29. Pergi

28 4 6
                                    

"Karena aku tahu, seberapapun keras aku melindungimu, nyatanya justru aku yang menjadi pemicu rasa sakit itu."

Belva mengerjapkan kedua kelopak matanya. Menyesuaikan cahaya yang meyilaukan dari lampu ruangan.
Ia mendudukkan badannya diatas ranjang rumah sakit yang sudah ditempatinya sejak kemarin itu.

Matanya terpaku pada sosok yang kini tengah tertidur dengan mulut terbuka diujung sofa.

“Kenzi!” panggil Belva cukup keras.

“Kenziii!” teriak Belva karena sahabatnya itu tak kunjung bangun.

“Berisik lo,” sewot Kenzi yang sudah terbangun namun masih enggan membuka matanya.

“Haus,” ucap Belva sambil memandangi segelas es teh di atas nakas penuh minat.

“Tinggal minum,” jawab Kenzi santai sambil mencari posisi yang lebih nyaman disofa.

“Tangan aku ngga sampai,” adu Belva dengan bibir yang melengkung kebawah.

“Ck!” dengan rasa kantuk yang masih mendominasi, Kenzi terpaksa mengambilkan segelas air putih untuk Belva.

“Nih,” Kenzi menyodorkan air minum sambil sesekali menguap lebar.

“Aku maunya minum itu,” tunjuk Belva pada segelas es teh.

“Lo itu lagi sakit. Ngga boleh minum es!” larang Kenzi sembari berkacak pinggang.

“Ish! Bilang aja ngga mau bagi,” sungut Belva sambil menatap Kenzi sebal.

Dengan perasaan dongkol Kenzi mengambil es teh miliknya itu.

“Untung lo lagi sakit Bel, kalo ngga udah gue pites lo,” ancam Kenzi sambil menyodorkan es teh pada Belva yang kini tengah tersenyum lebar.

“Ngomong-ngomong Agam mana?” Tanya Belva setelah menghabiskan minumannya.

“Katanya si tadi mau ganti baju kerumah,” Kenzi kembali merebahkan tubuhnya disofa.

Kemarin setelah insiden didalam gedung tua itu, Agam bergegas membawa Belva menuju rumah sakit.

Semalaman Agam tak sedikitpun beranjak dari samping ranjang Belva. Hingga gadis itu memutuskan untuk menelfon Kenzi pada pagi harinya untuk menjaganya dirumah sakit. Namun Agam tetap tak mau pergi meskipun hanya untuk mengisi perut. Dan yah, kepergian Agam sekarang membuat Belva bernafas lega. Setidaknya Agam sudah memikirkan kondisi dirinya sendiri.

“Oh ya Bel, kata dokter lo boleh pulang siang ini,” ucap Kenzi memberitahu. Ia kini tengah mengupas apel untuk dirinya sendiri.

“Hm. Makasih Ken udah jagain aku,” Belva tersenyum tulus kearah  sahabatnya itu.

“Santai. Ngomong-ngomong gue ngga mau maksa lo buat cerita kenapa lo bisa dapet luka itu. Tapi lo tahukan kalo lo udah siap cerita semuanya, gue selalu ada buat denger itu,” tutur Kenzi.

Belva menganggukan kepalanya. Bersyukur pada tuhan karena telah mempertemukannya dengan sahabat setulus Kenzi.

....

“Lo beneran ngga mau gue anter sampe masuk?” itu pertanyaan yang sudah Kenzi ajukan tiga kali.

“Ngga usah Ken. Lagi pula dirumah kan ada Agam,” jawab Belva agar Kenzi tak lagi mengkhawatirkannya.

“Ya udah gue balik dulu. Jangan kebanyakan tingkah! Tidur aja dirumah!” titah Kenzi sambil memasuki mobilnya yang terparkir didepan gerbang rumah Belva.

Dragoste (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang