Taman, es krim, serta pasangan merupakan sebuah kombinasi yang lengkap bukan? mungkin banyak diimpikan kaum hawa, dimana mereka akan berjalan-jalan bersama pasangannya menikmati udara segar ditambah dengan pelengkapnya yaitu es krim.
Entah mengapa dimana ada taman disitu ada penjual es krim.
"Kamu mau?" Agam menyodorkan es krim ke arah mulut Della, namun gadis itu menjauhkan es krim itu dari wajahnya. "Gak kamu aja." Tolaknya.
Jika kebanyakan cewek rata-rata sangat menyukai es krim namun berbeda dengan Della, dia tak begitu menyukai makanan manis itu, seingatnya terakhir kali memakannya pun ialah saat dia masih duduk di bangku SMP. Itu pun tidak pasti.
Perhatian gadis itu teralih kearah Agam yang kembali sibuk dengan es krim nya. Tanpa Della sadari seulas senyum tulus terbit diwajahnya, senyuman yang sangat tipis bahkan hampir tak terlihat jika tak diteliti dengan baik.
Entah apa maksud dari senyuman gadis itu.
Della sangat bersyukur takdir mempertemukan mereka, dia tak akan tau jika saja tak ada Agam dihidupnya mungkin dunianya tak akan seberwarna sekarang. Setidaknya laki-laki membawa warna baru kisahnya.
Agam itu unik dengan versinya sendiri, ia tak sama dengan kebanyakan lelaki diluar sana, walau sikap laki-laki itu lebih dominan seperti anak kecil, tapi Della sama sekali tidak pernah mempermasalahkan nya.
Agam dengan mudah bisa membuat satu senyuman hangat terbit dibibir gadis itu, itu yang membuat orang diluar sana iri dengan keberuntungannya.
Mereka bahkan sangat bekerja keras hanya untuk membuat sudut bibir gadis itu terangkat, meskipun hasilnya nihil.
"Ella, tangan Agam kotor." Agam mencebik seraya menjulurkan tangannya yang terdapat bekas Es krim.
Melihatnya, Della menggeleng sebelum kemudian merogoh sakunya yang terdapat sebuah sapu tangan biru yang selalu ia bawa, jaga-jaga jika berada dalam situasi seperti ini.
Dimana Agam tidak menyukai tangannya yang kotor padahal secara tidak langsung laki-laki itu sendiri penyebabnya. Della kadang sering heran sendiri.
Gadis itu membersihkan tangan Agam dengan lembut dan perlahan, saat itu tatapan Agam tak pernah lepas dari wajah Della, hingga setelah tangannya telah bersih dan gadis itu menoleh padanya, ia malah tersentak.
Wajah Agam memerah dan memilih membuang pandang. Della tersenyum melihat wajah malu laki-laki itu. Lucu sekali.
"Pulang yu? udah mulai sore." ucap Della lembut mengacak rambut Agam.
"Gak mau." Wajah laki-laki itu berubah datar seketika. Merasa tak rela waktunya bersama Della berakhir secepat ini.
Dirinya tak ingin cepat pulang karena masih ingin menikmati waktunya berdua dengan Della tanpa adanya gangguan, karena jarang sekali ia mendapatkan perhatian Della sepenuhnya.
Della memang memperhatikan nya, bahkan dibilang setiap waktu, namun selalu saja perhatiannya itu harus terbagi dengan kesibukan nya sebagai ketua OSIS.
Dan Agam benci akan hal itu, karena menurutnya yang boleh Della perhatikan hanyalah dirinya, tidak boleh ada hal lain yang menarik perhatian gadis itu darinya.
"Kenapa? Ini udah mulai sore gam, aku juga ada hal yang harus dikerjain."
Agam meremas tangan nya kesal kemudian berdiri meninggalkan della dengan langkah yang kasar hingga menimbulkan suara.
Sudah ia duga respon Agam akan seperti ini. Jika keinginannya tak dapat dipenuhi, laki-laki itu pasti akan merajuk dan tak akan mau berbicara, hingga akhirnya berujung Della yang harus membujuknya karena Agam pasti tak akan mau makan jika sedang dalam mode itu.
Della menghembuskan nafas panjang sebelum berdiri menyusul laki-laki itu yang telah terlebih dahulu masuk kedalam mobil.
Memasuki mobil dan menemukan Agam yang sudah duduk di bangku penumpang disampingnya dengan tatapan kearah jendela samping. Lagi-lagi Agam tak mau melihat nya.
Untuk kali ini Della lebih memilih diam. Biarlah saja agam seperti ini dulu nanti pun dia yang akan dengan sendirinya mau berbicara padanya.
Gadis itu beralih menjalankan mobilnya keluar dari area taman. Tak ada satupun kata yang keluar dari bibir mereka selama perjalanan.
Baik Della maupun Agam sama-sama sibuk dengan fikirannya masing-masing.
Agam menoleh kearah Della yang kini pandangan nya terfokus pada jalan hanya beberapa detik setelah nya ia kembali memalingkan wajahnya.
"Cih, aku kira mau ngebujuk biar gak ngambek, ternyata cuma diem aja. Dasar gak peka." Agam mendumel pelan yang sayang nya masih jelas terdengar ke telinga Della.
Gadis itu hanya mampu menggeleng heran. Nih cowok maunya apa sih? Bingung dia.
Tepat saat mobil Della telah berhenti didepan rumahnya, tanpa menunggu lagi laki-laki itu langsung menerobos masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan Della yang juga ikut menyusulnya dari belakang.
Sila yang berada pada sofa ruang tamu mengernyit bingung saat putranya itu tak sedikitpun memperdulikan pertanyaannya, laki-laki itu malah bergegas menaiki satu persatu anak tangga langsung menuju kamarnya.
"Agam kenapa, sayang?" Tanya Sila heran menghampiri Della saat gadis itu telah memasuki rumah.
"Ngambek dia."
"Anak itu yah." Wanita itu menggeleng kan kepalanya.
"Kalau gitu saya permisi." setelah mendapat anggukan dari Sila, Della beranjak pergi menuju kamar Agam.
Ia membuka pintu bercat coklat tersebut dan melihat Agam yang terbaring di ranjang dengan posisi membelakangi nya.
Sudah dipastikan cowok itu memang benar-benar merajuk kali ini.
Pencapaian terbaik
dalam hidupku adalah
saat aku bisa menemukanmu***
KAMU SEDANG MEMBACA
Just ONe [END]
Teen FictionTak terhitung disetiap hembusan nafasnya Della harus selalu sabar menghadapi tingkah kekanakan Agam. Laki-laki itu tak akan mau melepaskannya meskipun dalam mimpi sekalipun. Agam bahkan dengan senang hati menyakiti dirinya sendiri hanya untuk menda...