"Udah tenang?"
Della melepas pelukannya saat dirasanya Agam mengangguk, ia menangkup pipi laki-laki itu yang sedikit berisi.
"Aku ada sesuatu buat Agam." ucap Della mengusap pipi Agam dengan ibu jarinya lembut, sesekali mencubitnya.
"Apa?" Suara Agam masih terdengar parau, namun ada nada girang dalam kalimatnya, membuat Della terkekeh pelan.
"Ayo aku tunjukin." Della berdiri dari duduknya mengulurkan tangannya yang langsung diterima Agam dengan gembira.
Mereka memasuki rumah dengan tangan Agam yang digenggam Della, mengayun kesana-kemari seperti anak kecil, sembari bertanya apa yang ingin ditunjukkan Della, itu membuat Della gemas sendiri.
Mata laki-laki itu berubah membulat sempurna saat melihat sesuatu yang bergerak di sofa ruang keluarga. Ia berjalan cepat mendahului, tanpa peduli Della yang menggeleng kan kepala dibelakang, kemudian mengikuti Agam.
Dasar, ada sesuatu yang baru aja dirinya dilupakan.
"Gimana? Suka?" Tanya Della ikut duduk disamping Agam yang tengah mengelus bulu lembut seekor kucing berbulu putih dengan corak abu-abu pada punggungnya.
Iya, Della membelikan Agam seekor kucing karena tau cowok itu sangat menginginkannya, namun mengingat kembali waktu itu saat dirinya membelikan Agam seekor kucing namun dia malah dengan mudahnya membuangnya begitu saja.
Waktu ditanya alasannya dengan entengnya dia menjawab 'kucingnya nakal ella, masa Agam dicakar'
Yah iyalah.. gimana gak dicatek orang ekornya dia injek. Pantes aja si meong marah. Sakit cuy.
"Kali ini jangan dibuang lagi." ujar Della membuat Agam menampilkan gigi kelinci nya lucu.
"Gak janji."
Della menghembuskan nafasnya pelan. Dasar Agam, ia pikir tuh kucing tidak ditukar dengan uang apa? Main seenaknya ngelepasin, dikira dapet nemu di selokan apa.
Menit-menit demi menit berlalu, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, hingga tiba-tiba Agam menurunkan kucing itu dari pangkuannya, membiarkan binatang berbulu itu berjalan kesana-kemari.
Ia lalu beringsut mendekati Della yang tengah fokus memainkan ponselnya, dan memeluk gadis itu dari samping sampai membuatnya tersentak.
"Ella." Della hanya menjawab dengan deheman tanpa sekalipun menatap kearah Agam.
"Ihh kalo ada yang manggil tuh liat orangnya, yang lagi ngomong mana, yang diliat yang mana." Gerutu Agam mengerucutkan bibirnya.
"Ada apa?" Tanya Della datar. Menoleh kearah laki-laki disebelahnya. Bisa ngamuk yang ada kalo gak dituruti.
Sekedar info saja, Della memang tak sepenuhnya berbicara lembut pada Agam, karena terkadang gadis itu juga bisa berbicara datar meskipun pada Agam. Dan Agam sudah terbiasa dengan perubahan tersebut.
"Agam mau liat pasar malam."
"Tumben." Della menaikan sebelah alisnya.
Mendengar pertanyaan della membuat Agam mencebik. "Kok gitu?"
"Ya lagian, kamu tumben banget mau kesana."
"Lagi pengen aja, udah lama kan kita gak jalan ke pasar malam."
"Dimana?"
"Deket alun-alun kota."
"Jauh gam, kondisi kamu belum pulih betul."
"Tapi agam mau liat, ella." rengek Agam menjatuhkan kepalanya dibahu Della, bibirnya tampak melengkung kebawah dengan sorot mata berkaca-kaca.
Della menghembuskan nafas panjang. Susah kalau Agam sudah seperti ini. Jika tidak diijinkan, dia pasti akan kembali menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just ONe [END]
Teen FictionTak terhitung disetiap hembusan nafasnya Della harus selalu sabar menghadapi tingkah kekanakan Agam. Laki-laki itu tak akan mau melepaskannya meskipun dalam mimpi sekalipun. Agam bahkan dengan senang hati menyakiti dirinya sendiri hanya untuk menda...