"Udah, Agam udah kenyang. Gak mau makan lagi." rengek Agam saat Della kembali ingin menyuapinya.
"Satu suap lagi, gam." bujuk Della
"Gak mau." Agam menggeleng menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Matanya menatap dengan memohon.
Della menghembuskan nafasnya pelan, ia mengalah menaruh mangkuk bubur diatas nakas, kemudian beralih membersihkan sisa makanan yang menempel pada bibir Agam dengan tisu.
Laki-laki itu memang tidak pernah benar kalau makan.
"Kamu bully adik kelas lagi?" Tanya della lembut namun entah mengapa walaupun della bertanya padanya dengan lembut itu membuat Agam sedikit, you know? Takut.
Apalagi Della kini menatap lurus matanya membuat Agam terkejut kemudian menunduk.
Entahlah ia takut hanya untuk sekedar menatap mata Della yang seperti mengeluarkan laser, walau cuman dengan nada datar bicaranya saja dapat membuat bulu kuduknya meremang.
Tidak tau nanti kalau gadis itu mengamuk. Agam tidak mau membayangkan.
Della mengangkat dagu Agam. "Agam jawab, aku bicara sama kamu." tekan Della, tatapan gadis itu menajam.
Ia membiarkan Agam yang kini menatapnya takut, bahkan air matanya sudah turun sedari tadi membasahi pipinya. Namun tak terhiraukan.
"I-iya." jawab Agam sedikit pelan, tak ingin lebih membuat Della bertambah emosi lagi.
Mendengarnya, Della melepas tangan dari dagu Agam, membuat laki-laki itu kembali menunduk dan terisak. "Kenapa?" Della memejamkan mata seraya seraya memijit pelipisnya pelan.
Ia pusing sekali rasanya menghadapi kelakuan Agam, sore tadi della menerima kabar dari guru BK, ia memberitahu bahwa Agam kembali berulah lagi.
Baru setengah hari saja dirinya tinggal, tapi kelakuan agam sudah sangat menyusahkan banyak pihak, terutama pihak sekolah. Dan kembali dia yang bertanggung jawab sebagai ketua OSIS.
Kenapa para guru tidak langsung memberi hukuman kepada Agam? Kenapa harus Della? Jadi ini alasannya, Karena jika mereka yang menghadapi maka agam akan percuma, agam tidak akan menanggapi.
Tetapi berbeda lagi jika agam dihadapkan dengan Della, dijamin ia bagaikan kucing manis yang nurut dengan majikannya.
Sudah jelas bukan, bagaimana orang-orang berpikir kalau Della adalah pawangnya Agam.
Setelah emosinya sedikit mereda, Della kembali membuka matanya. "Jangan mentang-mentang aku selalu manjain kamu, jangan harap aku akan lindungi kamu dan biarin kamu berlaku seenaknya seperti itu." Ia menatap Agam yang terisak dengan pandangan datar.
Bukannya ia tega, tapi ini juga demi kebaikan cowok itu. Ia harus bersikap tegas agar Agam tak seenaknya bertindak dan kejadian yang sama tidak akan terulang lagi.
Della tak akan melindungi cowok itu karena yang dilakukannya memang salah.
"Aku akan bersikap lembut kalo kamu nurut, tapi kalo kamu bersikap berontak dan seenaknya sendiri, maka jangan salahin aku jika nanti aku tega untuk tegas sama kamu, ngerti?" Peringat Della sebelum kemudian membawa Agam kedalam pelukannya.
Menepuk punggung Agam yang masih bergetar dengan pelan guna menenangkan. Laki-laki itu mengeratkan pelukannya menumpukan kepalanya di bahu Della.
"M-maaf." ucap Agam sedikit tersengguk.
"Bukan ke aku, tapi ke dia yang udah kamu bully."
***
"Ella, Agam mau pulang." rengek Agam saat Della keluar dari kelasnya. Ia menggenggam tangan gadis itu dan mengayunkannya seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just ONe [END]
Teen FictionTak terhitung disetiap hembusan nafasnya Della harus selalu sabar menghadapi tingkah kekanakan Agam. Laki-laki itu tak akan mau melepaskannya meskipun dalam mimpi sekalipun. Agam bahkan dengan senang hati menyakiti dirinya sendiri hanya untuk menda...