17 - Friend Zone

76 12 8
                                    

"Mengapa harus cemburu? Toh kita hanya dua manusia yang dieratkan karena hubungan pertemanan"

Gedung sekolah yang biasanya terlihat ramai dengan lalu-lalang siswa-siswinya, terlihat sedikit lengang dipenghujung hari. Hanya beberapa kelompok ekskul yang masih betah menyibukkan diri disana.

"Bel, ayo pulang, " ajak Kenzi saat mereka tengah mengemasi beberapa cat semprot diatas meja.

"Kamu duluan aja. Aku masih nunggu Agam selesai basket, " Ucap Belva sambil membalas senyum ramah anak-anak yang tengah berpamitan pulang.

"What? Lo masih mau nungguin Bang Ateng? Oke Bel. Gue emang akuin kalau Bang Ateng itu tampan level ekstim, tapi lo juga jangan gini dong! Setelah tadi siang dia kepergok lagi selingkuh, lo sekarang malah masih mau nungguin dia, " jelas Kenzi sambil mencak-mencak tidak jelas.

"Ken. Aku jelasin ya. Aku sama Agam itu cuma sahabatan. Lagi pula Karin itu pacarnya bukan selingkuhan, " koreksi Belva dengan nada santai.

"Oooh jadi ceritanya kalian friend zone nih, " goda Kenzi dengan emosi yang mereda setelah mendengar penjelasan Belva.

"Kalian belum pulang? " Belum sempat Belva menjawab, Arka Si Ketua ekskul mural menghampiri mereka.

Memang sejak pertama kali Belva melihat demo ekskul yang diadakan saat ia kelas 10 dulu, ia langsung jatuh hati pada ekskul ini. Mural memang salah satu hal yang disukai Belva. Selain ia dapat menyalurkan bakat menggambarnya, ia juga bisa meluapkan emosi tiap kali membuatnya. Bagi Belva, mural bukan sekedar coretan yang mengotori dinding seperti kebanyakan yang orang lain pikirkan. Baginya, mural memiliki makna tersendiri disetiap goresannya. Menampilkan jiwa yang sebenarnya dari sang pembuat. Dan tanpa ragu ia bergabung dengan ekskul itu hingga saat ini.

Sementara Kenzi, anak itu memang menjadi anggota mural seperti Belva. Tetapi Kenzi hanya bermodal modus untuk mendapat tontonan gratis cogan-cogan disana. Maklumlah, sebagian besar anggota ekskul itu laki-laki.

"Ini lagi mau pulang kak, " jawab Belva sopan.

"Kak Arka mau ke parkiran kan? " tanya Kenzi yang kini menatap Arka gembira.

"Iya, " jawab Arka singkat sambil tersenyum.

"Ya udah bareng aja yuk! " ajak Kenzi tanpa malu.

"Boleh." Arkan mengangguk setuju.

"Yey. Ayo kak! " Kenzi menarik tangan Arka penuh semangat.

"Duluan ya Bel, " pamit Arka sebelum beranjak pergi.

"Iya kak, " Belva mengangguk singkat. Matanya menatap jengkel sekaligus geli melihat sosok Kenzi. Sahabatnya itu, kadang sering lupa padanya jika sudah bertemu laki-laki tampan.

....

Belva masih setia duduk di lobi sekolanya meski kini cahaya matahari mulai benar-benar tertelan kegelapan. Telapak tangannya sesekali memukul nyamuk nakal yang setia menghisap darahnya sedari tadi.

Ia masih menunggu Agam yang tak kunjung selesai dengan ekskul basketnya.

"Bel, " sebuah tepukan pelan membuat gadis itu sedikit terlonjak kaget.

"Udah selesai? " tanya Belva setelah melihat bahwa Agamlah yang menepuk pundaknya.

Agam hanya mengangguk pelan.

"Bel, " Agam menahan tarikan tangan Belva yang mengajaknya beranjak dari tempat itu.

"Hm? " gumam Belva sambil tersenyum kecil.

"Aku ada janji sama Karin, " ucap Agam yang menjulang tinggi didepannya.

"O-oh oke. Kalau gitu aku pulang sendiri aja," jawab Belva yang paham akan arti ucapan lelaki itu.

"Kamu tunggu sini dulu. Nanti Bisma yang bakal nganter, " tutur Agam.

Belva mengangguk singkat.

