Tiba dimana akhirnya Agam bisa merasakan udara sekolah kembali, setelah beberapa hari yang lalu dirinya mengalami sakit yang beruntun.
Dimulai saat nekat menenggelamkan diri di laut dan sampai akhirnya ia terserang demam. Agam hanya nganggrem dirumah.
Setidaknya menurut Agam, lingkungan sekolah jauh lebih baik dibandingkan berdiam diri didalam rumah, ditambah dengan dirinya yang ditinggalkan Della selama gadis itu sekolah.
Itu sungguh membuatnya mati kebosanan.
Pagi ini Agam berangkat bersama Della menggunakan mobil laki-laki itu, lebih tepatnya Agam yang memaksa menjemput Della.
Lorong koridor tampak masih terlihat sepi karena Agam berangkat terlalu pagi dikarenakan Della ada urusan yang diharuskan nya untuk berangkat lebih awal, yang mau tak mau membuat Agam mengikutinya.
Sekarang lihatlah dirinya yang seperti seseorang yang tak punya kerjaan menyusuri koridor sekolah. della? Ia sudah lebih dahulu pergi meninggalkan dirinya. Jahat emang.
Della telah terlebih dahulu pergi ke ruangan OSIS, Sementara dirinya disini seperti orang yang tak punya tujuan, menyusuri lorong sekolah yang untungnya hanya ada sedikit orang.
Masuk kelas?
Jangan harap Agam akan melakukan hal itu, karena dalam beberapa bulan sekolah, kehadiran Agam dalam kelas pun bisa dihitung pakai jari. Laki-laki itu sering sekali membolos.
"Tumben banget, berangkat duluan sebelum penghuni pohon randu bangun."
Agam hampir saja dibuat serangan jantung saat tiba-tiba Marga muncul dibelakangnya dan menempelkan telapak tangan pada bahunya.
Cowok itu memang benar-benar ingin digiling, untung Agam tidak punya riwayat penyakit jantung. Laki-laki itu dapat dengan cepat menguasai sikapnya kembali.
"Setan." Agam mendelik kesal, sebelum memutar tubuh dan berjalan meninggalkan Marga yang terperangah.
"Ganteng gini dibilang setan. Dasar setan." Laki-laki itu menyugar rambutnya kebelakang bak ala-ala model iklan shampo.
Oke, Jiwa narsis Marga mode on.
Sementara itu, Agam terus berjalan menuju kearah gerbang belakang sekolah sampai tiba-tiba tas yang dipakainya ditarik seseorang kebelakang di persimpangan koridor.
Umpatan laki-laki tertahan diujung lidah, menyadari bahwa Della lah yang menjadi sang tersangka penarikan itu. Wajah Agam seketika berubah seperti anak anjing yang memelas.
"Mau kemana?" Della menaikan sebelah alisnya, kemudian menyentil dahi Agam pelan. "Masuk kelas."
"Tapi ini masih pagi, la."
"Gak ada tapi-tapian, Balik ke kelas, kamu jarang banget masuk kelas. Kalo aku tau kamu bolos lagi, aku ambil lagi kucingnya."
Agam berdecih. "Maennya ancaman."
"Agam." kini ucapan della sedikit menajam.
Agam mencebik kesal. "Iya.iya agam masuk, puas?!" Ucapnya kemudian berbalik meninggalkan Della yang menggelengkan kepalanya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just ONe [END]
Teen FictionTak terhitung disetiap hembusan nafasnya Della harus selalu sabar menghadapi tingkah kekanakan Agam. Laki-laki itu tak akan mau melepaskannya meskipun dalam mimpi sekalipun. Agam bahkan dengan senang hati menyakiti dirinya sendiri hanya untuk menda...