16 - Karin

69 8 0
                                    

"Terkadang, rasa khawatir yang berlebih itu memang tak perlu"

Belva dan Kenzi terlihat berlari tergopoh-gopoh di sepanjang lorong yang mengarah pada kantin dilantai dua sekolahnya.

Mereka mendorong pintu yang menjadi jalan masuk kantin indoor itu.

Mata bulat Belva langsung bergerak kesana kemari mencari keberadaan Agam.

"Mana nih Bang Ateng?" tanya Kenzi yang juga tengah mencari keberadaan idolanya itu.

"Bel. Jangan-jangan... " ucap Kenzi menggantung sambil menatap Belva serius.

"Jangan-jangan apa Ken?" tanya Belva yang mulai gusar.

"Jangan-jangan Bang Ateng di UKS lagi," lanjut Kenzi membuat Belva mengernyitkan dahi.

"Lah, kenapa jadi di UKS? Kan tadi Bisma bilangnya Agam berantem di kantin atas," tanya Belva bingung dengan ucapan Kenzi.

"Ya maksud gue mungkin aja Bang Ateng babak belur terus dibawa ke UKS, " ucap Kenzi logis.

"Kenzi! Jangan ngomong gitu!" Belva sekarang tambah panik. Gadis berkuncir kuda itu menggerak-gerakkan bola matanya gelisah. Ingatannya langsung kembali pada malam dimana Agam mendapat luka kecil disudut bibirnya yang entah karena apa. Dengan luka sekecil itu saja sudah membuat Belva panik apalagi luka yang disebabkan karena aksi saling memukul?

"Ya kan gue cuma nebak Bel," Kenzi mengusap-usap punggung Belva berharap agar gadis itu bisa lebih tenang.

"Terus sekarang gimana nih Ken? Aku takut kalau Agam kenapa-napa," curah Belva dengan kedua bola mata yang sudah digenangi cairan bening.

Bagaimana jika Agam kehilangan nyawa karena hal ini? Ah tidak! Tidak! Sahabatnya tidak selemah itu bukan? Tapi sekarang banyak sekali berita di TV yang menayangkan tawuran pelajar yang menimbulkan banyak korban hingga meninggal dunia. Eh, tapi kata Mas Rafa berita jaman sekarang itu banyak yang hoax. Arrgh! Ia jadi pusing memikirkannya.

Kenzi sedikit mengernyit heran. Sedekat itukah hubungan sahabatnya dengan sang idola? Hingga Belva terlihat begitu mengkhawatirkannya. Bukan! Ia sekarang tak cemburu. Ia hanya heran dengan tingkah sahabatnya ini. Lagi pula, Kenzi hanya sebatas mengagumi Agam. Dan lelaki itupun bukan satu-satunya idola Kenzi. Gadis itu memang dari dulu pengagum cogan. Jadi sudah tak terhitung berapa banyak cogan diluar sana yang menjadi idolanya.

"Husst! Lo tenang dulu. Kita cari Bang At- UPIL VALAK!" teriak Kenzi tiba-tiba sambil melotot kearah salah satu meja dikantin yang lumayan tersembunyi karena berada disudut ruangan.

"Kenzi kalau ngomong dijaga. Mana ada hantu yang upilan, " tutur Belva sambil menghapus air mata yang tadi sempat mengalir di pipi chubby-nya. Sahabatnya yang satu ini memang kadang kurang bisa menyesuaikan situasi disekitarnya. Buktinya sekarang saat Belva tengah mengkhawatirkan Agam, Kenzi malah membahas upil hantu.

"Adalah," jawab Kenzi asal dengan tatapan masih mengarah kesudut kantin yang sama.

"Emang kamu pernah liat? " Kini Belva sedikit penasaran dengan upil valak itu. Siapa tahu sahabatnya ini sudah melihat wujud nyatanya. Atau jangan-jangan sekarang Kenzi punya indra ketujuh? Waah kalau benar Kenzi memiliki kemampuan itu, mungkin besok atau lusa Belva bisa meminta jasa Kenzi untuk mengusir hantu dirumahnya.

"Bodo Bel Bodo! Kenapa jadi ngomongin upil sih? " Kenzi menatap balik Belva dengan kesal.

"Kan tadi kamu yang mulai duluan." Belva jadi bingung. Kenapa sekarang Kenzi terlihat kesal karena Belva membahas upil valak? Bukannya tadi Kenzi sendiri yang mulai membahasnya.

"Noh liat si upil valak!" Kenzi memegang dagu Belva agar mengarah pada seseorang dimeja yang ia maksud.

Belva masih tak mengerti dengan apa yang dimaksud Kenzi. Hingga tiba-tiba matanya menangkap sosok Agam yang tengah menyeruput minuman disudut kantin dengan santai. Dan lelaki itu tengah bersama seorang gadis?

Belva yang baru pulih dari keterkejutannya melihat Kenzi yang ternyata sudah berjalan menghampiri meja Agam terlebih dahulu. Dengan langkah cepat Belva mengikutinya dari belakang.

"WOOY UPIL VALAK! Eh maksudnya Bang Ateng. Dicariin dari tadi malah taunya lagi mojok sama Si Karin," bentak Kenzi sambil menggebrak meja didepannya.

Agam hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Bang Ateng yang gantengnya udah kaya Babang Shawn, lo tuh udah bikin anak orang nangis. Noh liat! " Kenzi menarik lengan Belva yang sedari tadi bersembunyi dibalik punggungnya.

"Belva," Agam berdiri dari posisi duduknya. Ia terkejut melihat bekas air mata diwajah sahabatnya yang masih terlihat jelas.

"A-aah hai Agam," sapa Belva dengan senyum yang ia paksakan.

"Kamu nangis?" Agam mulai mendekati Belva yang berada disebelah Kenzi.

"E-eh nggak. Tadi kita lagi akting jadi pemeran drakor. Ya kan Ken?" Belva menatap Kenzi penuh arti.

"Aa-aah iya-iya. Kita emang abis latihan buat ngeluarin bakat akting kita," ucap Kenzi membenarkan perkataan Belva. Padahal ia juga tak paham dengan jalan pikir Belva saat ini.

Suara tepuk tangan dari Karin membuat ketiga orang itu menolehkan kepalanya.

"Waah akting kalian lumayan bagus lho. Gue tadi sampai kaget beneran pas Kenzi ngegebrak meja," ucap Karin sambil mengacungkan kedua ibu jarinya pada Belva dan Kenzi.

"M-makasih Rin, " Belva tersenyum canggung pada Karin.

Karin Audrey Pratama. Nama lengkap gadis berambut hitam legam itu. Dengan paras cantik dan tubuh bak seorang model, membuat banyak kaum adam yang menaruh hati padanya. Apalagi ditambah dengan sikap Karin yang friendly dan easy going semakin membuat orang yang melihatnya berdecak kagum.

Banyak siswa laki-laki yang menjuluki Karin dengan sebutan bidadari 11 IPA 1. Yap! Satu lagi kelebihan yang dimiliki Karin. Ia memiliki otak yang cukup cerdas. Pacar-able sekali bukan?

"Ngomong-ngomong lo ngapain disini sama Bang Ateng Rin? " tanya Kenzi sambil menatap Karin penuh selidik.

"Emang kalau orang pacaran harus ya punya alasan buat duduk bareng? " tanya Karin dengan senyum manisnya.

"P-pacaran? " tanya Belva yang tak bisa menutupi rasa terkejutnya.

VOMMENT! VOMMENT! VOMMENT! VOMMENT! 💃💃💃

Dragoste (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang