Bagian - 15

53.4K 3.2K 185
                                    

Udah lama yah aku nggak up date, bukan karena sengaja tapi keadaan yang membuat...

Pertama karena banyak kerjaan menjelang natal dan tahun baru kemarin, kedua aku liburan dulu, terus abis liburan pengin liburan lagi😁😁😁 udah gitu mood-nya belum balek2, jadilah up date nya luamaaa banget😉😉😉

Makasih untuk semua dukungannya ya😍😍😍 semoga suka...

Jangan lupa vote dan komen yess
_____________________________________



















"Kawin...kawin, minggu depan aku kawin..." terdengar suara cempreng Irfan. Cowok itu berjalan santai keluar dari kamarnya, ia bernyanyi diselingi siulan---yang hebatnya lumayan bagus.

"Siapa minggu depan kawin?" Arfan yang baru saja akan masuk ke kamarnya berhenti di depan pintu lantas memandang Irfan.

"Akoohh," Irfan tertawa sendiri. "Ya si Mey-Mey lah, siapa lagi?"

"Dari mana kau tahu minggu depan dia kawin?"

Irfan memutar mata, menaik turunkan handuk kecil yang ada di lehernya. Pagi ini dia berencana membakar lemak dari hasil bermalas-malasannya selama liburan. Tidak perlu yang berat-berat, cukup berlari keliling komplek. "Kau nggak lihat kekmana bang Eben natap si Mey, hah? Macam banteng mau kawin." Ia menelengkan kepala ke kamar Eben yang tertutup rapat, lalu kembali ke kembarannya. "Mereka belum keluar dari tadi, padahal biasanya si Mey udah bangun terus buat sarapan. Sekarang udah jam berapa, coba?" Sekilas ia melirik pergelangan tangannya yang tak memakai jam. "Entah pun udah kawin mereka itu." Mulutnya nyengir lebar.

"Didengar bang Eben, habis kau." Ujar Arfan.

"Nyatanya kan nggak dengar. Udahlah," ia mengibaskan tangan. "Aku lari dulu, perutku makin lama makin besar."

"Kau cacingan."

"Mana ada orang seganteng aku cacingan."

"Itu buktinya," Arfan menuding perut Irfan dengan jari. "Udah macam makbun 6 bulan kau."

"Ini pertanda makmur, paok." Serunya sambil mengusap-usap perut. "Biar nggak nampak yang nggak makan." Ia terkekeh. "Ini yang dibilang perut toke.''

"Terserah." Arfan meninggalkan Irfan.

****

Lamaran telah dilayangkan, serta diterima. Walaupun pada awalnya sempat menimbulkan kesalahpahaman, namun semuanya baik-baik saja. Kini Mey telah menjadi calon istri dan status lajang Eben berubah jadi calon suami.

Luar biasa. Itulah yang dipikirkan Eben sekarang. Siapa sangka jalan hidupnya dapat berubah tak terduga. Dalam hayalan tergelapnya sekalipun tak pernah dia berpikir akan menikah secepat ini.

Kepala Eben berpangku pada siku, ia menatap mata Mey yang terpejam. Garis lembut wajah gadis tersebut membuat Eben tersenyum. Sebelumnya ia bertanya-tanya, apa yang membuat hatinya berlabuh pada Mey. Cantik? Mey memang cantik, namun gadis-gadis lain juga banyak yang cantik. Mey tidak berpendidikan, tidak memiliki keluarga yang jelas, bahkan sangat sedikit yang dia tahu tentang Mey. Namun hatinya seolah terpaut, melekat dan tak ingin berpisah dari gadis itu.

Semangat Mey. Itulah yang menarik hati Eben. Dan kepolosannya yang manis.

Seolah merasakan dirinya tengah ditatap, mata Mey perlahan terbuka. Ia mengerjap beberapa kali sebelum kemudian tersenyum.

"Pagi," katanya dengan nada suara serak, ia menelan liurnya.

"Pagi, manis." Eben tersenyum juga.

Mine (Play Store)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang