24 - Penantian

46 7 2
                                    

"Hujanpun tak dapat menghalangiku untuk menunggumu"

Sudut itu terlihat lebih gelap dari area sekitarnya karena tepat berada dibawah tangga. Dari sana mata tajam milik Agam dengan bebas melihat sosok Sean yang tengah berjalan tak jauh dari tempatnya kini. Dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana, Ia berjalan perlahan mengikuti Sean beberapa langkah dibelakangnya.

Merasa seperti ada yang mengikuti, Sean dengan gerakan cepat berbalik kearah belakang. Dan benar saja. Ia melihat Agam yang berada tepat dibelakangnya. Laki-laki itu ikut menghentikan langkahnya.

"Mau lo apa?" tanya Sean to the point sambil memicingkan mata. Untung keadaan sekitar cukup sepi, jadi tidak ada orang yang merasa terganggu karena mereka kini berdiri ditengah-tengah koridor.

"Lo suka sama Belva," ungkap Agam berupa pernyataan bukan pertanyaan. Ia balik menatap Sean dengan santai. Lain halnya dengan hati Agam yang kini merasa tak rela saat mengatakan hal tersebut. Harusnya hanya dirinya yang boleh menyukai Belva.

"Bukan urusan lo," ucap Sean sambil tersenyum miring.

Agam mengangkat bahu sebagai tanda tak perduli.

"Gue cuma mau bilang kalau lo cuma main-main sama Belva, lo mending jauhin dia dari sekarang. Tapi kalau lo serius sama Belva, jangan pernah buat dia sedih, kecewa, apalagi sampai nangis. Inget! Kalau sampai satu kali aja lo ngelanggar omongan gue ini, gue dengan senang hati ngasih lo kematian paling menyakitkan yang bahkan belum pernah lo bayangin," peringat Agam dengan nada tenang namun mampu membuat bulu kuduk Sean meremang sesaat. Entahlah, Sean merasa Agam memiliki sisi gelap yang mengerikan. Dan dari ucapannya barusan, ia yakin laki-laki didepannya ini tidak main-main dengan ucapannya.

Sebelum meninggalkan Sean, Agam menepuk bahu laki-laki itu sekali.

....

Sudah dua jam lebih Agam menunggu kedatangan Belva dipinggir danau. Danau yang dulu pernah menjadi saksi bisu dimana kemeja sekolah Agam menjadi korban ingus Belva setelah putus dengan laki-laki brengsek itu. Huh! Bahkan menyebut namanya pun Agam tak sudi.

Mereka tadi sepakat bertemu disini untuk menghabiskan sore bersama. Namun saat diparkiran sekolah, Belva berkata jika ia akan menyusul saja karena ada urusan yang harus ia selesaikan. Jadilah Agam pergi kedanau terlebih dahulu.

Ia menatap ponsel digenggamannya dengan gusar. Sudah delapan kali ia mengirimi gadis itu pesan, namun tak mendapat balasan sama sekali. Ia pun kembali memasukkan ponsel-nya kedalam saku kemeja sekolah.

Agam melirik pada sebuket bunga yang tergeletak diatas rumput disampingnya. Buket itu sama persis dengan yang berada di galeri foto Belva. Sepertinya, gadis itu menyukai buket dengan rangkain bunga seperti ini. Terbukti dengan banyaknya screenshoot di smartphone milik Belva yang menampilkan buket bunga dengan tema demikian.

Tak lupa Agam juga membeli sekotak susu vanilla kesukaan Belva untuk melengkapi kejutan kecil yang ia persiapkan sore ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak lupa Agam juga membeli sekotak susu vanilla kesukaan Belva untuk melengkapi kejutan kecil yang ia persiapkan sore ini.

Tiba-tiba percakapannya dengan Sean tadi siang terlintas diotaknya. Membuat Agam mengacak rambutnya frustasi.

Bodoh! Seharusnya ia memberi pelajaran pada Sean karena berani mendekati Belva-nya. Bukannya malah memberi nasehat seperti tadi.

"Arrgh! Sial." sekali lagi Agam mengacak rambutnya.

"Kak," panggil seorang anak laki-laki yang bernama Raka. Usianya sekitar 7 tahun. Sontak panggilan itu membuat Agam menghentikan aktivitasnya.

Agam hanya menatap anak itu sambil menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Udah mau hujan. Mending kakak pulang. Kata mama Laka, Ntal kalau kehujanan bisa sakit," ucap Raka cadel khas anak kecil.

Mendengar hal itu, pandangan Agam otomatis langsung tertuju pada langit sore yang menaungi danau didepannya itu. Dan benar saja, gumpalan awan hitam telah memenuhi langit. Sesekali diselingi dengan suara gemuruh dan kilatan petir. Sepertinya akan turun hujan deras.

"Hm," gumam Agam yang kembali menatap anak laki-laki didepannya.

"Kalau gitu Laka pulang dulu ya kak," pamit Raka sambil berlari-lari kecil meninggalkan Agam. Tak lupa ia melambaikan tangannya pada Agam yang tak mendapat balasan sama sekali. Kasihan.

Tetesan hujan mulai turun tak berapa lama kemudian. Membuat Agam bergegas berlari menuju pohon besar yang tak jauh dari tempatnya duduk tadi. Tak lupa ia juga membawa buket bunga dan susu kotaknya.

Dengan pakaian yang mulai basah kuyup, Agam mengedarkan pandangannya kesekeliling danau. Mencari sosok Belva yang hingga kini belum terlihat. Ia berusaha merapatkan tubuhnya pada pohon disampingnya itu untuk meminimalisir air hujan yang terus membasahinya. Nyatanya, pohon besar itu tak cukup berguna untuk ia jadikan tempat meneduh.

Ia memasukkan buket bunga dan susu kotak itu kedalam tas. Saat Agam mengecek smartphone-nya, terdapat banyak sekali pesan dari sang mama yang menyuruhnya untuk segera pulang. Hm, sudah bisa Agam pastikan jika sekarang mamanya pasti tengah khawatir.

Ia menyugar rambutnya kebelakang sambil mencoba menghubungi Belva. Namun nihil. Ponsel gadis itu kini malah tidak aktif. Rasa khawatir mulai menjalari Agam. Ia takut jika terjadi sesuatu pada Belva.

Setelah menunggu satu jam lebih dibawah pohon, Agam memutuskan untuk pulang. Ia tak mau membuat mamanya lebih risau. Nanti setelah sampai di rumah Agam akan mencoba mencari keberadaan Belva lagi. Mungkin dengan menelepon teman dekat gadis itu.

....

Deru motor sport milik Agam memecah keheningan malam yang baru saja terguyur hujan. Seorang satpam dengan sigap membukakan gerbang untuk Agam. Ia menghentikan motornya dihalaman depan.

Matanya tak sengaja melihat dua orang yang tengah bercengkrama didepan teras. Ia memicingkan mata untuk memperjelas penglihatannya.

Seketika dadanya terasa sesak saat mengetahui siapa orang itu.

"Ternyata penantian gue sia-sia," ucap Agam lirih sambil tersenyum miris melihat pemandangan didepannya kini.

Terimakasih yang sudah meluangkan waktunya untuk vomment 😊

Dragoste (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang