Tiing..
Tangan Agam meraih ponselnya diatas nakas yang sudah terpampang pesan dari Della.
'Gak bisa berangkat bareng, sorry'
Begitulah isi pesannya, hingga mampu membuat dengusan keluar dari bibir Agam secara tidak sadar.
Selalu seperti ini setiap dirinya mengajak Della untuk berangkat bersama, dan ini terjadi selama beberapa hari belakangan ini, setelah dimana hari ulang tahunnya berlangsung.
Dan selama itu juga, Agam tampak uring-uringan dengan perubahan yang gadis itu tunjukkan secara terbuka.
Agam tidak peduli lagi dengan keputusannya untuk berangkat sekolah ataupun tidak, yang terpenting saat ini ialah moodnya menjadi buruk sekarang.
Ia melemparkan ponselnya asal kearah sofa lalu kembali membanting diri pada tempat tidur dan meringkuk bagaikan janin.
Terdengar hembusan nafas kasar dari laki-laki itu, dengan mata yang menyorot tanpa arti kearah tembok kosong dihadapannya.
Agam kemudian beralih menatap lengannya yang penuh dengan luka goresan yang sudah tidak terbungkus perban. Tak apa jika kalian beranggapan kalau Agam sudah gila.
Karena nyatanya memang begitu, laki-laki itu melakukan berbagai cara hanya untuk kembali menarik perhatian Della, seperti salah satunya dengan menyakiti dirinya sendiri. Gila bukan?
Della yang memang datang beberapa kali, melihat hal itu lantas segera mengobatinya tapi kemudian langsung pergi lagi.
Dari situlah Agam menyimpulkan kalau cewek itu berubah.
"Agam kamu belum siap-siap?" lamunan Agam buyar ketika Sila datang tiba-tiba. Wanita itu berdiri pada ambang pintu.
Ia kemudian berjalan menghampiri Agam yang masih tak bergerak dari posisi sebelumnya. Hanya saja mata laki-laki itu kini menatap kearahnya.
"Kamu bisa telat, sayang." Sila duduk pada samping tempat tidur Agam.
"Gak jadi berangkat."
"Loh, kok gitu gam?" Agam tak lagi menjawab, laki-laki itu kini memilih memejamkan mata, membuat Sila menggelengkan kepala.
Agam memang benar-benar.
"Agam, sini sayang, dengerin mama baik-baik," Sila mencoba membalikkan tubuh Agam agar menghadap kearahnya, namun laki-laki tak bergerak sama sekali. Sila menghela nafas sejenak.
"Kamu perlu tau satu hal, kalau Della itu juga punya dunianya sendiri, dia gak selamanya selalu punya waktu buat kamu gam, dia juga punya kerjaan lain dan gak hanya ngurusin kamu. Coba kamu ngertiin posisi dia."
Agam terdiam. Laki-laki tidak mengeluarkan sedikitpun, membuat Sila paham kalau Agam pasti merasa tengah marah dengan apa yang dikatakannya.
"Sekarang kamu berangkat sekolah yah? Kamu kan bisa ketemu Della disana kalau kamu berangkat." Bujuk Sila.
Butuh waktu cukup lama hingga Agam beranjak dan melangkah menuju kamar mandi. Sila tersenyum melihatnya.
Setidaknya ia sedikit bersyukur karena kini Agam sudah bisa untuk dijinakkan dan dikasih pengertian, tidak seperti sebelumnya yang hatinya bahkan tidak bisa untuk disentuh sedikit pun.
Tidak butuh banyak waktu, Agam telah rapi dengan seragamnya. Ia bergerak mengambil tas yang kemudian tersampir kan dibahunya sebelum beranjak turun.
Disana sudah terdapat Sila yang telah menunggunya dimeja makan. Tanpa berniat menghampiri, Agam hanya berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just ONe [END]
Teen FictionTak terhitung disetiap hembusan nafasnya Della harus selalu sabar menghadapi tingkah kekanakan Agam. Laki-laki itu tak akan mau melepaskannya meskipun dalam mimpi sekalipun. Agam bahkan dengan senang hati menyakiti dirinya sendiri hanya untuk menda...