Akhir pekan hanya Agam dan Della habiskan dengan bersantai di sofa ruang tv rumah Della. Kemarin sore Agam memang telah diperbolehkan untuk pulang.
Jika boleh dikatakan dengan jujur, sebenarnya Della malas sekali berada di rumah, apalagi bila ada kedua orangtuanya disana. Itu sangat memuakkan.
Della fokus menonton televisi, sedangkan Agam tiduran di sofa dengan menjadikan paha gadis itu sebagai bantalan, laki-laki itu tengah sibuk dengan ponselnya.
Entah apa yang tengah dia lakukan.
"Ella." panggil Agam yang disahuti hanya deheman oleh Della.
"Agam kok jadi kangen sama gembul."
"Gembul?" Della menaikkan sebelah alisnya menatap Agam bingung.
"Kucing yang waktu itu dikasih sama kamu, aku kasih nama gembul, soalnya dia gemuk gitu."
Della hanya mampu menganggukan kepalanya, aneh sekali Agam memberikannya nama begitu. Sangat bentrok dengan karakter keras cowok itu. "Terus?" Tanyanya.
"Aku belum kasih makan dia dari kemaren." ucap Agam cengengesan.
"Tuh kan kamu gak rawat, aku ambil lagi aja kalo gitu."
"Jangan." sergah Agam, dia cepat bangun dari posisinya lalu memeluk lengan Della dengan erat, menatapnya memelas.
Della mengacak rambut Agam. "Kenapa jangan? orang kamu aja gak peduli kan sama dia?" goda Della, dirinya berusaha menahan senyum begitu melihat betapa lucunya wajah Agam saat cemberut.
"Jelek gitu, kamu jadi kaya bebek." Della mencubit bibir Agam yang mengerucut, membuat sang empu melotot tak terima, laki-laki itu melepaskan pelukannya pada lengan Della dan melempar ponselnya ke sofa.
Agam menatap gadis itu sinis, dengan wajah yang masih cemberut ia beralih membuang muka, bersidekap dada tanda ia benar-benar ngambek. Kekanakan memang.
"Agam." panggil Della, namun tak disahuti Agam, laki-laki itu masih berada pada posisinya dengan wajah yang tak enak dilihat.
"Agam ngambekan kaya cewek." Della mencoba meraih wajah Agam dan menangkup wajah laki-laki itu, membawanya agar menatapnya.
Cukup dibuat kaget saat melihat mata Agam yang sudah berkaca-kaca, gadis itu bergegas membawa Agam kedalam pelukannya, merasa tangis cowok itu sebentar lagi akan pecah.
"Kok malah nangis gam?"
"Lagian.. kamu bilang.. mau ambil gembul lagi."
"Aku bercanda Agam, aku gak bakal bawa kucing itu pergi. Maaf aku keterlaluan ya sama kamu? udah ya sayang jangan nangis lagi." ucap Della mengusap rambut Agam lembut.
Della sungguh melupakan satu hal, kalau Agam itu tipikal orang yang sensitif terhadapnya. Bagaimana tidak, diusilin sedikit saja dia langsung nangis. menyesal ia menggoda cowok itu.
Ia melepaskan pelukannya, mengusap air mata Agam. "Udah ya, masa gitu doang nangis sih? Malu tau sama anak kecil."
"Tuh kan."
"Gak Agam, kamu gak bisa diajak bercanda nih." Kekeh Della, mencubit pipi Agam gemas. "Mana senyumnya coba."
Agam menarik sudut bibirnya, tersenyum lebar, meski agak sedikit dipaksakan.
"Nah gitu kan ganteng." ucap Della mengecup pipi laki-laki itu singkat. Namun tak berhenti sampai disitu, ia malah bergerak menciumi seluruh wajah Agam dengan gemas.
"Della."
Suara seseorang menghentikan pergerakannya, binar dalam wajah Della lenyap begitu saja melihat kearah orang tersebut, memutar bola matanya malas sebelum menatapnya dengan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just ONe [END]
Teen FictionTak terhitung disetiap hembusan nafasnya Della harus selalu sabar menghadapi tingkah kekanakan Agam. Laki-laki itu tak akan mau melepaskannya meskipun dalam mimpi sekalipun. Agam bahkan dengan senang hati menyakiti dirinya sendiri hanya untuk menda...