June#2

132K 7.9K 1.2K
                                    

"kamu kemana?"

Della menghembuskan nafasnya pelan kala mendengar suara lirih Agam pada seberang telepon.

Sebelum kesini, ia memang meninggalkan Agam yang tertidur pulas di kamarnya karena harus kerumah Deeva untuk menyelesaikan tugas yang dikacaukan Agam tadi pagi.

Jadi, pantas saja ketika laki-laki itu telah terbangun ia langsung kelabakan mencari keberadannya.

"Kenapa?"

"Cepetan pulang."

"Bentar lagi."

"Gak mau, aku maunya sekarang." Rengek Agam.

"5 menit lagi, Gam." ucap Della dengan lembut, mencoba bernegosiasi berharap agar Agam menyetujui.

"Gak mau! Aku maunya sekarang ya sekarang. kalo gak, kamu bakal liat apa yang bakal terjadi sama aku, paham?!"

"Agam kamu-"

Tuttt tuttt tuttt

Sialan!

Della mengumpat pelan saat laki-laki itu memutuskan panggilannya sepihak. Sudah tidak asing lagi, Agam memang orang yang keras kepala.

Jika dia menginginkan sesuatu, dia harus mendapatkannya.

Gadis itu menghembuskan nafas panjang dan memijit pangkal hidungnya. Pusing dan lelah rasanya menghadapi sikap Agam yang selalu berubah-ubah dan terlalu kekanakan.

Bahkan menurut Della lebih lelah dua kali lipat mengurus Agam  daripada mengurus seorang anak kecil. Laki-laki itu rewelnya bukan main.

"Lo pulang aja gih, biar sisanya gue yang urus." ujar Deeva menepuk pundak Della.

Paham betul sahabatnya itu lelah dan banyak pikiran, walaupun gadis itu tak mengatakannya secara langsung, namun dia dapat mengetahui itu dari mata Della yang nampak sayu.

Gadis itu sangat sibuk disekolah karena harus memenuhi tanggung jawabnya sebagai ketua OSIS dan sering melewatkan waktu makan, belum lagi merawat kekasihnya yang manjanya tingkat akut, yang selalu ingin menempel pada sahabatnya.

Depresot dia kalau jadi Della.

"Gak."

Deeva berdecak kesal mendengar penolakan gadis itu. "Gausah keras kepala deh la, lo itu udah keras banget dari tadi pagi, dan lagi, lo mau Agam bertindak nekat kalo lo kelamaan disini? Lebih baik lo balik, biar sisanya gue yang kerjain. Habis itu jangan lupa istirahat." Ucap Deeva panjang lebar.

Dia terlanjur kesal dengan sifat Della yang terlalu memaksakan dirinya dan enggan meminta bantuan pada orang lain. Gadis itu memang selalu seperti itu.

Dan itu salah satu sikap yang Deeva benci dari sahabatnya, karena merasa dia seperti tak ada gunanya sebagai seorang sahabat.

Della kembali menghembuskan nafas, menimang keputusan yang akan diambilnya.

"Apa lagi yang mesti dipikirin sih, la? Udah lo balik aja, Agam pasti udah nungguin lo."

"Oke, gue balik." Putus Della akhirnya, ia kemudian beranjak berdiri dengan sedikit tak rela.

Jika dipikir-pikir lagi, ia juga tak mau sesuatu terjadi pada Agam. Seperti yang diketahui, laki-laki itu cukup nekat.

"Thanks." ucapnya sebelum menghilang dibalik pintu.

Sudut bibir Deeva terangkat membentuk sebuah senyum, hatinya menghangat mendengar perkataan tulus yang keluar dari bibir Della. Sudah lama rasanya ia tak mendengarnya.

Just ONe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang