wajah Eben berubah kaku, itu mengartikan sesuatu. Robin tersenyum mengerti. Gadis itu sangat cantik. Tubuhnya memang mungil namun bagian-bagian yang sangat diinginkan laki-laki dimiliki gadis itu dengan porsi yang tepat.
Eben memarkir mobilnya di halaman. Melihat raut bertanya dan senyum tersungging di wajah Robin, Eben jadi menyesal mengajaknya.
"Sejak kapan aku harus laporan padamu tentang pekerjaku?" Eben mendelik ke Robin. Eben dan Robin hanya akan mampir sebentar. Sore ini mereka akan ke luar kota, lebih tepatnya ke Kalimantan. Eben berniat membangun penginapan di sana, dan sebelum memulai pembangunan dia ingin mengecek tanahnya lebih dulu. Seharusnya mereka sudah langsung ke bandara setelah makan siang namun ada berkas yang ketinggalan di ruang kerja Eben sehingga mereka harus mengambilnya dulu.
Eben melihat Mey berhenti membersihkan lantai, gadis itu memandang ke arah mobilnya. Kaca mobil Eben gelap, Mey takkan bisa melihatnya. Eben merasa seperti bajingan. Setelah ciuman di kolam renang beberapa hari yang lalu, Eben menjaga jarak dengan Mey.
Eben berusaha membuat ruang untuk dirinya sendiri. Segalanya tentang Mey berjalan begitu cepat. Belum pernah sebelumnya ia tergesa-gesa ingin segera menyentuh seorang gadis. Eben jadi takut akan perasaannya, serta lebih takut lagi menyakiti Mey.
Mey terlalu lugu, polos dan lembut. Eben tidak ingin menyakitinya. Mey bukan gadis yang bisa diajak sekedar bersenang-senang, lagipula Eben tak ingin memperlakukan Mey seperti wanita-wanita yang bersamanya sebelumnya. Bercinta satu malam kemudian saling melupakan. Selain akan menghancurkan Mey, Eben ragu dirinya bisa sama kembali jika melakukan hal itu.
Mey sudah seminggu tinggal di rumah Eben. Mey semakin terbiasa tinggal di sana tanpa merasa canggung lagi, gadis itu telah menganggap rumah Eben rumahnya. Mey sering tertawa karena tingkah si kembar, Rega juga baik padanya. Namun Eben seperti menjauh darinya. Memang sebelumnya Eben tidak terlalu menyukainya, apalagi di saat pertama kali mereka bertemu. Tapi Mey mengira ciuman itu berarti sesuatu. Mey belum pernah dicium, Eben memberinya sesuatu untuk dirasakan, dinikmati dan dikenang. Sepanjang malam setelah ciuman itu, Mey selalu membayangkan Eben. Memikirkan pria itu dalam benaknya hingga dia tertidur.
Mey bertanya-tanya apa yang salah sehingga Eben seakan menghindarinya. Mey, dengan malu mengakui pada dirinya sendiri bahwa ia ingin merasakan bibir Eben di bibirnya lagi. Mengecupnya lembut hingga membuatnya melayang. Tapi sepertinya itu tidak mungkin kalau melihat sifat menjauh Eben.
Mey memegang erat kayu pengemelnya saat Eben keluar dari mobil. Pria itu tidak sendirian, ada temannya. Eben hanya mengangguk kemudian melangkah memasuki rumah. Temannya menyunggingkan senyuman ke Mey, Mey balas tersenyum. Eben bahkan tidak menyapanya.
Tidak mau larut dalam pertanyaan yang tak terjawab, Mey kembali mengepel lantai. Setelah selesai dia menyimpan alat pelnya di gudang peralatan. Mey mencuci tangannya dengan sabun, lalu dilapnya tangannya dengan handuk kecil.
Mey tidak menemukan Eben dan temannya di ruang tamu. Mey menyesal tidak ikut dengan Rega dan temannya. Sudah dari pagi rega dan si kembar pergi, Mey tidak tahu ke mana, dia tidak diberitahu. Mey tidak minta ikut karena ingin berada di rumah saat Eben pulang. Tapi Eben malah mengabaikannya.
Beberapa menit kemudian Mey melihat Eben keluar dari ruang kerjanya, pria itu terlihat buru-buru. Eben masuk ke kamar, temannya tidak terlihat. Mey menggigit bibir bawahnya, ia ingin menemui Eben. Tapi ragu. Dia bisa saja ikut masuk ke kamar itu, lalu apa? Apa yang akan dikatakannya pada Eben.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Play Store)
RomanceNovel dewasa Everything about love... Meylan & Eben Diranta Love Story