"Nggak papa? " tanya Agam memastikan.

"Iya, " Belva tersenyum lebar. Meyakinkan sahabatnya bahwa ia tak masalah jika ditinggal. Walau sebenarnya ada rasa sedikit kecewa ketika ia mendengar hal itu. Tadinya Belva ingin mengajak Agam untuk membeli eskrim didekat danau. Tapi karena Agam memiliki janji dengan Karin, Belva harus menahan keinginannya itu. Lagipula Belva masih bisa mengajak Agam dilain hari.

"Aku pergi dulu, " pamit Agam sambil mengacak rambut Belva pelan.

Gadis itu mengamati punggung tegap yang mulai menjauhinya. Menghela nafas berat sebelum kembali duduk di kursi.

....

"Malam Bun, " sapa Agam yang baru saja memasuki rumah.

"Malam Gam," balas Bu Nia sambil tersenyum.

"Hayoo habis dari mana jam segini baru pulang?" goda Bu Nia setelah melihat jarum jam yang telah menunjuk pukul 9 malam.

"Dari rumah temen, " jawab Agam sambil tersenyum sopan.

"Belva udah tidur Bun? " tanya Agam sambil mengedarkan pandangannya kesekeliling ruang keluarga.

"Belum. Tadi dia baru aja minjem minyak kayu putih ke bunda, " jawab Bu Nia sambil kembali fokus pada layar tv yang tengah menampilkan sinema azab yang tengah menjadi acara favorite ibu-ibu kompleks akhir -akhir ini.

"Buat apa? " Agam mengerutkan dahinya bingung.

"Katanya lagi gatel habis kena nyamuk, " jelas Bu Nia.

Mendengar itu, Agam segera melangkah menaiki tangga. Menuju kamar dengan pintu yang tengah tertutup.

Belva menolehkan kepalanya ketika mendengar kamar pintunya dibuka. Sosok Agam yang masih mengenakan seragam menjadi hal yang Belva lihat pertama kali.

"Baru pulang? " tanya Belva memastikan sambil mengoles minyak kayu putih pada tangannya.

Agam mengangguk pelan. Berjalan mendekati Belva yang tengah duduk dipinggir ranjang queen sizenya.

Lelaki itu mengambil minyak kayu putih digenggaman Belva. Menggantikan tugasnya mengoleskan pada area kulit yang memerah karena gatal.

"Kenapa bisa gini? Kamu main dikolong? " tanya Agam.

"Sembarangan. Ini gara-gara aku nunggu di lobi kelamaan," sungut Belva.

"Maaf, " Agam terhenyak seketika. Merasa bersalah karena secara tidak langsung Agam yang membuat Belva seperti ini.

"Eh, bukan maksud aku mau nyalahin kamu Gam. Lagipula ini cuma gatel-gatel biasa, " tutur Belva sambil mengusap punggung tangan Agam pelan.

Lagi-lagi Agam hanya mengangguk. Menyimpan minyak kayu putih yang telah selesai digunakan pada nakas.

"Gimana kencan pertamanya? " tanya Belva mengubah topik pembicaraan.

"Biasa, " jawab Agam singkat sambil menarik selimut diranjang. Mengisyaratkan Belva agar segera berbaring.

"Yaaaaah penonton kecewa," desah Belva sambil memanyunkan bibirnya. Kini tubuhnya telah berbaring diranjang.

"Memang kamu berharap jawaban seperti apa hm? " Agam menaikkan satu alisnya.

"Ya kamu cerita tentang keseruan kencan pertama kalian. Aku yakin pasti mengesankan banget. Apalagi ceweknya Karin. Dia itu paling cantik lho diangkatan kita, " jelas Belva sambil memandang Agam yang tengah mengendorkan dasi sekolahnya.

"Lebih baik sekarang kamu tidur," Agam menarik selimut tebal itu hingga sebatas dagu Belva. Membelai surai lembut gadis didepannya yang tengah menatap penasaran padanya.

Lama-lama Belva merasakan kantuk yang mulai menyerangnya. Belaian Agam dirambutnya membuat Belva semakin nyaman.

Menyadari nafas Belva yang mulai teratur, pertanda gadis itu telah terlelap. Namun hal itu tak membuat Agam beranjak dari tempatnya. Lama ia menatap Belva dengan pandangan yang sulit diartikan.

Up up up 💃💃vomment yes! :)

Dragoste (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang