June#16

39.8K 3K 144
                                    

Tak terasa hari demi hari pun silih berganti, sampai dimana hari ujian pun telah berakhir. Dan kini, Agam berangkat sekolah hanya untuk duduk termenung dalam ruangan OSIS yang sering ditempati Della.

Jangan tanyakan mengapa laki-laki itu bisa masuk, jawabannya cukup simple, karena Agam cukup memiliki wewenang dalam sekolah ini.

Pikirannya runyam, memikirkan hal yang terjadi belakangan ini. Della terlihat tidak masuk saat ujian, namun anehnya nama gadis itu terdaftar mengikuti ujian.

Dirinya pernah bertanya, dan para siswa yang merupakan anggota OSIS dengan serempak mengatakan kalau Della tengah izin melakukan kegiatan diluar sekolah beberapa hari. Bahkan Deeva pun bilang begitu.

Entah mengapa Agam malah merasakan hal yang ganjil terhadap hilangnya eksistensi Della disekolah, karena biasanya gadis itu adalah orang yang paling sering sibuk disini. Terlihat sering mondar-mandir.

Agam menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi, memejamkan matanya perlahan. Kepalanya mulai mengingat kejadian beberapa hari ini, saksi seberapa hancurnya dia, kondisi tubuh Agam sering drop karena sering melewatkan jam makan dan hanya mengurung diri dalam kamar.

Beruntunglah Sila dapat membujuk putranya itu, meski dengan susah payah.

Brakkk...

Pintu ruangan tiba-tiba saja terbuka keras, hingga mampu membuat Agam kembali membuka mata dan melihat kearah sang pelaku, yang tak lain ternyata adalah Deeva.

Gadis itu sempat membeku, ia cukup terkejut mendapati keberadaan Agam didalam ruangan Della, namun detik berikutnya, segera Deeva normalkan kembali ekspresi nya.

Tanpa memperdulikan laki-laki itu, ia bergegas mendekat kearah dimana lemari yang berisi berkas berada. Deeva sibuk mencari sesuatu, sampai satu nama yang terlontar dari mulut Agam, yang bahkan tak pernah dia kira akan diucapkan oleh cowok itu, berhasil membuat pergerakannya terhenti seketika.

"Kenal Delon?"

"A-apa maksud lo g-gue gak kenal." Deeva tergagap menjawabnya. Terkutuk lah untuk mulutnya yang tidak bisa diajak kompromi disaat yang tepat.

"Cih, Bohong kan lo!" Bentakan Agam, membuat Deeva terjengkit kaget, bahkan tangan gadis itu tampak sudah gemetar. Menakutkan melihat Agam dalam raut wajah bak iblisnya.

Ia tak tau apa yang harus dilakukan dalam situasi ini, Agam mungkin saja akan lebih marah jika ia tambah berbohong, namun Deeva tak bisa bicara jujur, sebab Della pernah mengatakan kalau semua ini haruslah cewek itu sendiri yang menjelaskannya.

Deeva berusaha terus mencari dengan panik, hingga akhirnya ia menemukannya. Tanpa menunda lagi, gadis itu secepatnya bergegas melenggang keluar dari ruangan itu.

Jujur saja, dirinya merasa tak nyaman dengan suasana didalam, tatapan Agam terus menghujaminya dan mencoba merobohkan tembok keberanian dalam dirinya. Dan hal itu terlalu horor bagi Deeva, takut nanti mulutnya malah membocorkan hal itu tanpa sadar saat dia ketar-ketir.

Suka heran dia, bila ada Della aja sikap Agam bak anak kucing yang manis dan imut, namun apabila Della tidak ada, beuh.. gila tuh cowok, auranya mirip kaya psikopat yang mau mutilasi orang. Serem.

Melihat Deeva yang telah menghilang dibalik pintu, Agam memukul keras meja yang ditempatinya dengan kesal.

Sial, batin agam.

***

"Mau makan?" Tanya Della mengusap lembut kepala laki-laki yang terbaring lemas diranjang pasien, dia kini tengah menatapnya dengan mata yang sayu.

"Gak mau."

"Kok gitu? Kamu harus makan loh, biar tenaga kamu pulih lagi, kamu gak mau kan terus disini?" ucap Della memberi pengertian.

Lelaki itu terdiam sebentar, sebelum tersenyum dan mengangguk, mampu membuat Della ikut tersenyum.

"Good boy." Della mengacak rambut lelaki itu lembut, kemudian mengambil mangkuk yang sudah tersedia dinakas.

Laki-laki itu mencoba bergerak ingin duduk, namun naas kakinya tak dapat ia gerakan. Wajahnya terlihat memucat, dengan gerakan cepat laki-laki itu membuka selimutnya, menemukan kakinya masih terlihat utuh. Tapi kenapa dia malah tidak dapat merasakan apapun dari kakinya?

Ia mencoba memukul kaki, sampai mencubitnya keras, tapi tetap saja nihil hasilnya masih sama, ia tak merasakan apapun.

Wajahnya mulai terlihat panik. "G-gak mung-kin" lirihnya terus memukul kakinya.

Della yang panik melihat itu, menaruh kembali mangkuk yang dipegangnya, lalu menahan tangan laki-laki itu yang berusaha terus memukuli kakinya.

"Kamu apa-apaan sih?!" Della menatapnya tajam.

"I..ini.. ini gak mungkin kan, ini gak mungkin!!" Laki-laki itu terus berontak dari genggaman Della. Kembali berusaha untuk memukuli kakinya.

Della segera membawa tubuh itu kedalam dekapannya membuat pergerakan laki-laki itu melemah dan berhenti berontak, setelahnya terdengar isakan pelan dari bibirnya.

"Tenang oke? Denger dulu penjelasan aku," Della menghela nafas sejenak, sebelum kembali berbicara. "Kata dokter, Ini sudah biasa terjadi bagi seseorang yang mengalami koma dan lama bangun, katanya ini hanya sementara, nanti setelah menjalani terapi kaki kamu pasti bakal balik lagi kok." Della menepuk pelan punggung laki-laki itu, mencoba mengusir rasa cemas darinya.

"Aku..aku.. aku lumpuh?" Dia membalas pelukan Della erat, menyembunyikan wajah pada bahu gadis itu.

"Ini cuma sementara, bentar lagi kamu pasti bisa jalan lagi." Della memejamkan mata, menahan rasa sesak yang hinggap didadanya.

Kenapa banyak sekali cobaan yang menimpanya? Apakah tuhan tak cukup puas melihatnya menderita selama ini? belum cukupkah rasa sakit yang diterimanya? lalu mengapa malah laki-laki ini pun ikut mengalami derita itu?

Air mata Della meluncur bebas dipipinya, namun segera ia usap sebelum laki-laki dalam pelukannya itu menyadarinya.

Della melonggarkan pelukannya, menangkup pipi lelaki itu. "Perlu kamu ingat satu hal, kalau apapun yang terjadi, aku akan tetap disamping kamu. Jadi, jangan pernah merasa kalo kamu itu sendirian disini, kita bisa lewatin ini bersama."

Lelaki itu mengangguk dan tersenyum. "Makasih banyak buat semuanya, makasih karena selalu jagain aku dan selalu berada disamping aku. Sekarang aku jadi yakin bahwa apapun masalah yang aku hadapi, seberat apapun itu, tak akan ada apa-apanya bila kamu selalu disamping aku."

"Everything for you, boy." Della ikut tersenyum, sebelum kembali memeluk tubuh laki-laki itu.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Just ONe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang